Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Saat ini adalah hari terberat bagi Jiwa Antara mengikuti keinginan suaminya atau tetap bertahan dalam penantian akhir, jika boleh memilih Jiwa lebih baik langsung tiada agar tidak membebani siapapun, tapi dia hanya manusia biasa yang tidak berdaya.
Dion pun menyiapkan semuanya lewat asisten pribadinya yang selama ini selalu setia membantu dirinya merawat Jiwa.
Negara tujuan mereka adalah Amerika, Dion ingin memastikan semuanya, jika memang istrinya menderita kanker darah maka dia akan langsung melakukan pengobatan disana karena kini sudah banyak yang sembuh dari penyakit mematikan tersebut.
"Yank lebih baik kamu abaikan aku saja dan hidup dengan baik dengan nya dari harus buang-buang waktu."ucap Jiwa lagi saat mereka hendak memasuki jet pribadi milik Dion.
"Tidak honey tidak ada yang menyia-nyiakan waktu, aku akan melakukan apapun agar istriku sehat dan berumur panjang hingga bisa memberi ku kebahagiaan lain."ucap Dion yang kini menggenggam tangan Jiwa.
"Tapi jika itu tidak berhasil kamu akan kecewa sayang."ucap Jiwa.
"Aku akan lebih kecewa lagi jika aku tidak bisa melakukan apapun untuk kesembuhan mu, dan aku akan mengutuk diriku sendiri."ucap Dion tegas.
"Hmm..."lirih Jiwa yang kini sudah duduk dengan nyaman di kursi penumpang dan Dion sudah memasang sabuk pengaman ke tubuh Jiwa karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.
Sepanjang perjalanan Dion pun mendekap sang istri dan berusaha untuk membuat Jiwa nyaman sepanjang perjalanan nya. Dion akan melepaskan dekapan itu saat mereka akan makan dan perlu ke toilet.
Keduanya berada di dalam kamar di dalam jet pribadi tersebut, Jiwa pun mulai mengeluh tidak enak badan saat mereka sudah setengah perjalanan.
Jiwa terus merintih kesakitan terutama di bagian kepala, hingga darah segar kembali keluar dari hidung mancung nya itu.
"Babe...!"ucap Dion yang langsung meraih tissue dan kini mencoba menghentikan pendarahan nya.
"Tolong ambilkan obat ku yang."ucap Jiwa yang kini menghentikan pergerakan tangan Dion yang hendak mengusap darah segar itu dengan tangan nya.
"Babe bertahan lah aku ambilkan obat nya."ucap Dion yang langsung bergegas mencari tas pribadi istrinya itu, tapi sayang obat-obatan itu tidak ada disana.
"Sial dimana obat itu?"ucap Dion yang kini baru ingat bahwa obat itu tertinggal di rumah.
Dion langsung berteriak panik, dan meminta asisten pribadinya untuk melakukan perawatan terhadap istrinya itu.
Infus pun dipasang oleh seorang pramugari yang memang ahli di bidangnya saat ini, ada beberapa obat-obatan yang Dion tau itu bisa mengobati rasa sakit meskipun beda dengan obat yang seharusnya dikonsumsi oleh Jiwa, tapi tidak ada salahnya mencoba setidaknya darah itu bisa berhenti jika rasa sakit di tubuh Dilara bisa hilang terutama di bagian kepala seperti yang selama ini Jiwa alami.
Saat itu juga Dion meminumkan obat nya pada Jiwa meskipun tidak secepat reaksi obat yang selama ini dikonsumsi oleh Jiwa setidaknya itu bisa meredakan rasa sakit Jiwa yang akhirnya tidak sadarkan diri saat itu juga.
Dion pun langsung berteriak memanggil Jiwa."Babe!! Bangun babe maafkan aku begitu ceroboh telah melupakan seberapa penting obat tersebut.
Darah segar yang keluar dari hidung Jiwa pun sudah terlalu banyak infus yang dipasang pun sudah mulai habis setengah nya.
Dion masih berusaha untuk menyadarkan Jiwa dengan segenap kemampuan tapi istrinya itu tidak kunjung bangun hingga saat dia tiba di bandara terbesar di kota yang ia tuju itu pun langsung melarikan istrinya ke rumah sakit terbesar di sana.
Sebenarnya tadinya Dion ingin ke rumah sakit khusus para penderita kanker, tapi sepertinya tuhan berkehendak lain.
Sesampainya di sana, Jiwa pun langsung ditangani oleh beberapa dokter setelah Dion dan asisten pribadinya mengurus beberapa prosedur yang diterapkan disana.
Dion masih menunggu pemeriksaan itu berjalan dengan sangat lama, hingga hampir tiga jam lamanya barulah seseorang dari mereka meminta Dion untuk menemui nya di ruangan nya. Dion didampingi oleh asisten pribadinya pun masuk kedalam ruangan sang dokter tanpa menemui Jiwa terlebih dahulu karena saat ini dia masih menjadi pemeriksaan.
Dokter paruh baya yang kini terlihat sangat ramah pun langsung menyambut Dion dengan senyuman dan mempersilahkan Dion untuk duduk bersama dengan asisten pribadinya.
"Sudah berapa lama pasien mengalami gejala seperti itu?"sang dokter pun bertanya.
"Saya kurang tau, tapi akhir-akhir ini dia sering mengalami pendarahan dari hidungnya dan sudah dua kali dia dirawat secara diam-diam."ucap Dion yang kini mengatakan yang sebenarnya.
"lalu diagnosa apa yang diberikan oleh dokter sebelumnya?"tanya sang dokter lagi.
"Kanker darah."balas Delon yang kini menyerahkan hasil pemeriksaan sebelumnya.
Dokter pun memeriksa itu dengan teliti dan dia menggelengkan kepalanya seakan merasa janggal dengan itu.
"Gejalanya memang mirip dengan kanker tapi yang kami temukan bukan itu, ada virus mematikan di dalam tubuh nya. Dan kami sedang memastikan nya saat ini, kemungkinan besar ini bukan virus biasa yang masuk ke tubuh secara alami. Tapi dugaan sementara istri anda dicelakai orang karena virus ini termasuk virus langka yang diperjualbelikan di dunia bawah. Saya pernah menangani kasus yang serupa dan karena terlambat ditangani akhirnya ia tewas."ucap dokter.
"Lakukan apapun untuk bisa menyembuhkan istri saya dokter, berapapun biaya-biaya nya akan saya bayar.
"Saya tidak bisa berbuat banyak, tapi saya tau seseorang yang bisa membuat penawar racun siapa tau dia memiliki solusi nya. Dan kalau bisa secepatnya setelah saya memastikan virus apa yang ada di dalam tubuh istri anda. Untuk sementara saya akan berusaha untuk menangani nya semaksimal mungkin."ucap sang dokter yang kini memberikan sebuah kartu nama pada Dion.
Disini Dion terlihat dilema antara istrinya atau pergi menemui orang yang ada di kartu nama tersebut dan tempat nya di Toronto.
Dion dan asisten pribadinya pun kini tengah saling diam, disini mereka berdua juga dalam kebingungan yang teramat sangat, jika Dion pergi tanpa asisten pribadinya maka ia tidak akan ada yang membantu jika dia mengalami kesulitan disana, tapi Jiwa juga butuh seseorang yang bisa menjaga nya.
Dion pun teringat dengan Devan yang selalu begitu perhatian terhadap istrinya itu, dia akan meminta bantuannya.
Mungkin butuh waktu yang cukup lama tapi dia tetap harus mendapatkan itu untuk istrinya.
Sampai saat Dion selesai menghubungi Devan, dia beserta istri dan ustadzah Salamah pun bersedia untuk menjaga Jiwa di rumah sakit dan hari ini juga mereka akan berangkat ke Amerika.
Mereka pun menempatkan orang kepercayaan Dion untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi atau mereka bertiga butuh bantuan, Dion pun menyewa sebuah tempat untuk mereka istirahat yaitu apartment karena rumah Dion dari rumah sakit tersebut sangat jauh.
...*****...
Satu minggu sudah Dion dan asisten pribadinya menyusuri kota dan pedalaman dimana tempat wanita itu berpindah-pindah tempat karena membutuhkan bahan untuk meracik obat.
Tidak jarang Dion terluka atau mengalami insiden lainnya, tapi dia tidak menyerah hingga akhirnya mereka bertemu dan wanita yang mereka cari.
Dia tidak tahu apa dokter itu mempermainkan mereka atau tidak yang jelas saat ini mereka tengah kebingungan untuk berbicara dengan wanita yang ternyata lebih mirip ODGJ tersebut.
"Maaf apa anda tau orang ini."ucap Dion dengan menggunakan bahasa Inggris.
Tapi wanita yang mereka ajak bicara justru malah bicara yang lain-lain seakan sedang meramal dan dia menggunakan tulang belulang sebagai mediasi, dan dengan cepat asisten pribadinya menghidupkan alat dengar yang dilengkapi dengan translate.
"Hubungan kalian berdua akan tetap seperti itu karena hadirnya orang ketiga, dia dicelakai oleh orang terdekat mu yang sebenarnya telah mengetahui hubungan kalian. Dia munafik tapi istri pertama mu akan tetap panjang umur karena tuhan belum menakdirkannya untuk mati. Dan obat yang dibutuhkan oleh istrimu ada di rumah keluarga mu, itu tersimpan di dalam botol khusus yang wanita itu sembunyikan, tapi hati-hati karena setelah istrimu target nya adalah ibumu yang selama ini ikut merahasiakan hubungan kalian."ucap wanita itu yang kini tertawa terbahak-bahak dan membuang ingus yang sedari tadi tidak terlihat sedang flu tapi ingusnya ada dan sangat banyak setelah ia membuangnya.
Dion hendak memberikan cek kosong untuk diisi oleh wanita itu, tapi wanita itu bilang dia hanya butuh sedikit darah Dion untuk memandikan tulang belulang itu. Tapi Dion terlihat berfikir keras sebelum akhirnya wanita itu bilang bahwa darah adalah tebusan untuk jasa nya dia tidak butuh uang atau apapun karena dia bilang dia lebih kaya dari Dion karena dia memiliki alam semesta yang tidak terbatas luasnya dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau.
Dan tanpa pikir panjang Dion langsung mengambil potongan tulang yang runcing itu lalu menggoreng tangan telapak tangan nya yang kini bercucuran darah Dion tidak sedikitpun mengaduh karena menurutnya rasa sakitnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh istrinya saat ini.
Semua karena Dion yang telah mengambil keputusan yang salah. Darah itu masih bercucuran deras dan wanita itu menampung nya di telapak tangannya.
Asisten pribadi Dion sempat khawatir, hingga akhirnya wanita itu menghentikan pendarahan tangan Dion dengan usapan lembut setelah ia berhasil melumuri tulang belakang tersebut dengan darah Dion.
Bak sinetron tapi nyata tangan Dion tidak lagi mengeluarkan darah dan saat itu luka Dion langsung tertutup hanya bekas goresan itu tidak akan pernah hilang dan akan menjadi ciri kesetiaan Dion pada Jiwa.
"Selamatkan istrimu dengan kehadiran anak dari pernikahan kedua mu karena hanya anak itu yang akan mengakhiri derita istri pertama mu."ucap wanita jompo yang kini mengalungkan sebuah kalung unik dengan liontin unik juga terbuat dari tulang, sementara kalung itu sendiri dari akar tanaman yang tidak pernah dijumpai orang selama ini.
"Terimakasih untuk bantuan nya nyonya, ucap Dion yang kini memakaikan syal miliknya ke leher wanita itu dengan niat yang tulus sebagai balas budinya terhadap wanita tua yang selalu berkelana itu.
Wanita itu pun tersenyum manis kemudian mengusap wajah nya dan bekas keringat itu pun diusapkan ke tangan Dion.
Dion merasakan keajaiban dimana rasa dingin tiba-tiba terasa menusuk seluruh jiwa raganya yang berasal dari keringat tersebut.
"Kau adalah pria paling beruntung di dunia jika bisa terus mempertahankan pernikahan pertama mu, dia wanita hebat yang dilindungi oleh banyak malaikat hingga siapapun yang berbuat jahat padanya tidak akan pernah berhasil, dan kau adalah sumber kekuatan nya saat ini."ucap wanita itu yang akhirnya berlalu pergi meninggalkan keduanya yang kini tengah terbengong.
Seakan bermimpi tapi nyata, mereka kini tengah berada di daerah pedalaman beruntung jet pribadi mereka bisa mendarat di lahan sempit meskipun itu sebenarnya tidak boleh.
Kini mereka pun kembali Dengan jet pribadi milik mereka, dan dengan hati yang lega Dion pun mengucapkan banyak-banyak terimakasih pada asisten pribadinya.
Dion tidak langsung kembali ke rumah sakit melainkan ke tanah air untuk menuntaskan segalanya.
Dion tidak langsung ke rumah orang tuanya, tapi dia meretas cctv terlebih dahulu hingga akhirnya ia menemukan jawaban yang dimaksud oleh wanita itu.
Sebuah botol kecil dan lebih mirip batu kristal tersebut ditemukan di ruang baca milik sang daddy dan tentu saja benar-benar kata wanita itu Kasandra lah yang menyimpan itu.
Dion tidak kembali ke rumah tapi dia memerintahkan anak buahnya untuk mengambil botol tersebut dengan alasan untuk mengambil sebuah file yang sedang sangat Dion butuhkan.
Tidak lama kemudian botol penawar virus yang kini menyerang Jiwa pun telah ada di tangan Dion yang langsung mengganti jet pribadi nya dan bergegas kembali ke rumah sakit di Amerika.
Bertepatan dengan kedatangan Dion keesokan harinya dokter itu pun berjaga di rumah sakit tersebut, Dion langsung memeluk dokter itu dan lalu mengucapkan banyak terimakasih padanya hingga akhirnya Dion membahas tentang wanita hebat yang telah memberikan obat yang dibutuhkan oleh Jiwa.
"Dia ibu ku, dan dia adalah wanita terhebat yang diwariskan kekuatan dari sang pencipta."ucap sang dokter yang kini membuat Dion membulatkan matanya.
"Berarti anda juga bagian dari nya dok itulah kenapa anda bisa meyakinkan bahwa itu bukan penyakit tapi virus."ucap Dion
"Hmm... tapi aku tidak bisa meramal seperti dia, dan aku tidak seberuntung dia yang bisa keliling dunia dengan bebas tanpa menggunakan paspor atau apapun itu."ucap sang dokter.
Dia menceritakan tentang ibunya yang memiliki keberuntungan. Dia sering dikira wanita gila karena ucapan nya. Tapi sebenarnya dia melihat semua yang akan terjadi pada masa depan orang-orang yang ia temui.
Dia juga memiliki rumah, tapi dia jarang tempati karena lebih suka dialam untuk mencari obat-obatan tradisional.
Dion dan semua orang yang selama ini menunggu Jiwa pun kini melihat reaksi obat tersebut pada Jiwa yang kini mengalami kejang.
Tapi dokter menyarankan mereka agar tidak panik, saat melihat Jiwa yang akhirnya muntah darah dan dari hidung pun mengalir deras.
Awalnya Dion berteriak memanggil Jiwa yang kini akhirnya kembali tidak sadarkan diri. namun dokter bilang sekarang Jiwa hanya butuh doa untuk segera ke sadar disaat seluruh racun atau virus mematikan itu sudah dibersihkan.