Demi Adikku Aku Rela Menikah Muda

Sepanjang hari Lisa terus teringat ucapan Dion tadi. Sungguh ini di luar perkiraan Lisa, dia pikir Dion memperlakukannya baik, karena semata-mata sayang pada Lisa yang sudah di anggap adiknya sendiri.

Akan tetapi, semua itu salah. Dion memiliki rasa yang lebih untuk Lisa.

Kepalaku rasanya mau pecah. Batin Lisa.

Sementara itu Rendy tengah menghadiri rapat di lantai 10, semua orang yang hadir merasa tegang. Laporan yang sudah di berikan tim nya, tak memberikan kepuasan untuk Rendy.

Rendy mendapati banyak kesalahan, hingga memancing amarah singa yang sedang tidur.

"Saya tidak mau tau, sore ini harus beres dan sudah ada di atas meja kerja saya. Mengerti kalian." Gertak Rendy sambil memukul meja.

Rey yang berada di sampingnya, tak bisa berbuat apa-apa. Rendy yang di penuhi amarah, membuat nyali semua orang menciut.

"Saya selalu tekankan pada kalian, untuk selalu fokus dan propesional. Ini bukan pertama kali, tapi sudah 3x saya minta di perbaiki tapi hasilnya tetap sama." lanjut Rendy.

Tak ada seorangpun yang berani menjawab, hanya anggukan yang mereka berikan. Rendy memang sosok pemimpin yang baik dan ramah, tapi jika sudah marah dia tak pandang bulu.

Siapa yang salah maka dia yang kena, Rendy tak pernah membeda-bedakan karyawan manapun, baginya semua sama.

Wajib menaati peraturan perusahaan, juga berhak mendapatkan falisitas dan gaji yang telah di sepakati.

Rendy keluar ruangan dengan raut wajah kesal, Rey bergegas mengikuti bos nya itu. Mereka naik lift khusus presedir ke ruangan Rendy.

Sampai di ruangannya, Rendy segera duduk di kursi kebesarannya.

"Gue heran, mereka kerjanya ngapain aja sih. Ini udah ketiga kalinya, tapi masih aja acak-acakan." ucap Rendy.

"Sabar bro, nanti biar gue peringatin mereka lagi. Biasanya sih mereka engga kaya gini." tutur Rey mencoba menenangkan sahabatnya.

"Pokoknya gue engga mau tau. Sore ini, itu laporan mesti udah harus di tangan gue."

"Ya,ya. Lo tenang aja."

Rendy menghela nafas kasar, membuang semua energi negatif dalam dirinya. Berusaha meredakan kekesalannya.

"Rey." ujar Rendy.

"Apa?." jawab Rey.

"Seandainya nih kalau lo mau bulan madu, lo milih pergi kemana?. Atau lo tau tempat yang romantis buat honey moon?."

"Yaealah bambang, gue gimana mau bulan madu nikah aja belum. ckckck." ucap Rey.

"Kan gue bilang juga seandainya." ujar Rey sambil melempar bolpoint ke arah rey.

"Sakit woy, bisa-bisa gue geger otak di timpukin lo mulu."

"Udah cepetan jawab, cerewet amet lo udah kaya emak-emak arisan aja." ucap Rendy.

Rey terdiam, dia memacu otaknya untuk berpikir mencari tempat yang indah untuk sahabat laknatnya ini.

Pikirannya memberi ide, Rey tersenyum senang.

"Gimana kalau ke jepang aja Ren, kan lagi musim semi tuh. Waktunya bunga sakura mekar, lo bisa liat langsung bareng Lisa." ucap Rey.

Rendy terdiam menimbang ide sahabatnya ini. Rendy berpikir sahabatnya ini memang is the best. Buktinya dia bisa mengerti jalan pikiran Rendy, yang menginginkan suatu tempat yang indah.

Bukankah bunga sakura ini sangat indah. Pasti akan serasa romantis sekali, bisa melihat bersama orang yang kita cintai.

"Boleh juga tuh ide lo." ucap Rendy.

"Iyalah siapa dulu gue gitu. Udah ganteng, mapan, tajir lumayanlah, encer lagi otaknya." puji Rey untuk dirinya sendiri.

"Tapi sayang kekurangan lo cuman satu."

"Apaan tuh Ren?"

"Jomblo akut hahahahaha." ucap Rendy sambil tertawa puas.

"Wah sialan lo. Kalau itu mah jangan di tanya, gue mau langsung kawin aja, eh salah mau langsung nikah aja. hahahaha." ucap Rey malah ikut tertawa.

"Di otak lo mesum mulu sih, jadi cewek juga kagak ada yang mau."

"yaelah, Normal kali Ren. Lagian gue mesum juga ngomong doang, aslinya mah polos aku tuh. Hahahaha."

"Makanya lo tuh cepet cari cewek sana, umur udah tua masa mau jomblo mulu." ucap Rendy.

"santai bro, gue udah punya inceran nih."

"Inceran, lo udah kaya maling aja."

"Kan gue emang maling, malingnya para hati wanita." ucap Rey percaya diri.

Rendy tak henti-hentinya tertawa, sahabatnya ini memang kocak. Entah kenapa, dari sekian teman dekatnya hanya Rendy yang bisa Rey percaya.

Mungkin karena mereka sudah terbiasa bersama, sampai kadang orang mengira mereka adalah pasangan homo, karena selalu bersama kemanapun dan dimanapun.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Jam bekerjapun berakhir, Lisa segera pergi ke ruang ganti. selesai mengganti pakaiannya Lisa segera beralih ke loker untuk mengambil tas nya.

Ponselnya berdering pertanda sebuah pesan masuk, Lisa mengambil ponselnya dari dalam tas dan membaca pesan yang baru saja dia terima yang ternyata dari Rendy.

~Mas Rendy~

Assalamualaikum, sayang hari ini aku akan pulang telat, karena ada keperluan mendesak. Kamu tidak perlu memasak, aku akan malam di luar.

Lisa mengerutkan keningnya, keperluan apa sampai sepenting ini. Apa terjadi sesuatu pada suaminya ini.

Lisa tak menaruh curiga apapun pada Rendy, karena dia yakin Rendy adalah lelaki setia. Bukankah suatu hubangan itu harus di landasi rasa saling percaya dan terbuka, baru semua akan berjalan lancar tanpa kecurigaan.

Baru saja Lisa akan membalas pesan suaminya, Mona mengejutkan dari belakang.

"Hayoh, yang lagi chatingan sama babang tampan. Cie cie." Goda Mona.

"Apaaan sih Mona, malu tau." jawab Lisa.

"Hahaha, ada yang lagi kasmaran nih ceritanya. Eh Lisa, jalan yuk udah lama nih semenjak kamu nikah sama si bos, kita engga pernah jalan bareng." Ajak Mona.

"Suut. Kamu kalau ngomong jangan kenceng-kenceng, nanti kedengeran orang heboh lagi."

"Ya, maaf. Gimana mau engga?" Tanya Mona.

"Aku harus izin dulu sama mas Rendy, aku engga bisa pergi gitu aja tanpa izinnya." ucap Lisa.

"Iya deh ngerti, yang udah jadi istri mah beda. Udah sana cepetan minta izin." Goda Mona lagi.

"Ya, bentar bawel."

Lisa kembali mengetik pesan yang sempat terhenti tadi.

~Lisa~

Waalaikumsalam, iya mas engga apa-apa. Oh ya mas, aku boleh main sebentar engga sama Mona. Aku pastikan sudah di rumah, sebelum mas pulang.

Pesan telah terkirim, Lisa harap-harap cemas menanti balasan dari suaminya.

5 Menit kemudian, sebuah pesan balasan dari Rendypun datang. Lisa segera membukanya karena penasaran.

~Mas Rendy~

Ya, mainlah kamu juga perlu me time untuk merefreshkan otakmu. Hati-hati di jalan, nanti aku kabari jika sudah mau pulang.

Lisa dan Mona bersorak gembira, akhirnya bisa jalan bersama lagi mesti sebentar saja.

"Kita mau kemana ceritanya?." Tanya Lisa yang sudah selesai membereskan lokernya.

"Pasar malam aja yuk, yang murah meriah banyak permainannya lagi."

"Dasar, kaya bocah aja permainan mulu."

"Kali-kali engga apa-apa kan hehehe." ucap Mona nyengir.

"Ya udah, hayu."

"Ok, lest go girls." Sorak Mona.

Kini dua sahabat itu berjalan beriringan, sesekali terdengar gelak tawa dari mereka. Lisa dan Mona salah satu contoh persahabatan yang murni.

Mereka saling menyayangi, melindungi dan berbagi satu sama lain. saling mengingatkan jika ada salah satu dari mereka yang salah. Itulah persahabatan sesungguhnya.

...****************...

BERSAMBUNG~~~~

Terus dukung author ya😁

Jangan Lupa like, coment&vote

SELAMAT MEMBACA😍😍