NovelToon NovelToon
TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Janda / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Lucia Davidson hidup dalam ilusi pernikahan yang indah hingga enam bulan kemudian semua kebenaran runtuh. Samuel, pria yang ia percaya sebagai suami sekaligus cintanya, ternyata hanya menikahinya demi balas dendam pada ayah Lucia. Dalam sekejap, ayah Lucia dipenjara hingga mengakhiri hidupnya, ibunya hancur lalu pergi meninggalkan Lucia, dan seluruh harta keluarganya direbut.

Ketika hidupnya sudah luluh lantak, Samuel bahkan tega menggugat cerai. Lucia jatuh ke titik terendah, sendirian, tanpa keluarga dan tanpa harta. Namun di tengah kehancuran itu, takdir memertemukan Lucia dengan Evan Williams, mantan pacar Lucia saat kuliah dulu.

Saat Lucia mulai menata hidupnya, bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Samuel, sang mantan suami yang pernah menghancurkan segalanya, justru ingin kembali dengan mengatakan kalau Samuel tidak bisa hidup tanpa Lucia.

Apakah Lucia akan kembali pada Samuel atau dia memilih cinta lama yang terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27. MARAH

Langit sore menggantung lembut di atas taman rumah sakit, dengan warna keemasan yang berpadu dengan semburat ungu, seolah melukis kanvas luas dengan sapuan kuas senja. Udara membawa aroma samar bunga kamboja yang ditanam di sudut taman, bercampur dengan wangi tanah lembap setelah hujan pagi tadi. Burung-burung gereja masih sempat berceloteh dari cabang-cabang pohon flamboyan, melengkapi ketenangan yang seharusnya menghibur setiap pasien yang berjalan-jalan di sana.

Lucia melangkah pelan, bersisian dengan Evan yang setia menuntunnya. Tubuhnya masih lemah, meski dokter sudah mengizinkannya untuk sedikit berjalan keluar ruangan agar paru-parunya mendapatkan udara segar. Jemarinya menggenggam lengan Evan erat-erat, seolah hanya dengan itu ia merasa aman menapaki dunia luar setelah berhari-hari terkurung dalam kamar perawatan.

Namun, bukannya tenang, hatinya justru digelayuti rasa cemas yang sulit ia jelaskan. Ada sesuatu yang berbisik di sudut nalurinya, sebuah rasa takut, sebuah firasat yang membuat napasnya menjadi lebih berat dari seharusnya.

"Kalau kau merasa lelah, kita bisa kembali ke kamar," ucap Evan dengan suara hangat, menundukkan wajahnya agar sejajar dengan tatapan Lucia.

Lucia menggeleng pelan. "Aku ingin berjalan-jalan sebentar lagi. Aku tidak mau kau selalu khawatir hanya karena aku terlalu rapuh."

Evan menghela napas, lalu menatap perempuan itu dengan lembut. "Lucia, kau tidak rapuh. Kau hanya sedang berjuang. Itu berbeda, Love."

Kata-kata itu seharusnya cukup untuk menenangkan, namun ketegangan di dada Lucia tidak kunjung reda. Ia menoleh, menatap sekitar taman yang mulai sepi. Hanya ada beberapa pasien yang duduk di bangku taman ditemani keluarga mereka. Selebihnya sunyi.

Sampai pandangannya jatuh pada sosok itu.

Sosok yang membuat darahnya berhenti mengalir, membuat lututnya seolah kehilangan kekuatan.

Samuel Davidson.

Ia berdiri tidak jauh dari gerbang taman, mengenakan kemeja hitam sederhana, wajahnya pucat seakan-akan ia sendiri tengah sakit. Tatapan matanya tidak salah lagi, itu bukan tatapan kosong, bukan tatapan orang yang sekadar melintas tanpa tujuan. Itu adalah tatapan yang langsung mengikat Lucia, seolah menegaskan bahwa dialah alasan Samuel berada di tempat itu.

"E-Evan ..." suara Lucia bergetar, nyaris tak terdengar.

Evan mengikuti arah pandang Lucia. Matanya menyipit tajam, lalu seketika wajahnya mengeras. Dalam sepersekian detik, naluri protektifnya mengambil alih. Tanpa bertanya, tanpa ragu, ia meraih tubuh Lucia dan mengangkatnya dalam gendongan. Menempatkan sang wanita dalam bopongan kedua tangannya yang penuh perlindungan.

"Peluk aku," suruh Evan tegas.

Lucia, dengan gemetar, langsung merangkul leher Evan. Ia menunduk, menutup wajahnya di dada pria itu, mencoba menghindari tatapan Samuel yang terasa menelanjangi.

Langkah Evan panjang dan tergesa, keluar dari taman, menembus lorong rumah sakit yang berbau obat antiseptik. Beberapa orang yang mereka lewati sempat menoleh, melihat seorang pria tinggi tegap menggendong wanita pucat di lengannya, tapi Evan tidak peduli. Yang terpenting adalah menjauhkan Lucia dari bayangan masa lalu yang kembali muncul tanpa diundang.

Begitu pintu kamar perawatan terbuka, Clara dan Deren yang sejak tadi berada di dalam ruangan langsung berdiri dari kursinya.

"Lucia?!" Clara berlari mendekat, wajahnya penuh kebingungan."“Kenapa kalian sudah kembali? Baru sebentar kan keluar tadi?"

Namun kalimat itu seketika terputus ketika pandangannya jatuh pada wajah Lucia yang pucat pasi, bibirnya bergetar, tubuhnya kedinginan. Clara bisa melihat jelas bulir-bulir keringat dingin yang merembes di pelipis Lucia, seakan ia baru saja keluar dari mimpi buruk.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi?!" seru Clara panik.

Deren, yang biasanya tenang, pun langsung berdiri sigap, matanya menatap Evan menuntut jawaban.

Evan menurunkan Lucia perlahan ke ranjang, membetulkan posisi bantal agar perempuan itu bisa bersandar dengan nyaman. Lalu ia berdiri tegak, tatapannya tajam, rahangnya mengeras.

"Si brengsek itu ...,"Evan menahan amarah yang mendidih di dadanya. "Samuel. Dia ada di rumah sakit ini. Tepat di taman."

Clara terperangah. "Apa?!"

Sementara Deren mengepalkan tangannya, wajahnya berubah merah padam. "Kurang ajar! Jadi selama ini dia masih berani-"

"Deren," Evan memotong cepat, nadanya penuh peringatan.

Namun Clara sudah tidak bisa menahan emosinya. "Dia masih berani muncul di hadapan Lucia?! Setelah semua yang dia lakukan?! Aku tidak bisa tinggal diam, Evan! Aku harus menemui bajingan itu!"

Deren mengangguk keras, jelas mendukung. "Kita harus konfrontasi. Harus ada yang memberinya pelajaran!"

Evan berdiri di antara mereka, tubuhnya seolah menjadi dinding kokoh yang menghalangi niat mereka. "Tidak. Tidak sekarang. Aku tidak akan membiarkan kalian membuat keributan di rumah sakit ini, apalagi di saat Lucia masih seperti ini."

Lucia hanya bisa menatap dengan mata berkaca-kaca dari atas ranjang, tubuhnya gemetar hebat. Ketakutannya terasa begitu nyata, merambati setiap sudut ruangan. Bayangan kehancurannya dulu kembali menyelimuti Lucia tanpa wanita itu mau.

Clara mendekat, menggenggam tangan Lucia yang dingin. "Lucia, lihat aku ... kau aman di sini. Kau dengar? Kau aman bersama kami."

Tapi Lucia hanya menggeleng, matanya terus mencari Evan, seakan hanya pria itu yang bisa memberi ketenangan.

Evan kembali menatap Clara dan Deren. "Kalau kalian benar-benar ingin tahu kenapa dia ada di sini, silakan. Cari tahu. Tapi aku punya satu syarat."

"Apa?" tanya Deren cepat.

"Jangan buat keributan. Jangan sampai Lucia mendengar ada masalah lagi. Aku tidak mau dia semakin tertekan. Kalian janji," pinta Evan.

Clara dan Deren saling berpandangan, lalu mengangguk bersamaan meski wajah mereka masih penuh amarah yang ditahan.

"Baik," kata Clara dengan suara bergetar. "Kami akan mencari tahu. Tapi Evan ... kalau dia benar-benar berniat mendekati Lucia lagi, aku tidak bisa berjanji akan menahan diriku."

Evan hanya mengangguk. "Aku tahu. Tapi untuk sekarang, tenangkan dulu dirimu. Prioritas kita adalah Lucia."

Setelah Clara dan Deren keluar, meninggalkan kamar dengan langkah berat, Evan kembali ke sisi ranjang. Lucia masih gemetar, seolah tubuhnya tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa Samuel benar-benar ada di tempat yang sama dengannya.

Tanpa ragu, Evan duduk di tepi ranjang. Ia meraih Lucia, lalu mendudukkan perempuan itu di pangkuannya. Tangannya yang kokoh melingkupi tubuh Lucia, memeluknya erat seakan ingin menyalurkan seluruh kekuatannya agar perempuan itu tidak hancur oleh ketakutan.

"Sshh ... aku di sini," bisik Evan lembut, bibirnya menyentuh pelipis Lucia. "Kau aman, Lucy. Dia tidak akan pernah bisa menyentuhmu lagi. Tidak ada seorang pun yang bisa menyakitimu selama aku ada di sisimu."

Lucia menunduk, air mata jatuh satu per satu, membasahi kemeja Evan. Tangannya meremas baju pria itu erat-erat, seolah jika ia melepaskan, maka dunianya akan kembali runtuh.

"Aku ... aku takut, Evan," suaranya pecah. "Tatapan itu ... sama seperti dulu. Seolah-olah aku tidak pernah bisa lari darinya."

Evan memererat pelukannya. "Lupakan tatapan itu. Lupakan masa lalumu bersamanya. Yang ada hanya aku. Dengarkan suaraku, rasakan pelukanku. Aku nyata, Lucia. Aku yang bersamamu sekarang. Aku yang tidak akan pernah meninggalkanmu."

Lucia menutup matanya, mencoba tenggelam dalam hangatnya dada Evan. Napas pria itu teratur, detak jantungnya stabil, menjadi irama yang menenangkan kegelisahan di dadanya. Perlahan, meski air matanya masih mengalir, rasa aman itu mulai menembus dinding ketakutannya.

Evan tidak berhenti membisikkan kata-kata lembut, seakan setiap kalimatnya adalah doa yang ditenun untuk menambal luka lama Lucia.

"Aku akan melindungimu, Love. Selalu," janji Evan.

Waktu berjalan, detik berganti menit. Di luar kamar, langkah Clara dan Deren menggema di koridor rumah sakit, mencari jejak Samuel. Sementara di dalam kamar, hanya ada keheningan yang dipenuhi isak pelan Lucia, dan suara Evan yang penuh kasih menenangkan.

Dan di tengah pelukan itu, Lucia tahu, meski masa lalunya masih membayangi, meski ketakutan itu belum sepenuhnya hilang, ia tidak lagi sendirian.

1
Ir
kemarin di cere, sekarang di cariin lagi, karep mu ki piye samsul hmm
Archiemorarty: Tahu, sebel kali sama si Samsul ini /Smug/
total 1 replies
Miss Typo
semoga apapun niat Samuel ke Lucia semua gagal total
Miss Typo
semangat Lucia
Ir
yeuhhh kocak, amnesia lu samsul
Archiemorarty: Hahaha 🤣
total 1 replies
Ir
kak aku baca Deren dari awal lidah ku belit bacanya Daren terus tauu
Archiemorarty: Awalnya namanya maunya Darren, malah takut aku hany kebelit nulisnya ntar 🤣
total 1 replies
Ma Em
Evan , Clara dan Derren tolong lindungi Lucia dari Samuel takut Samuel akan mencelakai Lucia.
Ariany Sudjana
benar kata Evand, jangan buru-buru untuk menghadapi Samuel, karena prioritas utama sekarang kondisinya Lucia, yang sangat terpuruk. untuk menghadapi Samuel harus dengan perhitungan matang
Archiemorarty: Benar, gitu2 si samsul itu ular licik
total 1 replies
Ir
seharus nya jangan takut Lucu injek aja lehernya si samsul, trus si Evan suruh pegangin
Archiemorarty: astaga, barbar sekali ya /Facepalm/
total 1 replies
Ma Em
Semangat Lucia sekarang sdh ada Evan yg akan melindungi dari siapa saja orang yg akan menyakitimu , jgn sampai kamu terpengaruh dgn hadirnya Samuel , biarkan dia menyesal akan bat dari perbuatannya sendiri , semoga Lucia dan Evan selalu bahagia .
Archiemorarty: Setuju itu /Determined/
total 1 replies
Ir
penyesalan itu emang datang nya di akhir samsul, kali di depan namanya pendaftaran 😆
Miss Typo
keluar dari RS nikah ya 😁
Ir
bucin terooooossss 😏
Archiemorarty: Cieee...iri cieeee /Chuckle/
total 1 replies
Miss Typo
berharap sih segera nikah mereka berdua 😁
Ir
nyari laki kaya Rion, Dante, Davian sama Evan di mana sih, laki² yg semua aku di rayakan di cintai secara ugal²an, yg mau berusaha keras untuk kesejahteraan wanita nya, bukan yg kita mulai sama² dari Nol terus 😌😌
Archiemorarty: Mereka ada kok..di dunia fiksi aja tapi /Cry/
total 1 replies
Ariany Sudjana
Evand benar Lucia, kamu tidak sendiri lagi, ada Evand yang jadi tameng.
Ir
ini kalo kata orang Indonesia, sakit perut bukannya priksa ke dokter malah cuma bilang magh kronis, magh kronis, mag kronis tok 😏
Archiemorarty: Sebel soalnya /Smug/
total 3 replies
Miss Typo
itu karna pola hidup Lucia selama ini kali ya, atau karna pikiran juga.
Alhamdulillah operasi berhasil, semoga Lucia cepat pulih
Archiemorarty: Betul sekali
total 1 replies
Miss Typo
apalagi ini thor,,, kenapa masalah blm juga usai, msh ada trs masalah dlm kehidupan Lucia, kpn Lucia akan bahagia bersama Evan? 😭
Miss Typo: huaaaaaa pasti aku nangis mulu bacanya 😭🫣
total 2 replies
Miss Typo
berharap secepatnya mereka berdua menikah 😁
Miss Typo
apakah mereka berdua akan sampai menikah suatu saat nanti?????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!