Kisah kehidupan seorang Gus yang membawa obor kebenaran di medan gelap perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian
Setiap tahunnya ada ujian yang harus ditempuh oleh ketiga murid Mia.
Ujian itu dilakukan untuk melihat perkembangan masing-masing siswa. Sudah sejauh mana mereka belajar dan paham.
Hasilnya akan berpengaruh. Dimana mereka kelak ketika sudah dewasa akan ditempatkan.
Jika mereka berprestasi dan lihai. Mereka punya kesempatan untuk memilih.
Tes yang pertama dilakukan adalah uji ketahanan fisik. Di sini Ci, Wok dan Su punya kelebihan masing-masing.
Kancil sangat cepat dan presisi dalam berlari. Pintar menempatkan diri.
Daya tahannya juga bagus. Sehingga bisa melakukan sprint dalam waktu yang lama. Terus-menerus.
Kelebihan Ci bisa berkelok-kelok pada saat berlari dengan kecepatan tinggi.
Gajah punya kelebihan dengan kekuatan tubuhnya yang besar. Sangat bertenaga.
Wok juga bisa memakai belalainya yang sangat berguna. Dan juga kuat.
Anak manusia memiliki keunggulan bergelantung diantara pohon-pohon besar. Dari satu tali pohon yang menjuntai berpindah ke tali pohon yang lain. Seperti para monyet.
Su bisa melakukannya dengan sangat terampil. Dan penuh gaya akrobatik.
Selain itu Su juga bisa memanjat pohon apa saja dengan sangat cepat.
Ci berlari dengan kecepatan tinggi. Ia diikuti oleh kera-kera muda yang berada di atas pohon yang ditugaskan untuk melemparkan batu-batu kecil.
Ci dengan sangat baik mampu menghindarinya. Tidak ada satu lemparan batu kecil yang mengenai tubuhnya.
Semakin hari Ci berhasil mencapai batas finis dengan catatan waktu yang lebih cepat.
Wok ditugaskan untuk memindahkan batang-batang kayu. Dari satu tempat ke tempat yang jauh.
Wok harus melakukannya sambil berlari dan tidak boleh berhenti sampai batang kayu yang dibawa memakai belalainya berpindah tempat.
Melatih keseimbangan dan konsentrasi.
Semakin hari Wok melakukannya dengan semakin baik. Dan beban yang diangkat oleh Wok semakin bertambah berat.
Su menjalani latihan fisik yang juga berbeda.
Karena Su adalah seorang manusia yang berjiwa binatang. Mia memberikan porsi yang sesuai untuk mengoptimalkan potensinya.
Su akan berenang di sepanjang sungai besar sampai di titik air terjun.
Su tidak hanya sekedar berenang. Tapi ia juga harus berenang dengan cepat.
Karena kawanan ikan kanibal dan ikan predator memburunya dari belakang.
Garis akhirnya adalah ketika Su sudah terjun bebas. Meluncur dari air terjun yang curam dan deras.
Selanjutnya Su harus melewati hamparan semak belukar. Kediaman tanaman-tanaman berduri yang menggigit.
Medan yang sulit ini yang membuat kulit Su menjadi kebal.
Semakin hari anak manusia itu semakin piawai dalam melakukannya.
Dan yang terakhir berupa tes atau latihan fisik yang harus dilakukan bersama-sama baik oleh Ci, Wok dan Su.
Mereka bertiga berkewajiban menyelesaikan lari satu kali putaran. Mengelilingi hutan belantara.
Tes yang kedua adalah uji ketangkasan yang membutuhkan kecerdikan dan pengetahuan untuk menyelesaikannya.
Mia memberikan soal yang berbeda-beda kepada tiga muridnya. Demi meningkatkan kemampuan berpikir masing-masing.
Pertanyaan untuk Ci.
"Seberangi lah sungai di siang hari",
Pertanyaan untuk Wok.
"Petik lah buah kelapa muda",
Pertanyaan untuk Su.
"Ambil lah sebuah mutiara",
Ujian ini dilakukan satu persatu dan disaksikan oleh guru mereka dan teman yang lain.
Wok yang memulai pertama kali.
Gajah itu harus bisa memetik setidaknya satu buah kelapa muda langsung dari pohonnya.
Memakai belalainya Wok mengambil sebuah batu.
Kemudian Wok melempar batu itu ke buah kelapa muda yang bergelantung di atas pohon kelapa yang tinggi.
Wok berhasil melakukannya di tembakan yang kesekian kali.
Satu buah kelapa muda jatuh. Wok berhasil menjawab pertanyaan untuknya.
Wok yang tidak mungkin memanjat pohon kelapa yang tinggi memanfaatkan belalainya yang kuat.
Berikutnya adalah Ci dengan pertanyaan seberangi lah sungai di siang hari.
Menyeberang sungai bagi kancil adalah urusan yang gampang-gampang susah. Bisa dilakukan tapi pelan-pelan karena Ci tidak terlalu cekatan dalam berenang.
Persoalannya bukan hanya sekedar karena sungai itu dalam. Tapi masalahnya adalah kenapa harus di siang hari.
Di waktu pagi sampai sore hari. Sungai yang harus diseberangi oleh si kancil dipenuhi dengan buaya-buaya yang sedang berendam.
Jika Ci salah perhitungan. Maka ia tidak hanya gagal dalam ujian. Melainkan nyawanya pun melayang.
"Izinkan aku menyeberangi sungai dengan memijak kepala kalian?",
Ci berbicara kepada para buaya.
"Memangnya ada apa kancil?",
"Kalau kamu tidak bisa menyeberang sungai lebih baik kamu ambil jalan memutar",
Kancil memberikan penjelasan.
"Sebagai sesama makhluk hidup yang tinggal di dalam hutan belantara aku kasihan kepada kalian para buaya yang sering berendam dan berjemur di sungai",
"Kenapa bisa begitu kancil?",
"Aku akan memberitahukan sebuah rahasia tapi dengan satu syarat kalian para buaya jangan marah kepadaku",
"Kenyataannya hanya aku yang peduli kepada kalian para buaya",
"Binatang yang lain tidak ada yang mau bilang kepada kalian karena kalian para buaya terlalu sombong",
"Apa itu kancil?",
"Katakanlah kancil",
"Beritahu kami",
Kancil menjawab.
"Berjemur di terik siang hari bolong membuat kalian menjadi bodoh",
Ucapan Ci sontak membuat para buaya meradang.
Buaya-buaya itu pun marah kepada kancil.
"Jangan bicara sembarang kancil!",
"Kamu bilang kami para buaya bodoh?",
"Kami akan memakan mu!",
"Telan kancil itu hidup-hidup!",
"Bunuh kancil itu!",
"Bawa dia kemari biar aku patahkan tulang-tulangnya!",
Para buaya marah besar kepada kancil. Mereka ingin memangsa kancil.
Ci berupaya untuk membuat keadaan kembali menjadi tenang.
"Lihatlah apa yang aku bilang?",
"Percayalah padaku",
"Kalian para buaya menjadi gampang marah karena terlalu sering berjemur di bawah terik matahari yang panas menyengat",
"Kalian menjadi keras kepala",
"Menyebabkan otak kalian tidak bisa berpikir dengan jernih dan mudah terpancing emosi",
"Kalian harus segera diobati",
Para buaya percaya saja mentah-mentah dengan omongan si kancil.
"Buaya yang pintar tidak akan begitu saja marah-marah",
"Lalu bagaimana supaya kami tidak bodoh dan terlihat pintar?",
"Izinkan aku menyeberangi sungai dengan memijak kepala kalian?",
"Apa kamu yakin setelah kepala kami kamu pijak kami akan berubah menjadi pintar?",
"Aku jamin",
"Baiklah kalau begitu kancil",
"Kami izinkan kamu menyeberangi sungai dengan memijak kepala kami",
Ci pun berhasil menyelesaikan tugasnya. Menyeberangi sungai di siang hari yang penuh dengan buaya.
Kancil membuktikan buaya-buaya itu begitu mudah ditipu.
"Ambil lah sebuah mutiara". Sekarang yang terakhir adalah giliran Su.
Su berenang menyusuri sungai yang mengalir ke laut.
Sampai di muara sungai Su berhenti.
Su mulai mencari di perairan yang dangkal. Kerang mutiara air tawar.
Karena sudah terbiasa dengan air dari sejak bayi bersama kawanan berang-berang. Su bisa menyelam dan bertahan di dalam air dalam waktu yang lama.
Mutiara hanya dihasilkan oleh kerang dari genus tertentu. Tidak semua tiram menghasilkan mutiara.
Mutiara terbentuk karena adanya benda asing yang mengiritasi seperti pasir atau parasit yang masuk ke dalam cangkang kerang atau tiram.
Tubuh tiram akan mengeluarkan lapisan zat pelindung bernama nacre di sekeliling iritan secara bertahap.
Lapisan-lapisan nacre yang terus-menerus terbentuk ini lama-kelamaan akan mengeras dan membentuk kristal berlapis yang disebut mutiara.
Su mencari tiram yang memiliki mutiara diantara pasir dan kerikil laut.
Salah satu kunci yang paling penting untuk bisa menemukan mutiara yang menyejukkan adalah dengan bersabar.
Setelah berjam-jam bermain di dalam air. Su akhirnya mentas dengan menggenggam sebuah mutiara yang bersinar.
Su tidak hanya menyelesaikan tugas dari Mia. Ia keluar dari dalam air dengan membawa beberapa ikan yang enak untuk dimakan.
Ikan segar yang Su bawa pulang untuk ia makan sendiri.
Karena hanya Su yang suka ikan diantara para bekantan.