Dewina gadis dari keluarga biasa memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar , sampai tetangganya bahkan orang lain melihatnya aneh , dengan kemampuannya ia bisa merasakan apa yang orang lain raskan , dan Ia bisa merasakan kehadiran makhluk astral meskipun tidak bisa melihat makhluk tersebut .
Kedua orang tuanya berpisah karena takdir ,ayahnya meninggal ketika Dewina sekolah menengah pertama .
Bagaimana Dewina menjalani kehidupannya yang tidak biasa ,mampukah ia melewati itu semua ?
Ikuti kisahnya dan beri tanggapan kalian dikomentar , terimakasih .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiga Puluh Pergi Ke Kota
Beberapa bulan kemudian Dewina di ajak pergi ke kota sama Deliana .Deliana sengaja mengajak Dewina ke kota untuk sekedar refreshing ke tempat wisata .
" Apakah kamu menyukainya ?" tanya Deliana duduk di sebuah bangku taman kota . Dewina melihat sekeliling dan merasakan udara di kota . "Aku menyukainya kota ini sangat indah dan sangat megah , gedung itu terlihat sangat tinggi sekali ,ya kak ,"Dewina mengagumi gedung yang yang ada di depan pandangannya .
"Itu gedung peninggalan sejarahwan jaman dulu lihatlah bangunannya ada yang rusak sebelah sana ,“ tunjuk Deliana pada sisi gedung . "Sayang sekali padahal bangunannya sangat bagus kalau di rawat dengan di cat warna pasti akan sangat menarik para wisatawan ,“ Dewina mengagumi bangunan tersebut .
"Kita jalan lagi yuk , kakak akan tunjukkan sesuatu padamu ," ajak Deliana berjalan menyusuri trotoar kemudian menyeberang melewati jembatan penyeberangan kemudian turun memasuki sebuah kafe terkenal di kota .
Mata Dewina langsung menuju pada sudut ruangan dimana ada sebuah cermin antik dihiasi dengan patung burung dan bunga di sebelahnya . Deliana melihat Dewina melihat cermin merasakan sesuatu tak enak kemudian mengajak Dewina duduk tak jauh dari cermin .
Ketika Deliana sedang memesan makanan dan minuman seseorang menghampiri mereka dengan senyum mengembang ,
"Anak baru ya ,“ sapa perempuan terlihat tomboy dengan mengenakan pakaian seperti laki-laki namun punya mata indah rambut di kuncir satu pakai topi .
Dewina dan Deliana melihat perempuan tersebut justru merasa aneh keduanya saling pandang . “Kakak kenal sama dia ?“ tanya Dewina pada Deliana .Deliana melihat perpuan tersebut terkejut sontak membuatnya berteriak saking senangnya . "Serita ,“ pekik Deliana kemudian keduanya berpelukan sambil berputar .
Dewina merasa aneh dengan dua orang yang sedang berpelukan . "Bisa tidak kalau tidak teriak ," celetuk Dewina tidak suka dengan gaya mereka berdua . Deliana justru tertawa melihat Dewina .
“ Kenalkan ini adikku Dewina namanya ,“ Deliana memperkenalkan Dewina pada Serita teman semasa sekolah . "Aku Serita ,“ sapa Serita pada Dewina sambil berjabat tangan .
Mereka terlibat perbincangan serius ."Kenapa bisik-bisik sih bikin penasaran saja ,“ celetuk Dewina menatap ke dua orang dewasa tersebut .“Nanti kamu juga akan tahu sendiri kok ,"jawab Deliana .
Serita adalah pemilik kafe tersebut setiap kali Deliana jarang ketemu karena mereka beda tempat tempat kerja dan tempat tinggal agak berjauhan , keduanya kalau ketemuan selalu di kafe Serita karena tempatnya selain bagus juga nyaman yang membuat selalu datang karena pemiliknya selalu ramah kepada orang yang datang .
Dewina merasa keanehan pada kafe tersebut karena hampir setiap sudut dinding ada cermin yang sama dan yang membuat Dewina tertarik adalah sebuah vas bunga bentuknya seperti tangan sedang memeluk benda seperti bentuk alat vital antara lelaki dan perempuan sungguh aneh .
Tiba-tiba suasana mendadak dingin padahal tidak ada AC membuat kulit Dewina merinding sedangkan Deliana dan Serita biasa saja atau sudah terbiasa batin Dewina .
Seseorang datang dengan tatapan kosong berjalan masuk dan duduk di sebelah Serita cuma beda kursi sambil melihat Dewina tanpa ekspresi , Serita melihat Dewina merasa kalau Dewina melihat sesuatu kemudian pamit ke dalam .
“Kamu kenapa dek ? " tanya Deliana penasaran dengan tatapan Dewina ke tempat kursi sebelah dengan tatapan sulit diartikan . “Kak tempat ini kok jadi horor ya ,“ ucap Dewina ,
Deliana mendadak merasakan kedinginan padahal di luar panas .