Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gue Pergi
Bella baru saja tiba di bandara dengan menggeret kopernya yang lumayan besar. Dia sengaja untuk lebih cepat ke bandara agar tidak terlambat. Mamah Bella tidak bisa mengantarnya karena ada pekerjaan kantor yang mendadak.
Bella mengambil tempat di ruang tunggu keberangkatan. Masih ada 2 jam lagi waktunya berada di Indonesia. Bella merogoh ponselnya dari dalam tas ranselnya. Perasaan Bella tidak nyaman, tapi dia tidak tahu ada apa. Seperti akan merasakan kehilangan sesuatu, tapi entah apa. Dia berusaha untuk menghilangkan pikiran yang tidak jelas di kepalanya.
Dia membuka galeri ponselnya. Sekali lagi dia melihat foto-foto kebersamaannya bersama Eric dan juga keluarga Eric di sana. Bella tersenyum mengingat setiap momen yang terjadi di dalam foto-foto tersebut.
"Bella akan merindukan kalian semua." Ucap Bella.
"Bella rindu tante. Rindu memasak dan membuat kue bersama." Air matanya jatuh kala melihat fotonya bersama mama Eric sedang menggunakan apron. Wajah Bella sebagian di penuhi tepung dan coklat karena ulah Eric yang mengganggunya di dapur.
Bella mengganti menu galeri ke menu pesan. Benar kata mamahnya, dia harus mengabari Eric tentang kepergiannya walaupun Eric sudah tidak peduli lagi padanya.
To : Upil Anoa
2 jam lagi gue akan berangkat ke Paris. Gue bingung mau ngetik pesan kek gimana, karena gue gak pandai merangkai kata menjadi indah buat di baca. Gue cuma mau bilang kalau gue sayang banget sama lo. Makasih lo sudah hadir di hidup gue dan menemani hari-hari gue. Gue gak akan lupain kenangan gue bersama lo. Gue minta maaf kalo gue punya salah sama lo. Jaga diri lo baik-baik.
Love you
1 jam berlalu tidak ada balasan dari Eric. Bella hanya mendesah pelan. Dia sudah bersiap-siap dengan semua barangnya.
"Jadi ini lah akhirnya." Lirih Bella.
"Selamat tinggal Eric." Bella berdiri kala mendengar nomor penerbangannya di panggil.
Bella sempat menoleh ke belakang, berharap melihat sosok Eric untuk terakhir kalinya. Tapi sampai kakinya melangkah masuk ke dalam pesawat pun, sosok itu tidak di lihat apa lagi memanggil namanya.
Bella duduk tepat di dekat jendela pesawat. Saat pesawat mulai bergerak dan melakukan take off, Bella memejamkan matanya dengan dengan sedikit berurai air mata.
"Gue pergi."
***
Eric terjaga dari tidurnya kala mendengar alarm jamnya berbunyi. Dia masih malas bergerak dari posisi ternyamannya. Tangannya meraba-raba nakas di samping tempat tidur untuk mencari keberadaan ponselnya. Setelah di dapatnya, Eric mengusap layar ponselnya untuk membuka layar menu.
Eric memicingkan matanya saat melihat ada begitu banyak pesan yang masuk ke ponselnya. Tapi ada 1 pesan yang menarik perhatiannya. Pesan itu dari singa betinanya. Eric merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. Dia terkejut membaca pesan dari Bella.
"1 jam lagi."
Eric bergegas turun dari tempat tidur untuk mencuci mukanya. Dengan tergesa Eric mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar. Eric setengah berlari menuju pintu, membuat kedua kakaknya dan juga orang tuanya bingung.
"Eric mau kemana?" Seru mama Eric dengan nyaring.
"Eric ke bandara ma."
Dengan kecepatan di atas rata-rata Eric melajukan mobilnya. Kegugupan melanda Eric. Dia berharap masih sempat bertemu Bella untuk yang terakhir kalinya.
Baru saja Eric menepikan mobilnya tepat di depan bandara, ponselnya berdering.
"Halo kak"
"Kamu segera ke rumah sakit. Mama tiba-tiba saja drop"
"APA?? Baik ka. Eric segera kesana."
Eric bingung apa dia harus keluar dari mobil dan menemui Bella atau ke rumah sakit. Otaknya berpikir keras, keputusan mana yang harus dia ambil karena semuanya penting dalam hidup Eric.
Lebih dari 10 menit Eric berperang dengan pikirannya sendiri hingga akhirnya dia memilih untuk ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit Eric langsung menuju ruang ICU. Di sana sudah ada papa dan kedua kakaknya. Mereka masih menunggu di luar ruang ICU.
"Mama kenapa ka?" Tanya Eric dengan panik. Nafasnya naik turun karena berlari dari parkiran.
"Kita masih belum tau. Dokter masih memeriksanya." Jawab Edo.
Sementara papa Eric menatap ruang ICU sambil bersedekap dada. Rasa cemas dan kuatir tergambar di wajahnya. Eno berdiri dan menghampiri dan merangkul papa nya. Eno bisa merasakan apa yang papa nya rasakan.
Pintu ruang terbuka dan keluar lah sosok yang di tunggu. Dengan menghela nafas pelan dokter tersebut memandang satu persatu Eric dan keluarganya.
"Kami minta maaf. Kami sudah berusaha tapi Tuhan berkehendak lain." Ucap dokter tersebut dengan nada penyesalan.
Seakan di sambar petir di siang hari, seketika seluruh tubuh Eric melemah. Otaknya seakan berhenti bekerja pun demikian dengan jantungnya. Dia yakin apa yang dokter katakan tadi tidak benar.
"Tidak..tidak..aku pasti salah dengar." Gumam Eric sambil menggelengkan kepalanya.
"Gak mungkin mama ninggalin Eric secepat ini. Gak ma gaaaakk!." Seru Eric dengan suara nyaring. Tubuhnya bergetar hebat karena menangis.
Tanpa pikir panjang Eric masuk ke dalam ruang ICU dan langsung memeluk mama nya yang sudah tidak bernafas lagi.
"Ma bangun ma..ini Eric. Jangan tinggalin Eric ma.." Eric terus mengguncang tubuh mama nya berharap keajaiban datang membuat mama nya hidup kembali.
Papa dan kedua kakaknya juga tidak mampu menahan tangisan mereka. Sungguh mereka tidak menyangka dengan kejadian yang menimpa mereka seperti ini. Mama Eric meninggal disebabkan karena gagal jantung. Itulah yang dokter katakan tadi sebelum meninggalkan mereka.
Eric dan keluarganya masih menunggu proses jenazah di mandikan kemudian akan di semayamkan di rumah duka. Eric tidak berhenti menangis. Kakak nya terus merangkulnya memberi ketenangan padanya.
Tiba di rumah Eric tidak mampu berkata-kata. Dia setia berada di samping peti mati jenazah mama nya. Dia merasa dunianya runtuh hari ini. Di tinggalkan oleh orang-orang yang dia cintai di hari yang sama. Dia harus di tinggal pergi Bella bersamaan dengan meninggalnya mama nya.
Papanya menghampiri Eric dan mengelus lembut pundak putra bungsunya.
"Kamu makan dulu. Dari tadi kamu belum makan apa-apa." Ucap papa nya lembut dan duduk di samping Eric.
Eric menggelengkan kepalanya lemah sambil menyeka air matanya. Papa nya hanya mampu menghela nafas melihat kondisi Eric. Dia tahu bagaimana sayangnya Eric dengan mama nya. Dari ketiga putranya, Eric lah yang paling dekat.
Daniel, David, dan Ardi juga turut hadir melayat. Mereka bertiga duduk tidak jauh dari Eric. Mereka turut merasakan kesedihan yang Eric alami. Bagaimanapun mereka bersahabat sejak dari SMP. Jadi mereka sangat mengenal satu sama lain.
"Lo harus kuat dan lo harus ikhlas." Daniel memberikan kata semangat untuk sahabatnya.
"Gue yakin pasti ada hikmah di balik semua ini." Ucap David dan memeluk sahabatnya.
"Lo gak sendiri. Kita akan selalu ada buat lo." Ardi juga ikut memberikan semangat untuk Eric.
***
Hari ini adalah hari pemakaman mama Eric. Semua anggota keluarga sudah berkumpul, termasuk juga sahabat Eric dan juga para pelayat yang berasal dari karyawan perusahaan papa Eric, kolega, dan juga teman-teman dari Edo dan Eno.
Prosesi pemakaman di pimpin langsung oleh seorang Pendeta dengan mengadakan ibadah singkat sebelum jenazah di makamkan.
Setelah prosesi pemakaman di laksanakan, para pelayat yang hadir satu persatu meninggalkan area pemakaman. Tinggallah Eric dan keluarganya. Eric masih bersimpuh di depan nisan mama nya. Sambil terisak Eric berbicara pada mama nya.
"Ma, maafin Eric yang gak bisa memenuhi permintaan terakhir mama untuk bertemu Bella. Sekarang Bella sudah pergi jauh ninggalin Eric sama seperti mama juga yang sekarang pergi jauh dari Eric. Doakan Eric dari sana ya ma."
Dengan lemah Eric berdiri dan berjalan gontai meninggalkan makam mama nya. Langit mendung dan air hujan mulai menetes. Alam sepertinya ikut berduka seperti duka yang Eric rasakan saat ini.