Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. MANTAN PENJUAL DAN PEMBELI
"Aidan sama Jihan sudah pulang ya, Pa?" tanya mama Kiara yang baru saja bangun.
Papa Denis hanya mengangguk, lalu membantu sang istri untuk duduk. "Makan ya, Ma?" bujuknya.
"Pahit, Pa." Mama Kiara memasang wajah memelas. Ia benar-benar tidak berselera untuk makan.
"Harus dipaksa, Ma. Kalau Mama begini terus, kapan bisa sembuhnya." Papa Denis menghela nafas panjang, menatap istrinya penuh permohonan.
"Ya udah, deh. Tapi dikit aja," ujar mama Kiara akhirnya luluh.
Papa Denis tersenyum. Ia pun dengan sigap mengambil makanan yang beberapa saat lalu diantarkan oleh perawat, lalu menyuapi istrinya dengan penuh perhatian.
Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan itu. Papa Denis menoleh, tatapannya seketika terlihat sedikit tajam begitu melihat siapa yang masuk. Namun, sesaat kemudian ia mengabaikan dan kembali menyuapi istrinya.
Teddy tampak menarik nafas dalam-dalam sembari mengayun langkahnya masuk. Ada perasaan gugup yang membuat langkahnya terasa berat. Ia memang sudah lama mengenal Aidan dan Fiona, tapi tidak dengan kedua orang tuanya. Bahkan ini adalah pertemuan mereka yang kedua kali setelah kecelakaan yang dialami Agnes saat itu.
"Assalamualaikum, selamat sore, Tante, Om," sapanya canggung. Ingin mencium tangan, tapi tak yakin akan mendapat sambutan.
Papa Denis hanya diam, seolah tak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya bersama istrinya.
Mama Kiara menatap suaminya yang tampak menahan amarah, kemudian berpindah menatap Teddy. "Waalaikumsalam," balasnya datar.
Teddy mengembangkan senyum tipis. Meski papa mertuanya tak merespon, tapi setidaknya sang mama mertua masih menyahuti salamnya meski terlihat tak begitu menyukai kedatangannya.
"Semoga Tante cepat sehat kembali." Teddy meletakkan parcel buah yang dibawanya ke atas nakas.
"Terima kasih," ucap mama Kiara datar.
Teddy pun berpamitan keluar dari ruangan itu. Tadinya selain ingin menjenguk mama mertuanya, ia juga ingin bercerita mengenai Fiona. Namun, ia urungkan sebab kondisi yang tidak pas dan respon mertuanya yang dingin.
Setelah berada di ruangannya. Ia duduk seraya mengeluarkan ponselnya, mencari nomor Fiona lalu menghubungi. Sebelum pulang, ia ingin memastikan Fiona benar-benar ingin menginap di rumah Aidan, atau justru berubah pikiran dan memintanya untuk menjemput pulang. Namun, sayangnya nomor istri ke-duanya itu sedang berada di luar jangkauan.
Ia pun beralih menghubungi Aidan. Panggilan pertama dan kedua tak terjawab, hingga yang ketiga kalinya barulah Aidan menjawab teleponnya.
"Ada apa?" tanya Aidan tanpa berbasa-basi. Ia sedang bermain bersama kedua anaknya sambil menunggu Jihan dan Fiona sedang bersiap-siap saat ponselnya terus berdering. Mereka berencana untuk makan bersama di luar.
"Ai, kenapa nomornya Fiona gak aktif?" tanya Teddy.
Aidan tak langsung menjawab, ia melirik sang kakak yang berjalan ke arahnya. Keningnya berkerut tipis melihat kakaknya belum juga bersiap.
"Ai, diluar mendung, sepertinya mau hujan. Kita perginya lain kali aja, ya," ujar Fiona yang dapat terdengar oleh Teddy. Lelaki itu terdiam menyimak.
"Tapi kakak, kan lagi kepengen makan sop konro yang ada di restoran dekat showroom Papa?" ujar Aiden sembari meletakkan ponselnya di atas meja.
"Gak apa-apa, lain kali aja. Mau hujan kayaknya, Ai. Kasihan anak-anak kamu kalau dibawa keluar," kata Fiona.
"Ya udah, deh."
Fiona pun segera menemui Jihan, hendak mengajak adik iparnya itu memasak bersama untuk makan malam nanti.
Aidan baru tersadar ketika kakaknya pergi. Ia meraih ponselnya di atas meja dan ternyata sambungan telepon dengan Teddy telah terputus.
*****
"Mbak, saya mau take away sop konro satu porsi," ucap Teddy pada seorang pelayan restoran.
"Baik, Mas." Pelayanan itu pun mencatat lalu segera pergi.
Teddy duduk di bagian sudut. Ia mengedarkan pandangannya, restoran tersebut tampak ramai meski sudah sore dan keadaan di luar terlihat mendung.
Saat mendengar Fiona ingin makan sop konro, ia langsung mengakhiri panggilan dan bergegas menuju restoran yang disebutkan Aidan. Meski tak diminta, tapi ia membelikan atas inisiatifnya sendiri, hal yang sangat diinginkannya sebagai suami dan calon ayah dari bayi yang dikandung Fiona.
Teddy kemudian memicingkan mata kala tatapannya menangkap sosok yang sangat familiar baru saja memasuki restoran. Damar tampak melangkah dengan tergesa menuju sebuah meja yang tak jauh darinya, dimana seorang wanita berpakaian feminim sedang duduk. Ia reflek mengambil buku menu dan menutup wajahnya kala Damar menoleh kearahnya. Lelaki itu seperti sedang mengamati keadaan sekitar.
"Sudah aku bilang jangan hubungi aku lagi! Apa mau kamu?" Suara Damar terdengar, membuat Teddy mengerutkan keningnya dan menajamkan pendengarannya.
"Aku mau kamu nikahin aku. Aku ingin anakku punya sosok Ayah." Wanita itu menatap dengan memelas.
"Jangan gila! Aku gak mungkin bertanggung jawab pada anak yang bukan darah dagingku. Jangan lupa aku selalu memakai pengaman setiap kali memakai jasa kamu!" Damar mengepalkan, geram pada salah satu mantan kencan tidurnya itu. Namun, sebisanya ia menahan emosi sebab tak ingin menimbulkan keributan.
"Aku tahu, aku juga gak bilang kalau itu anak kamu. Please Damar, tolong aku. Aku cuma butuh sosok yang bisa memberi aku dan anakku status yang jelas dan itu kamu. Lagipula kamu juga gak jadi nikah, kan?"
"Kalau kamu butuh status, kenapa kamu gak cari laki-laki yang sudah menghamili kamu dan minta pertanggungjawaban sama dia? Kenapa harus aku yang sama sekali gak ada hubungannya dengan kalian berdua!"
Wanita itu membuang nafas berat sembari mengusap wajah. "Aku gak tahu siapa ayahnya," ucapnya lirih.
"Itu resiko kamu. Tolong jangan libatkan aku, kita udah lama gak ada hubungan apapun lagi. Lagipula kita hanya sebatas mantan penjual dan pembeli, gak lebih!" Damar kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Dan satu lagi yang harus kamu tahu, pernikahanku hanya sedang diundur bukan dibatalkan. Aku ingatkan jangan coba-coba mengganggu aku lagi!" Damar menatap tajam wanita itu lalu berbalik pergi. Namun, langkahnya seketika terhenti saat tatapannya tertuju pada Teddy yang juga sedang menatap kearahnya dengan tajam.
"Teddy...." Damar seketika membeku, wajahnya nampak pias.
*****
Mohon maaf baru bisa update 🙏 Kemarin hape ku rusak konektor cas nya dan baru diambil di tukang servis.
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰