Bertahun-tahun Nayla Larasati menyimpan rasa pada Nathan Anderson Decland, teman masa kecil sekaligus kakak angkat Nayla.
Namun.. hingga Nayla menamatkan pendidikan sebagai dokter, Nay masih memendam perasaan itu sendiri pada Nathan yang sudah menyelesaikan pendidikan sebagai dokter spesialis jantung di London.
Saat kembali ke Indonesia, Nathan telah memilih gadis lain sebagai pendamping hidupnya.
Perasaan Nayla hancur, gadis itu memilih kembali ke kampung halamannya, mengabdikan diri sebagai dokter umum di kota terpencil.
Apakah Nayla mampu menghapus Nathan dalam hidupnya?
Sementara Nathan tidak mengetahui perasaan Nayla untuknya yang sangat mendalam.
Ikuti terus kelanjutan kisah Nayla-Nathan. Semoga kalian suka 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAD MOOD
Keesokan harinya...
Nayla masih berkutat dengan pekerjaannya ketika Karina menghubunginya.
"Nay... Kebetulan aku dan Ryan sedang makan di Cafe depan Klinik mu. Ayo kemari Nay, makanannya sangat enak loh". Suara teman baiknya itu terdengar di seberang handphone Nayla.
"Tapi pekerjaan ku belum selesai, dokter Karina", jawab Nayla tanpa menghentikan ketikannya di laptopnya.
"Huhh... memangnya apa yang kamu kerjakan Nay? Sekarang jam istirahat loh. Aku tunggu kamu menyusul kemari ya. Sampai ketemu!".
"Aku tidak bisa Kar..."
Nayla menatap layar handphone miliknya. Karina telah memutus sambungan. "Ah... Karin memaksa sekali". Nayla menggerutu.
Gadis itu melihat arloji nya, sekarang hampir pukul satu. "Masih ada waktu sekitar dua puluh menit lagi jam istirahat habis", gumamnya.
Nayla berdiri dari kursi hendak menyusul Karina dan kekasihnya Ryan yang kantornya memang di dekat klinik. Karina memang pernah bilang, ia dan Ryan sering makan di cafe depan itu, namun Nayla belum pernah mencoba makanan di sana. Ia lebih memilih makan siang di kantin klinik karena malas untuk menyeberang jalan yang banyak mobil lalu-lalang.
Nay mengambil handphonenya kemudian keluar ruangan. Hari ini ia belum bertemu Nathan. Menurut Deri setelah memeriksa semua pasiennya, Nathan harus menghadiri simposium dokter jantung yang di adakan di hotel, belum tahu sampai jam berapa laki-laki itu kembali.
Sebelum pergi Nathan meminta Deri menyampaikan pesannya pada Nayla agar menyelesaikan pekerjaan di atas meja Nathan.
Jadilah Nayla sibuk menyelesaikan perintah Nathan hingga menjelang jam istirahat habis. Nay tidak mau nanti Nathan marah jika ia kembali ke kantor dan tugas itu belum di selesaikan Nayla.
*
Nayla terlihat menyeberang jalan bersama salah satu satpam klinik. Dari kejauhan gadis itu dapat melihat Karina dan Ryan telah menempati salah meja sambil berbincang karena kaca cafe bening jadi pengunjung terlihat dari luar.
Karina langsung melambaikan tangannya ketika Nayla masuk.
"Sesibuk apapun, kita tetap harus menjaga kesehatan Nay. Apa sih yang kau kerjakan sampai-sampai hampir melupakan makan siang mu", ujar Karin memanggil waiters agar membawa buku menu.
"Kamu harus mencoba Hambagu pride nya. Menurut ku sangat enak porsinya cukup banyak, bisa kenyang hingga sore", ujar Karina.
Nay setuju untuk mencoba hidangan yang di rekomendasikan Karin. Keduanya mengobrol akrab seperti biasa kalau sudah bertemu, sementara Ryan sedang menerima panggilan telepon.
Tak lama pesanan mereka datang, Nayla dan Karin langsung menyantapnya. Nayla makan cukup cepat mengingat waktunya tidak banyak karena sudah mepet jam istirahat habis.
Tersisa lima menit waktu istirahat selesai, Nayla berdiri dari tempat duduknya. "Karina, Ryan...maaf aku harus kembali ya. Lain kali kita bertemu lagi", ucap Nayla sambil memeluk teman baiknya tersebut.
"Nay, kamu langsung pergi saja biar aku yang bayar", ujar Ryan.
"Benarkah? Terimakasih kalau begitu", ucap Nayla sambil melambaikan tangannya berlalu dari hadapan kedua temannya itu.
Nay nampak ragu-ragu untuk menyeberang jalan, mobil yang lewat padat dan sopir-sopir kendaraan tidak mau memberi jalan.
"Huh... mereka ini membuat ku kesal saja", gerutu Nayla kesal.
"Kamu takut menyeberang jalan, Nayla?"
Nayla menolehkan wajahnya. "dokter Aldi?". Nayla kaget.
"Aku melihat mu bersama teman mu", ujar Aldi sambil menuntun Nayla menyeberang jalan".
"Apa dokter akan bertemu kak Nathan? Tapi dia belum kembali dari simposium".
"Aku kebetulan lewat saja bersama temanku, jadi mampir makan siang dulu ke cafe harmoni", jawab Aldi tersenyum.
Keduanya sudah sampai di depan klinik.
"Terimakasih dok sudah membantu ku menyeberang jalan", ucap Nayla tertawa karena ia memang takut jika harus menyeberang jalan yang padat kendaraan seperti di depan klinik.
Aldi pun tersenyum mendengarnya. "Sama-sama Nayla. Tapi kamu jangan memanggilku seperti itu, panggil aku kakak saja sama seperti kamu memanggil Nathan oke".
Nayla menganggukkan kepalanya. "Siap. Kak aku masuk dulu ya". Nayla melihat ke arah carport sudah ada mobil Nathan. "Kakak tidak mau ketemu kak Nathan dulu, dia sudah kembali", ujar Nayla menunjuk mobil Nathan.
"Lain kali saja, karena aku sedang bersama teman-teman ku", jawab Aldi. "Kakak kembali ke cafe ya, salam buat Nathan", ujar laki-laki itu membalikkan badannya.
*
Dengan langkah cepat Nayla kembali ke atas. Gadis itu melihat arloji. "Ya ampun sudah lewat tujuh menit", gumamnya terlihat buru-buru keluar lift langsung menuju ruangannya.
Nayla tergesa-gesa masuk ruang kerja.
Ceklik...
Kedua matanya langsung melihat sosok Nathan yang telah duduk di di meja kerjanya di hadapan Macbook.
"Kak..
"Darimana saja kamu Nayla? Kenapa kau tidak menyelesaikan pekerjaan yang aku berikan", tegas Nathan dengan nada ketus. Lebih tepatnya mood laki-laki itu sedang tidak baik. Terlihat dari wajahnya yang dingin.
"Aku dari makan siang bersama teman ku di cafe depan", jawab Nayla polos.
"Kamu harus belajar bertanggung jawab dengan pekerjaan mu Nayla. Jangan pernah meninggalkan pekerjaan penting yang belum selesai untuk alasan apapun!", balas Nathan kesal.
Nayla duduk di kursinya. Ternyata pekerjaan yang di berikan Nathan tidak ada lagi di layar komputernya.
Nayla melihat Nathan sedang mengerjakannya sendiri. "Kak biar aku lanjutkan–"
"Tidak perlu!", ketus Nathan.
Nayla melihat laki-laki itu sangat kesal. Dia tidak tahu kenapa Nathan sampai marah seperti itu padanya. Padahal tugas yang Nathan berikan hanya sedikit lagi selesai. Namun tindakan Nathan itu membuat Nayla tidak enak.
Ceklik..
"Sayang...kenapa tiba-tiba kamu menyuruh ku datang ke kantor mu?"
Keira yang terlihat glamor masuk keruangan itu dengan senyum di wajahnya.
"Kemari lah temani aku bekerja. Sekaligus membahas pertunangan kita. Bagai mana kalau pertunangan kita majukan saja tanggalnya Kei? Apa kau bisa menunda pekerjaan mu?", ucap Nathan intim pada kekasihnya yang duduk di depan meja kerjanya.
Keira tidak menjawab apapun.
Sesaat kemudian barulah wanita itu tersenyum sumringah. "Tentu saja aku setuju, sayang", jawabnya mesra.
Nayla terdiam di kursinya. Dengan berbagai macam pikirannya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Maudy masuk ruangan itu dengan tumpukan berkas di tangannya.
"Letakkan saja di meja sofa", perintah Nathan.
"Baik dok", jawab Maudy mematuhi perintah atasannya tersebut.
Keira berdiri di dekat jendela kaca. Wanita itu melihat pembangunan ruang rawat inap yang hampir rampung.
"Kamu seleksi lagi lamaran yang sudah masuk", perintah Nathan melirik Nayla sesaat.
"Iya kak", jawab Nayla langsung mengerjakan apa yang di suruh Nathan. Nayla mengikat rambutnya secara acak, menampakan leher putih gadis itu.
Lidah Nathan berdecak kesal melihat Nayla. Gadis itu sudah mulai dengan pekerjaannya duduk di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan.
Nathan berdiri dari kursinya, menghampiri Keira yang masih melihat keluar jendela.
Tiba-tiba Nathan memeluk pinggang Keira tanpa perduli ada Nayla juga di ruangan itu.
"Sayang ada Nayla di sini", bisik Keira namun Nayla tetap mendengar nya.
Nathan kian mengeratkan pelukannya dari belakang tubuh kekasihnya itu. Yang kini menyandarkan kepalanya pada dada bidang Nathan.
"Bukankah ulang tahun mu sebentar lagi, bagaimana kalau kita gabungkan saja dengan pertunangan kita, Kei?", tanya Nathan begitu intim.
Keira menolehkan wajahnya menatap kekasihnya. Tanpa malu-malu wanita itu mengusap lembut rahang Nathan yang di tumbuhi rambut-rambut halus.
"Tentu saja aku setuju dengan mu, sayang. Aku akan segera memberi tahu orang tua ku", jawab Keira terlihat sangat bahagia sekali.
Kedua netra Nayla memanas. Dadanya terasa begitu sesak melihat Nathan dan Keira bermesraan di depannya. Sepertinya Nathan sengaja melakukanya di hadapan Nay.
Nayla berdiri dari duduknya, melangkahkan kakinya ke toilet. Nathan sempat melihat punggung Nayla.
Air mata yang menganak di sudut netra Nayla kini jatuh menyentuh wajahnya. Gadis itu memukul-mukul dadanya yang kian terasa sesak. Beban berat terasa begitu menghimpitnya.
"Kenapa aku seperti ini. Mereka memang sepasang kekasih dan memang mereka akan bertunangan kemudian akan segera menikah. Aku sudah tahu itu. Tapi Kenapa aku masih sakit melihatnya", lirih Nayla menghapus air mata dengan punggung tangannya.
Nayla mengambil banyak tisu, menatap wajahnya di cermin. Mata bening itu berganti merah seperti orang yang sedang sakit mata. Nay mengusapkan tisu ke sudut matanya.
"Aku harus menunjukkan tidak ada apa-apa. Mereka tidak boleh tahu perasaan ini", lirih Nayla pelan.
Berusaha menguatkan hati, Nayla membuka pintu toilet. Ternyata tidak ada lagi Nathan dan Keira. Keduanya telah pergi.
Nayla memejamkan matanya sambil membuang nafas. "Syukurlah. Aku akan menyelesaikan pekerjaan ini", ujar Nayla kembali duduk di sofa.
...***...
To be continue
Tinggalkan komentar kalian ya 🙏
sama-sama cinta tp gak sadar....