Mendadak Istri

Retta semakin beringsut mundur. Dia segera menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Nggak usah bohong deh, gue tahu itu motor yang sering antar jemput lo punya siapa. Punya Vanno kan?" tanya cowok yang pertama. "Lo punya hubungan apa sama Vanno?" lanjutnya dengan tatapan mata penuh intimidasi.

Deg.

Retta menoleh dan menatap cowok yang ada di sampingnya itu. Dia sedikit khawatir. Cowok itu memakai seragam yang sama dengan Vanno, berarti dia juga anak PB, batinnya.

Retta masih diam tidak menjawab. Karena geram, cowok tadi langsung menarik lengan Retta dengan kasar.

Aauuwww. Teriak Retta.

"Apa-apaan sih, lo!" Retta berusaha menepis tangan cowok tadi tapi tenaganya terlalu kuat. "Mau lo apa hah?" tanyanya kemudian.

"Gue tanya sekali lagi, ada hubungan apa lo sama Vanno?" teriak cowok itu lagi sambil mengeratkan cengkramannya.

Retta meringis. Lengannya terasa sakit. "Ada urusan apa lo sama Vanno?" bukannya menjawab Retta malah bertanya balik.

"Ciihh, mau tahu lo?" tanyanya dengan geraman. "Vanno itu sok belagu, dia berlagak nggak suka sama cewek manapun. Tapi nyatanya, hampir semua cewek populer di sekolah dipacarinya." lanjutnya.

Retta membulatkan mata dengan lebar. Pacar?. Mas Vanno punya pacar?. Dia terkejut mendengar pernyataan cowok itu.

Melihat Retta masih diam dan tidak bereaksi, cowok itu menghempaskan lengan Retta dengan kasar.

"Kenapa diem?, lo kaget jika ternyata cowok lo punya pacar di sekolahnya hah?" tanyanya lagi.

Retta masih diam mencerna omongan cowok itu. Tidak mungkin. Itu yang ada di pikirannya.

"Jaga cowok lo baik-baik. Jika dia masih suka godain cewek gue, jangan salahkan gue jika dia akan berakhir di atas meja operasi." Katanya sambil berjalan menjauhi Retta.

Hujan tinggal menyisakan gerimis. Retta terus memandangi kepergian kelima cowok tadi. Pikirannya masih tertuju pada omongan cowok tadi. Tapi, hatinya menolak. 

Dia yakin jika suaminya bukan cowok seperti itu. Mommynya Vanno pernah menceritakan kejadian kelam yang menimpa Vanno waktu kecil hingga trauma.

Flashback on

Setelah pulang sekolah, Retta dijemput oleh mommynya Vanno. Dia akan ikut ke butik mommynya Vanno. Dari semalam, Benito sudah menelepon Retta untuk ikut dengan sang mertua ke butik. Akhirnya dengan terpaksa Retta ikut ke butik.

Setelah sampai di butik, Benito segera menarik Retta untuk mencoba baju koleksi terbaru dari butik. Retta didandani sedemikian rupa dan harus berpose di depan kamera.

Sang mertua hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Benito, si asisten.

"Aku tidak mau tahu jika sampai Vanno tahu istrinya kamu paksa jadi model koleksi terbaru ini dia akan ngamuk." kata mommy kepada Benito.

"Tenang saja. Nita yakin babang Pano tidak akan tahu. Dia tidak pernah tertarik dengan hal seperti ini." kata Benito yakin.

Setelah beberapa kali ganti baju dan melakukan sesi foto, Retta dan mommynya Vanno beristirahat di ruang kerja sang mommy.

Retta melihat sekeliling ruangan tersebut. Elegan dan nyaman sekali, batinnya.

Ada sebuah sofa bed di ujung jendela kaca yang luas hingga bisa menampakkan pemandangan kota dari lantai empat belas itu. Di sebelahnya, ada sebuah rak buku dengan berbagai macam buku dan majalah fashion dari berbagai negara. 

Di atas meja kerja mommy, ada sebuah layar monitor dan bunga kaktus sebagai penghias. Di sana juga ada beberapa sketsa rancangan baju yang mungkin belum diselesaikan oleh sang mommy.

Retta berjalan mendekat ke arah meja itu. Tak sengaja matanya melihat sebuah bingkai foto. Dilihatnya ada foto seorang anak laki-laki berusia sekitar empat atau lima tahun dan seorang anak perempuan berusia sekitar satu tahun. 

Retta mengambil bingkai foto itu. Dia terkejut ketika menyadari anak laki-laki itu adalah Vanno di waktu kecil.

Ketika sedang memperhatikan bingkai foto tersebut, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.

"Sedang apa Ta?"

.

.

.

.

.

\=\=\=\=\=

Masih slow up ya.. 🙏🙏