Cinta Bunga Matahari

Malam kian semakin larut, kini Cinta sudah kembali dari klub milik Edgart. Sudah seharian ini Cinta menghabiskan waktunya bersama Edgart. Ia sedikit terhibur dengan keberadaannya. Edgart menjadi pendengar sekaligus penasihat baginya, segala masalah yang terjadi beberapa hari ini ia curahkan padanya. Cinta tidak merasa sungkan lagi padanya, bagaimanapun ia butuh teman untuk sekedar bercerita dan berbagi masalah yang saat ia hadapi.

Belum sempat Cinta membuka pintu rumahnya, Cinta dikejutkan dengan kedatangan Murat yang tampak tak seperti biasanya.

Hi Cinta, tampaknya kau baru saja tiba di sini? tanya Murat padanya.

Iya, aku baru saja kembali dari suatu tempat? jawabnya seolah tak memiliki semangat.

Apa kau lelah? Ada yang ingin aku bicarakan padamu? tanya Murat seolah menunggu persetujuannya.

Aku sedikit lelah, tapi tak apalah. Kau sudah jauh datang kemari, tak sopan jika aku menolakmu, ucap Cinta seolah setuju.

Bagaimana jika kita berbicara di taman dekat komplek ini? tanya Murat seolah memberi saran.

Aku ikut saja, jawab Cinta setuju.

Hai, apa yang ingin kau bicarakan padaku? tanya Cinta lagi seolah ingin tahu.

Apakah kamu baik-baik saja hari ini? Sungguh seharian ini aku selalu memikirkanmu, ucap Murat sedikit cemas.

Kau lihat, aku baik-baik saja, tidak ada yang terjadi padaku! jawab Cinta tersenyum getir sambil merentangkan tangannya.

No, kau terlihat tidak baik-baik saja saat ini. Matamu sembab, kau seperti baru selesai menangis. Aku tahu kau sedang berbohong padaku, ayo katakanlah! jangan menyembunyikan sesuatu dariku, ucap Murat seolah penasaran.

Aku tidak menyembunyikan apapun darimu. I am ok, ucap Cinta penuh penekanan.

No, tell me please! Do not lie to me again, ucap Murat seolah memaksa.

Apa yang harus aku katakan padamu, kau seolah tahu apa yang aku rasakan. Yah tentu saja kau tahu itu, karena ini semua terjadi karena mu. Kau memaksaku untuk melepaskannya, dan itu sudah terjadi. Aku sudah melakukan itu....ucap Cinta menangis sambil memukul-mukul dada Murat.

Kau tahu, dia menuduhku bermain dibelakangnya, padahal ia tahu jika aku begitu mencintainya. Aku melakukan ini untuknya, tambah Cinta lagi berderai air mata.

Maafkan aku Cinta jika obsesiku telah mematahkan hatimu, ucap Murat seakan menyesal sambil memeluknya.

Kau dan dia sama saja, kalian sama-sama brengsek, ucap Cinta lagi tak berhenti memukulnya.

Pukullah aku sekuat-kuatnya jika itu bisa membuatmu merasa senang. Aku tahu caraku ini salah, tapi yakinlah cintaku tidak pernah salah. Tolong jangan menangis lagi, aku tak sanggup melihat air matamu, ucap Murat seakan merasakan kesedihannya.

Hati ini sangat terluka Murat, ini begitu sakit, sangatlah sakit, ucap Cinta lagi sambil memukul dadanya yang terasa sesak.

Semua akan baik-baik saja, aku bersamamu, ucap Murat seolah menenangkannya sambil memeluknya dengan sangat erat.

Di sisi lain, tampak Hary dengan wajah gusar bercampur sedih melajukan mobilnya tepat di depan rumah kekasihnya yang tadi telah melepaskannya begitu saja. Pandanganya seolah terpaku dengan mobil yang terparkir di depan rumah itu, ia sangat mengenal mobil di depannya itu.

Entah mengapa kini firasatnya mengatakan jika Cinta sedang bersama si pemilik mobil ini. Ia pun melajukan mobilnya seolah mencari keberadaan mereka. Hingga tibalah ia di sebuah taman, yang tak jauh dari rumahnya.

Ia tampak terkejut dengan pandangannya saat ini. Mereka berpelukan layaknya sepasang kekasih. Mereka seolah nyaman dengan kegiatan mereka itu. Mereka juga tak sadar jika Hary kini menatap mereka dengan rasa teramat tidak suka. Api cemburu seolah telah membakar hatinya saat ini.

Dengan keputusasaannya ia berjalan mendekati mereka. Ia menarik tangan Murat yang sejak tadi memeluk Cinta dengan penuh rasa cinta.

Bughh, satu pukulan mendarat tepat di wajah Murat hingga pria itu tersungkur di tanah. Tak puas hanya dengan itu, Hary terus memukulinya tanpa ampun. Namun Murat tak ingin diam saja, ia membalas balik pukulan Hary dengan tak kalah sengit. Hingga perkelahian itu tak dapat dielakkan lagi. Mereka saling memukul satu sama lain, tanpa peduli keadaan mereka yang sudah berantakan dengan cucuran darah di wajah masing-masing.

Dasar kau pria brengsek. Kau tahu ia sudah memiliki kekasih tapi kau tetap saja ingin mendekatinya, ucap Murat di sela perkelahian itu.

Aku mencintainya, jadi aku harus memilikinya. Kau tak pantas bersamanya, ucap Murat pula tak mau kalah.

Lalu apa kau pikir kau pantas dengannya? ucap Hary sambil melayangkan tinjunya dengan sangat berapi-api, hingga Murat terpental dan jatuh ke tanah.

Bagaimanapun Hary tidaklah mudah untuk dikalahkan. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga Murat. Tubuh Hary pun juga tampak lebih besar dari tubuhnya. Kini Murat tersungkur kembali di atas tanah. Ia seakan telah kalah dari Hary.

Cinta tampak begitu syok melihat perkelahian dua pria itu. Peringatannya seolah diabaikan begitu saja. Ia tak tahu harus bagaimana menghentikan kebodohan dua pria itu. Tiba-tiba saja kepala Cinta menjadi pusing, dan ia mulai terhuyung-huyung, dan akhirnya ia pingsan dan jatuh ke tanah.

Sontak saja, perkelahian itupun berhenti seketika. Mereka juga sangat syok melihat keadaan Cinta yang kini pingsan karena kebodohan mereka yang berkelahi di depannya tanpa peduli akan perasaan gadis itu yang sejak tadi ingin melerai mereka.

Kemudian tanpa aba-aba mereka langsung mengangkat tubuh Cinta dan memasukkannya ke dalam mobil Hary, dan berlalu membawanya menuju rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan dari dokter.

Sesampai di rumah sakit, mereka begitu tegang dan cemas menunggu dokter memeriksa keadaan Cinta yang tampak pucat, lemas, dan tak sadarkan diri.

Bagaimana dokter, apa yang terjadi dengannya? tanya Hary seolah begitu cemas dengan keadaan kekasihnya itu.

Dia hanya pingsan dan sedikit syok. Asam lambungnya juga kambuh, tekanan darahnya juga tampak sangat rendah. Mungkin dia lupa makan untuk mengisi perutnya seharian ini. Biarkan ia istirahat dulu, dia tampak lemah, ucap dokter menjelaskan.

Terima kasih dokter atas informasinya, ucap Murat pula.

Jika tidak ada pertanyaan lain, saya permisi dulu untuk melihat pasien yang lain. Jika ia sudah sadar, tolong panggil saya kembali, ucap dokter itu lagi sambil berlalu meninggalkan dua pria itu.

Mereka tampak sedih memandang gadis yang kini tergeletak di atas kasur dengan tangan yang terpasang infus. Hati mereka begitu nyeri. Mereka seolah mengutuki diri mereka sendiri karena tadi mengabaikannya hanya karena obsesi dan rasa cemburu yang tiada henti.

Cinta, maafkan aku. Aku tahu aku salah telah melukai hatimu. Sadar lah, aku di sini menunggumu, ucap Hary dengan rasa sedih tanpa sadar air mata itu menetes dari matanya.

Ucapan itu terdengar jelas oleh Murat, dan air mata itupun sempat ia lihat. Ia merasa menyesal karena menjadi orang ketiga di antara mereka, dan dengan terang-terangan ingin merebut Cinta dari kekasihnya itu. Kini, karena obsesinya Cinta terbaring lemah di sana, wajahnya begitu pucat. Murat semakin merasa bersalah, karena bagaimanapun ia adalah alasan semua ini terjadi.

Mereka begitu saling mencintai, aku terlalu egois untuk memilikinya. Hary adalah pria baik, dia begitu perhatian padanya. Tak salah jika Cinta begitu mencintainya. Aku harus merelakan dan melepaskan rasa cintaku ini, gumamnya dalam hati sambil menatap Cinta yang terbaring dan Hary yang melantunkan doa.

Hary, aku minta maaf atas perbuatan ku yang dengan sengaja ingin merampasnya darimu, sungguh aku begitu menyesal. Karena keegoisanku, Cinta menjadi menderita. Karena keegoisanku pula kalian harus terpisah, ucap Murat tanpa sungkan.

Aku juga minta maaf padamu, karena rasa cemburuku aku melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan padamu. Tapi aku ingin meminta satu hal padamu, tolong menjauhlah dari hubungan kami. Kami saling mencintai, ucap Hary lirih.

Baiklah aku akan berusaha menjauh dari kalian. Bagaimanapun semua ini terjadi karena aku. Aku yang memaksanya. Sekali lagi aku minta maaf. Satu hal lagi, kami tidak memiliki hubungan apapun, kebersamaan kami hanya karena ia ingin melindungi mu dari gugatan yang akan aku gunakan untuk menjerumuskanmu, ucap Murat seolah menjelaskan semua akar masalah ini.

Aku tahu itu semua, ucap Hary pula.

Aku pikir, aku harus pergi dari sini. Jaga dia untukku. Bagaimanapun hanya kau yang ia butuhkan saat ini, bukan aku. Tolong kabari aku jika ia sadar nanti, ucap Murat pamit.

Baiklah, aku akan mengabarimu jika ia sudah sadar, balas Hary pula.

Kemudian Murat pun berlalu meninggalkan gadis yang ia cintai itu bersama kekasihnya. Ada rasa tak rela untuk meninggalkannya saat ini, tapi ia tak ingin saat Cinta sadar nanti keberadaannya akan semakin tidak baik. Lebih baik ia menjauh untuk saat ini. Bagaimanapun kebahagiaan Cinta adalah prioritas saat ini.

Ternyata selama ini ia telah salah,

Mencintai tanpa balasan itu memang menyakitkan. Akan tetapi memaksa cinta dari orang lain dan membuatnya menderita, itu lebih menyakitkan lagi.

Merelakan dan melepaskan memang sangatlah sulit, tapi itu harus dilakukan. Karena mencintai tidak harus memiliki apalagi memaksakan...

.

.

.

.

Besok kita up lagi yah 🫶

Terima kasih telah mampir di karyaku ini🙏