Bukan Mantan

"Sialan lo gimana kalau Anggun liat lo!" seru Ibra kesal.

Setelah membuka pintu Ibra masuk dan nampaklah Nizar yang masih menatap ke arah kepergian Anggun.

Ya, pria di dalam mobil itu adalah Nizar "Seriusan lo Ib, Anggun udah nikah?" Ibra menghela nafasnya baru tahu Anggun sudah menikah saja Nizar terlihat lesu, gimana kalau Nizar tahu Anggun sudah memiliki anak.

Nizar memang tidak percaya dengan apa yang Ibra katakan di pertemuan mereka kemarin tentang Anggun yang sudah menikah.

Nizar pulang sejak satu bulan lalu dan langsung disibukan dengan pekerjaannya, Nizar diberi tanggung jawab sebagai pimpinan salah satu perusahaan keluarganya, hingga Nizar sangat sibuk dan belum sempat mencari Anggun, lalu beberapa hari lalu Ibra datang mengunjunginya setelah tahu Nizar telah pulang, dan yang mengejutkan Ibra membawa berita yang membuat Nizar benar- benar tak percaya. Bahwa Anggun sudah menikah.

Jadi dia datang ingin memastikan, namun begitu dia memarkirkan mobilnya di kantor Ibra, dia justru terpaku pada seorang wanita yang baru saja keluar dan menghampiri motornya, ya ... Wanita sebab Nizar lah yang merubah gadis itu menjadi seorang wanita enam tahun lalu.

Saat Nizar melihat Anggun ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya, melihat wajah cantik Anggun yang tak jauh berbeda dengan Anggun yang dia lihat lima tahun lalu, seperti ada kerinduan yang mendalam yang ingin dia lepaskan.

Nizar menelungkupkan kepalanya di bundaran setir "Astaga, gue udah gila Ib."

Ibra menepuk pundak Nizar "Gue udah cari tahu dari karyawan lain, dan emang bener Anggun udah nikah, dan gue juga baru tahu dari Anggun kalau ternyata dia juga udah punya anak."

Nizar mendongak sambil mengerjapkan matanya "Apa?" katanya dengan tak percaya.

"Gue, sempet berpikir kacau tadi Zar, gimana kalau anak Anggun itu sebenarnya anak lo, lo inget gak Anggun kuliah setelah satu tahun lulus SMA, dan jeda itu bisa aja kan Anggun melahirkan?"

Nizar membelalakan matanya mendengar penuturan Ibra, benar bisa saja seperti itu, namun baru saja Nizar menyetujui, Ibra kembali menepisnya "Tapi kayaknya gak mungkin deh."

"Mungkin aja kan Ib?"

"Ya, mungkin aja Anggun punya anak setelah nikah, kita kan gak tahu anak Anggun, usianya berapa juga kita gak tahu."

"Lo bener."

Ibra mengedikan bahu "Jadi reuni nya gimana?"

Nizar nampak berpikir lalu berkata dengan tatapan ke depan "Jadi, tapi lo harus pastiin Anggun datang."

"Gue udah tanya dan Anggun bilang dia ga ada waktu buat datang ke acara begituan. Dia milih luangin waktu sama anaknya."

Nizar mengerutkan keningnya nampak berpikir "Kalau gitu kita buat acaranya ramah keluarga, bila perlu mereka yang udah nikah boleh datang sama anak dan pasangannya."

...

Nizar yang gila dan Ibra yang kena getahnya, bagaimana mungkin Nizar memintanya memastikan agar Anggun datang, sedangkan kemarin Anggun sudah menolak untuk datang, jadi bagaimana caranya agar Anggun mau datang ke acar reuni mereka.

Di kantin Ibra melihat Anggun sedang berbincang bersama teman sekantornya, lalu setelah menghela nafasnya Ibra berjalan mendekat "Sori Nggun, ada yang mau aku omongin," ucap Ibra dan langsung mendapat tatapan salah tingkah dari teman Anggun.

"Ya, udah Nggun kita duluan, permisi pak." teman- teman Anggun pun membubarkan diri, dan kini tingga Ibra dan Anggun disana.

"Ada apa ya Pak?" tanya Anggun.

Ibra meletakan sebuah undangan di depan Anggun "Bisa bantu aku gak Nggun."

Anggun mengerutkan keningnya lalu melihat undangan di depannya, undangan Reuni.

"Kamu mau kan datang di acara reuni sekolah kita ... " baru saja Anggun membuka mulutnya Ibra kembali bicara "Tenang aja, acaranya ramah keluarga, jadi kamu bisa ajak suami dan anak kamu," katanya.

Anggun semakin mengerutkan keningnya "Jadi kamu harus datang .... kalau enggak aku bakal potong gaji kamu, ya ... Benar aku potong gaji kamu 50 persen!" Anggun masih terdiam saat Ibra melesat pergi, dia bahkan tak di beri kesempatan untuk bicara.

Apa- apaan pria itu, kenapa dia bicara seenaknya, dan memaksa Anggun untuk datang. Anggun melihat lagi undangan di depannya lalu menghela nafasnya, baiklah dia akan datang.