Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akad
Hayden sudah berdiri tegap menunggu Helena.
Mereka berdua kini duduk di depan penghulu.
"Kamu siap?" Helena pun mengangguk pelan.
'Smoga ini keputusan yang tepat Tuhan,' doa Helena dalam hati.
"Bisa dimulai tuan?" tanya pak penghulu.
Hayden mengangguk dengan wajah datar.
Pak penghulu mengulurkan tangan untuk dijabat oleh Hayden.
Helena duduk dengan jantung senam yang berirama tak beraturan.
Bayangan Andrew yang seolah mengejek melintas begitu saja di depan mata. Berikutnya Alice lewat dengan senyum meremehkan.
Helena menghela nafas panjang.
Aku harus bisa bahagia bagaimanapun caranya, janji Helena dalam hati.
Sah... Sah... Kata dari para saksi membuyarkan lamunan Helena.
Hayden menoleh ke sang istri yang tanpa ekspresi dan cenderung melamun. Istri yang baru saja resmi dinikahinya.
"Apa ini hanya mimpi?" Helena mencubit lengannya sendiri.
"Awh, sakit," keluhnya.
Hayden menyentil kening sang istri.
"Makanya jangan ngebayangin yang enggak-enggak. Ini bukan sinetron," ejek Hayden.
"Issshhh, nggak romantis banget sih," gerutu Helena.
Harusnya orang yang baru ngucapin ijab kabul tuh mencium kening istrinya bukannya menyentil. Gerutu Helena dalam hati.
Hayden menyodorkan tangannya ke arah Helena.
"Bukannya istri tuh harus cium tangan sebagai tanda bakti?" ucap Hayden membuat Helena mencebik kesal.
Merasa menjadi pusat perhatian yang hadir di sana, Helena pun menyambut tangan Hayden dan mengecupnya.
Dengan cepat Hayden rengkuh tubuh Helena, dan mendaratkan ciuman di kening sang istri.
"Mulai saat ini jangan berani-berani merasa sendiri di dunia ini. Ada aku yang akan siap melindungimu," bisik Hayden.
'Kenapa terdengar seperti ancaman sih? Tak ada romantisnya sama sekali,' pikir Helena.
Alex alias Parto mendekat, "Tuan, heli sudah kita siapkan. Setengah jam lagi anda musti berangkat," kata Parto.
Belum juga pak penghulu pergi, dan belum juga sempat menikmati hidangan. Tuh asisten malah ngajakin pergi.
"Aku mau keluar kota. Istirahatlah sehabis ini. Kamu harus nyiapin fisik untuk menyambut kedatangan ku," suruh Hayden.
"Kenapa musti nyiapin fisik? Apa tuan mau mengajak gulat? Aneh," balas Helena.
"Tentu saja, gulat di atas ranjang" bisik Hayden dengan tawa yang pecah.
Hayden pergi begitu saja dan Parto mengikuti di belakang.
Tanpa berganti baju, Hayden pergi dengan tergesa.
"Ini beneran aku jadi istrinya?" Helena menepuk pipi karena semua berasa mimpi.
Helena menggelengkan kepala, tak mampu berpikir dengan segala perbuatan Hayden.
Meninggalkannya pergi sesaat setelah akad nikah.
"Nyonya, karena acara telah selesai. Kita pamit duluan," pak penghulu beranjak. Karena sang tuan rumah sudah pergi duluan.
Hanny mendekat, "Selamat ya. Mulai hari ini kita sah jadi sepupu," katanya sembari merangkul Helena.
"Jangan sungkan untuk datang ke butik. Kalau perlu gesek sampai habis kartu kepunyaan suami kamu," seru Hanny tergelak.
Helena menanggapi dengan senyum.
"Mama," twins menghambur memeluk sang mama.
"Siapa mereka? Apa mereka copyan Hayden? Mirip sekali," kata Hanny menatap tak percaya Zayn dan Zayden bergantian.
"Hhhmmm... Zayn, Zayden kenalin, itu aunty Hanny," Helena memperkenalkan
"Aunty?" tukas Hanny masih tak percaya.
"Karena mereka lah yang membuat tuan Hayden menikah denganku," kata Helena lirih.
"Really? Mereka berdua keponakanku," ucap Hanny antusias.
"Sini peluk aunty," kata Hanny.
Zayn dan Zayden enggan mendekat.
"Aunty Hanny itu sepupunya Dad," jelas Helena.
"Owh," tanggap Zayn datar.
"Issshhh, kamu persis Hayden waktu kecil. Hemat sekali untuk bicara," Hanny menoel pipi Zayn.
.
Sudah seminggu pasca menikah, Hayden belum juga balik ke mansion. Tak sekalipun Hayden memberi kabar.
"Huh, bosan banget," keluh Helena.
Helena tak ada kesibukan.
Helena yang terbiasa kerja dan antar jemput kedua putranya sampai bingung mau ngapain.
Mau antar jemput, nyatanya Hayden merubah keputusan untuk memindahkan sekolah kedua putranya.
Zayn dan Zayden sementara ikut program home schooling, dengan alasan untuk keamanan.
Ponselnya berdering.
"Siapa nih? Nomor tak dikenal lagi?" kedua alis Helena saling menaut.
"Halo," sapa Helena.
"Nanti akan ada orangku yang menjemput ke rumah. Ikutlah dia!" suara Hayden terdengar di seberang.
"Ngapain?" tukas Helena.
"Sepertinya ada yang bosan di rumah, jadi aku menyuruh orang untuk mengantar kamu jalan-jalan," kata Hayden.
'Kok dia tahu ya?' pikir Helena.
"Bersiaplah!" panggilan pun terputus.
"Selalu semaunya," gumam Helena.
"Nyonya, sudah ada yang menunggu di depan," beritahu salah satu maid.
"Makasih," bagaimanapun Hayden sudah menjadi suaminya, Helena pun menurut.
Helena ke kamar utama untuk mengambil tas. Tak lupa membenahi riasan agar tak nampak kusam.
"Silahkan nyonya!" kata sopir itu dengan ramah.
"Kita mau ke mana?" tanya Helena saat mobil mulai berjalan.
"Ke suatu tempat nyonya. Tuan berpesan agar aku tak beritahu nyonya terlebih dahulu," kata sopir yang berbadan tegap itu.
"Nggak jadi nanya dech. Percuma nggak ada jawaban," tukas Helena.
Kesal. Itu yang dirasa.
Semua yang ada di sekelilingnya adalah orang-orangnya Hayden. Tentu mereka akan memihak tuan Hayden Frederick Sampson.
"Silahkan nyonya," ucapnya membukakan pintu mobil.
Sebuah klinik kecantikan yang terkenal di kalangan atas, tampak di depan mata Helena.
Klinik kecantikan yang beberapa kali disinggahi Helena saat ayahnya masih di posisi atas.
Untuk sekarang, mana berani Helena masuk. Membayangkannya saja tak sanggup.
"Nyonya kok bengong? Silahkan masuk," perkataan sopirnya membuyarkan lamunan Helena
"Ta..Tapi...," ragu Helena.
"Anda lupa siapa tuan Hayden?" serunya kemudian.
Mana bisa aku masuk, uang sepeserpun aku tak bawa. Gumam Helena dalam hati.
Apa dia nggak tahu seberapa mahal biaya perawatan di klinik ini?
"Nyonya Helena?" sambut seseorang dari dalam.
"Iya,"
Dengan wajah cantik nan ramah, wanita yang memakai sneli itu mendekat.
"Silahkan masuk. Tuan Hayden sendiri yang mereservasi khusus untuk anda. Jadi hari ini, klinik kami hanya akan melayani anda," katanya menyilahkan.
"Hah? Sampai sebegitunya? Seluruh tempat ini?" heran Helena. Dan wanita cantik itu mengangguk.
"Makanya jangan sungkan nyonya," bilangnya.
Habis berapa nih dia? Tanya Helena dalam benak.
Hampir seharian Helena menikmati segala perawatan yang ada.
Menjelang sore, dirinya baru keluar dari sana.
Seorang wanita setengah baya mendekat dengan wajah kesal. Wajahnya masih ada guratan kecantikan melekat.
"Jadi wanita ini yang membuat klinik tak menerima pelanggan yang lain," katanya kesal.
"Sok kaya sekali kamu, pakai reservasi semuanya," oloknya.
Helena tertegun.
Masih kuat melekat dalam ingatannya. Siapa wanita yang berdiri di depannya ini.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Satu, dua dan tiga. Hitunglah sampai sepuluh #Up baru telah tiba, jangan lupa kasih dukungan penuh
Like, komen n' vote ya guyssss
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...