NovelToon NovelToon
Dijebak Ratu Dari Dunia Lain

Dijebak Ratu Dari Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Spiritual / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Summon
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kang Sapu

"Urgh... k-kurang ajar! B-bajingan!" gumam Lingga lirih. Tubuhnya semakin lemas dan kesadarannya semakin memudar. "A-apa aku akan... mati?"
Seorang bartender muda yang bergumul dengan utang dan cinta buta bernama Lingga, mengira hidupnya sudah cukup kacau. Tapi, semuanya berubah drastis dalam satu malam yang kelam. Saat hendak menemui pacarnya, Lingga menjadi korban pembegalan brutal di sebuah jalanan yang sepi, membuatnya kehilangan motor, harta benda, dan akhirnya, nyawanya.
Namun, takdir punya rencana lain. Di ambang kematian, Lingga terseret oleh lingkaran cahaya misterius yang membawanya ke dunia lain, sebuah dunia asing penuh kekuatan magis, monster, dan kerajaan-kerajaan yang saling bertarung. Terbangun dengan kekuatan yang belum pernah ia miliki, Lingga harus mempelajari cara bertahan hidup di dunia baru ini, menghadapi ancaman mematikan, dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kang Sapu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Sementara itu, di luar ruangan dengan pintu besi yang tertutup rapat, Ratu Kadita dan Lira tengah menunggu Lingga dengan perasaan cemas. Lira melihat ekspresi sang ratu terlihat seolah sedang mengawatirkan sesuatu. Lira yang paham akan hal itu, seketika berjalan menghampiri.

"Yang Mulia... apa Anda sedang memikirkan bagaimana hasilnya?" tanyanya tiba-tiba.

Kadita menoleh ke arah Lira lalu mengangguk. "Benar, Lira. Aku memang selalu seperti ini... aku paling tidak bisa jika disuruh menunggu lama. Karena ini... lebih lama dari biasanya. Apa Lingga mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang kita pikirkan? Yah... semoga saja."

"Yang Mulia, kita memang berharap sesuatu yang besar akan terjadi. Dan, tak dipungkiri saya juga menunggu momen tersebut. Tapi, bagaimana jika Lingga keluar dari ruangan tersebut tanpa mendapatkan apa-apa?" tanya Lira dengan lirikan tajam.

Kadita menghela nafas kasar seraya menggeleng. Namun, ekspresi wajah yang sebelumnya terlihat kalut berubah drastis menjadi sedikit menyeramkan, seolah sedang menyeringai. "Tinggal lakukan saja seperti biasa, Lira..."

Lira tersenyum dan mengangguk paham. "Baik, Yang Mulia... akan saya lakukan sesuai perintah Anda."

*

Di dalam ruangan kosong dengan dinding batu keabu-abuan itu, Lingga tengah mengamati sebuah cincin pemberian Syaidra. Ia memutar perlahan sembari melihat dengan seksama sebenarnya apa cincin itu. Cincin berwarna hitam itu memiliki pola lingkaran dengan tulisan kuno di sekelilingnya. Namun, yang jelas ia merasakan suatu kekuatan yang cukup besar bersemayam di dalamnya.

"A-apa ini, Syaidra?"

"Itu adalah cincin Pengekang Tujuh Jiwa. Sebuah cincin yang mampu merampas dan menyerap kekuatan sebuah jiwa untuk bisa kamu gunakan atau bahkan menangkap jiwa itu sendiri. Namun, bisa tidaknya kamu melakukannya itu tergantung kemampuanmu sendiri, Lingga," sahutnya menjelaskan.

Lingga menyipitkan kedua matanya masih belum paham. "Apa hanya jiwa atau roh orang mati saja yang bisa aku tangkap dan serap kekuatannya?"

Syaidra mengangkat kedua bahunya lalu menyahut. "Entah... mungkin seiring kekuatanmu meningkat, kamu mungkin bisa menangkap sesosok dewa atau entitas kuno lainnya. Haha... tapi, itu mustahil. Mengingat riwayat cincin ini yang belum pernah melakukan hal tersebut sekalipun."

"Hmm, begitu. Tadi, apa namanya? Tujuh Pengekang Jiwa ya... lantas, apa hanya maksimal tujuh jiwa yang bisa aku tangkap dan aku gunakan kekuatannya?"

Syaidra mengangguk cepat, kini tatapan matanya terlihat semakin tajam. "Iya, Lingga. Cincin itu hanya mampu menampung tujuh jiwa sesuai namanya. Dan ingat! Sekalinya kamu menangkap satu jiwa dan mengekangnya di dalam cincin itu, kamu tak akan bisa melepasnya atau bahkan menggantinya dengan jiwa lain. Jadi, bijaklah dalam memutuskan jiwa-jiwa siapa saja yang akan kamu tangkap untuk kau gunakan kekuatannya!"

Lingga mengusap dagunya pelan sembari melayangkan pandangan ke atas, mencoba berpikir. "Berarti... aku harus fokus mengumpulkan jiwa-jiwa dengan kekuatan besar saja..."

Syaidra menyahut dengan suara lebih berat. "Tak semudah itu, Lingga. Untuk menangkap jiwa atau roh yang kuat, kemampuanmu juga harus berada di atas mereka. Tak mungkin juga roh atau jiwa yang kuat mau tunduk di hadapan manusia yang lebih lemah dari mereka."

Lingga mengangguk-angguk lalu mengangkat cincin yang ada di genggamnya ke atas. "Benar juga ucapanmu, Syaidra. Oke, baiklah... aku sudah paham. Lantas, bagaimana caranya aku menangkap dan merampas kekuatan mereka?"

"Hmm, sejujurnya itu tidaklah sulit. Mungkin, kamu hanya perlu meneriakkan sebuah perintah setelah kamu mengalahkan mereka. Tapi, tak semua harus dilakukan dengan cara kekerasan. Mungkin ada juga ada jiwa yang dengan suka rela membiarkan dirinya ditangkap karena sudah bosan berada terkatung-katung di dunia ini. Mungkin ada juga jiwa yang mau membantumu setelah kamu menolongnya menyelesaikan masalah yang belum ia tuntaskan."

Lingga kembali mengernyitkan dahi. "Perintah? Gimana contohnya? Masa iya aku teriak 'jadilah budakku' atau 'berikan kekuatanmu' seperti itu?"

"Haha! Mungkin itu bisa, Lingga. Cincin ini fleksibel dan bisa menyesuaikan siapa pemakainya. Sekarang coba pakai cincin itu!" titahnya seraya menunjuk cincin yang sedang berada di telapak tangan Lingga.

Dengan sedikit ragu, Lingga memasang cincin berwarna hitam itu di jari manis pada tangan kirinya. Sejenak, Lingga tersentak saat merasakan aliran energi chakra lain yang merambat dari cincin tersebut. Namun, lonjakan energi itu mereda dan seolah menyatu di dalam dirinya.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Syaidra penasaran.

"Awalnya kerasa kayak disengat listrik. Tapi, sekarang sudah nggak kerasa apa-apa sih," sahutnya seraya menggerak-gerakkan telapak tangan kirinya.

Syaidra tersenyum lalu mengangguk puas. "Bagus, kalau begitu. Terlihat tak ada penolakan dari cincin itu. Sepertinya cincin itu sudah menerimamu sebagai tuannya yang baru. Karena cincin itu sudah menyatu dengan energimu, mungkin cincin itu mampu menetralisir racun serta energi negatif yang masuk ke dalam tubuhmu. Tapi, tergantung kuat tidaknya racun tersebut. Jika racun itu sangat kuat, mungkin efek yang ditimbulkannya bisa ditahan cincin itu untuk sementara. Dan satu lagu... ia mampu mendeteksi hawa membunuh dari seseorang. Cincin yang bagus, bukan?"

"Bagus banget, Syaidra! Serasa punya pelindung. Haha! Terima kasih," sahut Lingga merasa puas.

Syaidra mengangguk. "Baiklah... apa ada hal lain yang ingin kamu tanyakan?"

Lingga menimbang sejenak pertanyaan dari Syaidra, lalu menyahut. "Hmm, oh iya... apa yang harus aku lakukan kepada Kadita dan anak buahnya setelah ini?"

Syaidra melayang mundur dan lebih tinggi dari posisi Lingga berdiri. "Lakukan sesukamu. Semua tergantung keputusan dan kata hatimu, Lingga."

Seketika Lingga tersenyum, raut wajahnya berubah seolah menyimpan sesuatu rencana yang besar. Ia membatin. "Sepertinya aku harus memberi pelajaran kepada Kadita dan anak buahnya. Ternyata selama ini dia telah berbuat kejam kepada manusia yang datang sebelum aku. Tunggu saja kau, Ratu Sialan! Aku nggak akan jatuh dalam jebakanmu!"

Lingga mengangguk perlahan. "Hmm, oke... terus, satu hal lagi yang sedari tadi mengganggu pikiranku," gumamnya seraya tertunduk.

"Apa itu?"

"Apa aku bisa kembali ke dunia asalku, Syaidra?" tanya Lingga dengan penuh harap. Sorot matanya menandakan betapa inginnya dia kembali ke dunia asalnya.

Syaidra menghela nafas kasar, lalu menggeleng pelan. "Hmm, kemungkinannya kecil sekali. Tapi, aku tak memungkiri jika mungkin kesempatan itu ada. Kalau beruntung, kamu mungkin bisa kembali ke dunia asalmu. Yang jelas untuk sekarang, kamu fokuslah bertahan hidup di dunia ini karena para Bethara sudah memberikan kehidupan kedua untukmu, Lingga..."

"Tapi, yang menghidupkan aku kembali kan si Lira?" kilah Lingga seraya menunjuk ke arah pintu besi yang tertutup.

Syaidra berdecak seolah menyepelekan. "Dia itu hanya perantara. Seperti yang aku katakan tadi, ini semua sudah takdir dari Bethara Brahma."

Lingga menarik nafas panjang, lalu mengepalkan tangan kanannya. "Baiklah, aku rasa sudah cukup. Aku sudah mengerti apa yang akan aku lakukan setelah ini."

"Kalau begitu aku pergi dulu, Lingga. Gunakan kekuatan itu sesuai kata hatimu. Jadilah dirimu sendiri dan percaya akan hal itu. Kelak kamu mungkin akan menjadi sosok kuat yang mampu mengguncang dunia ini," seru Syaidra mulai melayang perlahan hingga hampir menyentuh langit-langit ruangan itu. Tubuhnya kembali berpendar memancarkan aura berwarna ungu yang cukup terang.

Lingga mengangkat tangannya ke atas mencoba menahan Syaidra. "T-tunggu, Syaidra! Apa kita bisa bertemu lagi?"

"Jika kamu beruntung... mungkin aku akan meluangkan waktu untuk menemuimu lagi, Lingga. Jaga dirimu baik-baik!" sahut Syaidra seraya mengedipkan mata lalu hilang begitu saja dengan suaranya yang masih bergema di penjuru ruangan.

Lingga menatap kembali cincin yang ada di jarinya. Lalu menengadahkan kepalanya. "Sepertinya kehidupanku setelah ini akan menjadi cukup berat. Argh! Lebih baik aku selesaikan dulu urusanku di sini!" gumamnya seraya berjalan menuju pintu besi yang masih tertutup rapat.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!