Terlahir Kembali Di Dunia Lain Dengan Sistem Belanja Online

Di sisi luar kota, Natasya hanya bisa berteriak kebingungan dengan semua kekacauan ini, sebagai necromancer ia tidak kesulitan untuk membuat pasukan tengkorak yang akan melayaninya sebagai pasukannya hanya saja sekarang berbeda.

Biasanya setiap tengkorak akan membawa pedang atau perisai tapi saat ini mereka malah membawa senapan dengan pakaian militer lengkap memakai helm di kepalanya.

Adi mengatakan mereka akan disebut sebagai Skull Army, dan entah kenapa dia juga malah dipaksa bergabung dengan Shadow Hunter yang bukan sesuatu yang diinginkannya.

"Aku tidak terlalu tertarik dengan organisasi semacam itu."

Seorang yang membalas keluhannya terdengar dari dalam peti mati yang selalu di bawanya.

"Apa salahnya untuk bergabung, Adi pria tampan dan juga baik, kurasa kamu akan senang jika terus mengikuti langkahnya."

"Diamlah, kau sudah mati jangan berbicara."

"Kejamnya, aku juga punya perasaan kau tahu."

Tidak jelas apa yang sebenarnya yang ada di dalam peti tersebut, yang bisa dikatakan, itu merupakan suara wanita yang di setiap intonasinya dipenuhi kelembutan layaknya suara lonceng perak.

"Jadi para tengkorak, serang siapapun di kota tersebut kecuali anak-anak dan wanita, kalian paham."

Tengkorak saling berbisik satu sama lain, salah satunya mengangkat tangannya.

"Tapi komandan, kami lebih suka dua mangsa tersebut karena lebih lemah."

"Kau ini, apa bangganya menyerang orang lemah, aku sedikit kecewa kalian berpikir begitu... pokoknya lakukan semuanya dengan baik."

"Kami mengerti, kami akan mempertaruhkan nyawa kami sampai mati."

"Yah, kalian sudah mati sejak awal."

Natasya menjatuhkan bahunya lelah, mayat hidup miliknya tidak seperti milik Casandra yang mengerikan, miliknya terlihat seperti badut komedi atau sebagainya.

"Sekarang yang bisa aku lakukan menunggu saja."

Sebuah pedang cahaya melesat padanya hingga ia menangkapnya dengan tangan kosong, dari sekian orang yang muncul musuh di depannya jelas merupakan musuh alaminya.

Seorang wanita elf dengan job pendeta bernama Lian, Lian memiliki rambut coklat di kepang dengan tongkat suci sebagai senjatanya.

Dia mengenakan jubah pendeta putih dan untuk bagian bawahnya itu terbelah menampilkan kaki putihnya yang panjang.

"Aku benci pendeta."

"Begitu aku juga yang membenci necromancer, orang yang menentang kehendak dewi Iris sangatlah tidak bisa dimaafkan."

Dewi Iris sendiri terkenal dengan dewi yang kejam terhadap Undead, di masa lalu para necromancer diburu oleh kultus tersebut hingga jumlahnya sedikit sekarang.

Lian mengarahkan tongkatnya.

"Aku sarankan menyerahlah, dan aku akan membunuhmu dengan cepat tanpa rasa sakit."

"Begitu, kita lihat saja siapa yang akan kesakitan."

Natasya menghilang dengan cepat untuk memberikan pukulan ke wajah Lian, Lian yang menyadari hal itu segera membentuk sihir pelindung untuk menahannya. Akibat kekuatan Natasya pelindung tersebut hancur memaksanya menggunakan tongkat sebagai pertahanan.

Tubuh Lian terdorong namun tidak membuatnya terluka.

"Ini pertama kalinya aku melihat seorang necromancer yang bisa bertarung seperti ini."

Natasya menyeringai.

"Kelemahan necromancer karena mereka terlalu bergantung pada mayat hidup, tapi untukku tidak demikian. Aku sudah melatih tubuhku sejak kecil... pertarungan jarak dekat lebih cocok denganku."

"Kau jadi mengingatkanku tentang orang bernama Casandra, aku kira dia juga bisa bertarung di garis depan... memang menyulitkan, tapi aku rasa bagus juga untuk menguji kekuatanku."

Lian mengangkat tangannya yang memegang tongkat, dia tidak terfokus pada sihir serangan saja melainkan sihir pemanggil juga, yang dia keluarkan adalah sebuah roh cahaya dengan wujud wanita.

"Habisi dia."

"Sesuai yang Anda inginkan."

Setiap Natasya memukul roh itu, ia akan menyebar seperti partikel debu, di sisi lain ketika roh itu menyerang dan mampu melukai tubuh Natasya cukup parah.

"Walau pukulanmu kuat, kau tidak bisa melukai roh bukan, kini kau akan mati," tepat saat Lian mengejek, sesuatu telah terbang ke atas dan jatuh di bawah kakinya.

Ia mengkonfirmasi bahwa yang jatuh adalah sebuah penutup kayu yang membuatnya segera beralih ke arah peti mati berada, di sana dua tangan putih keluar bersamaan dengan tubuh seorang wanita dengan rambut sepanjang pinggul.

"Sepertinya kau dalam situasi sulit Natasya, biar aku bantu melawan rohnya kamu lawan saja penggunanya."

"Apa itu mayat hidup?" tanya Lian.

Tidak seperti mayat hidup lainnya wanita itu tidak memiliki wajah, untuk suaranya sendiri mampu membuat semua orang bertanya-tanya bagaimana dia bisa berbicara padahal tidak memiliki mulut.