NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Cuma Mimpi Kan?

Gus Sahil memarkirkan mobilnya di parkiran yang telah disediakan. Tampak tempat parkir itu sudah ramai oleh kendaraan berbagai jamaah sholawat, baik dari kalangan para kyai maupun orang biasa.

Hafsa keluar dari mobil dengan senyum merekah dari bibirnya. Sejak tadi, ia tak bisa menghentikan senyumnya sendiri. Apalagi sepanjang perjalanan dia hanya pergi berdua dengan Gus Sahil saja.

Saat akan memasuki lokasi pengajian, seorang laki-laki menepuk pundak Gus Sahil.

"Assalamu'alaikum Gus!" Sapa laki-laki itu. Rupanya Gus Ilham, teman dari Gus Sahil yang menikah dengan istri keduanya minggu lalu. Gus Sahil tersenyum senang, balas menyalami Gus Ilham.

"Waalaikumsalam, apa kabar Gus?"

"Makin bugar," Gus Ilham berbisik, membuat Gus Sahil turut tertawa. "Eh, berangkat sama siapa?"

Pandangan Gus Ilham kemudian beralih ke Hafsa yang berdiri di belakang Gus Sahil. "Eh, apa kabar Ning Hafsa?"

Hafsa mengatupkan telapak tangannya di depan dada. Ia tak pernah bersalaman dengan lelaki yang bukan muhrim. "Alhamdulillah baik Gus,"

"Alhamdulillah. Njenengan makin cantik saja Ning. Beruntung kali dirimu Gus," Gus Ilham berkelakar.

Gus Sahil tertawa lagi, kemudian melihat ke kanan dan kiri Gus Ilham yang tampak kosong. "Loh, istri njenengan ndak ada yang ikut to Gus?"

"Haduh, itu dia," Gus Ilham menepuk jidatnya sendiri. "Pusing aku Gus. Dari kemarin istri-istriku tidak akur. Istri pertama marah-marah setelah aku pulang dari Bali, katanya kenapa waktu bersama dia dulu tidak pergi ke sana juga. Istri kedua juga marah karena aku belikan baju yang lebih mahal untuk istri pertama. Bingung aku jadinya. Tadi saja waktu mau berangkat ke sini, ya harus bertengkar dulu. Kalau istri pertama yang diajak, istri kedua marah. Kalau istri kedua yang diajak, istri pertama ngamuk. Kalau dua-duanya diajak, malah adu mulut nanti. Jadi lebih baik tak usah ku ajak saja semuanya,"

Gus Sahil mengangguk-angguk mendengar keluhan Gus Ilham. Ternyata punya istri dua pun tidak semudah yang dibayangkan.

"Kamu nggak usah ikut-ikut poligami Gus. Nanti pusing kaya aku. Istrimu juga sudah cantik sempurna, tidak perlu menambah yang baru," Gus Ilham berbisik sembari merangkul Gus Sahil.

Gus Sahil menggigit bibir. Melirik ke arah Hafsa yang masih menunggu di belakang. Gus Ilham tidak tahu saja dirinya baru berperang besar dengan sang istri.

"Digandeng tuh istrinya," Gus Ilham berseloroh. "Nanti ku ambil loh,"

"Jangan lah Gus, saya cuma punya satu." Gus Sahil tertawa, kemudian menghampiri Hafsa yang masih menunggu.

"Hm?" Hafsa tidak mengerti kenapa Gus Sahil tiba-tiba menyodorkan lengannya. Tanpa menunggu Hafsa paham dulu, Gus Sahil buru-buru menarik tangan istrinya, mengarahkan jari jemari Hafsa untuk merangkul lengannya.

"Gandengan," Gus Sahil berbisik. "Nanti kamu diambil Gus Ilham,"

Mata Hafsa terbelalak. Ia kemudian memandang ke arah Gus Ilham yang tertawa kecil.

...----------------...

Suasana sholawatan malam itu sangat meriah. Beberapa pelantun sholawat yang sudah sering wara-wiri di televisi juga diundang untuk memeriahkan acara. Acara sholawat ini memang dilaksanakan untuk memeriahkan pernikahan putra dari seorang kyai besar. Maka tak heran jika jama'ahnya terlihat membludak.

Hafsa duduk dibarisan para Ning dan Bu Nyai. Ada beberapa orang yang ia kenal. Ada Umi Hana juga di sana. Mereka saling mengobrol membahas apa saja.

"Ning Hafsa sudah ngisi apa belum?" Tanya salah seorang Bu Nyai.

Hafsa tersenyum kecut. Ia tahu arti 'ngisi' yang dimaksud. Artinya pasti tentang kehamilannya. Pertanyaan yang biasa dilontarkan pada pasutri yang baru menikah.

"Belum Bu Nyai, masih mau senang-senang dulu katanya," Umi Hana yang menjawab.

"Duh, jangan lama-lama lo Ning. Takut rahimnya kering,"

Hafsa hanya menanggapinya dengan senyuman. Dokter mana pula yang mendiagnosa penyakit rahim kering itu? Orang-orang memang aneh. Tapi ia memilih untuk tidak menjawab apa-apa.

Di puncak acara, suasananya menjadi semakin meriah. Para vokalis grup sholawat menyanyikan lagu pengantin baru untuk kedua mempelai. Para jama'ah pun bersorak-sorai, ikut menggoda dua muda-mudi yang bersanding di pelaminan dengan senyum malu-malu.

Gus Sahil pun turut menyumbangkan beberapa lagu sholawat. Suaranya yang jernih dan merdu membuat seluruh jama'ah terpesona. Hafsa duduk dengan bangga di antara para Bu Nyai dan Ning lainnya, menyaksikan suaminya menyanyikan sholawat dengan penuh penghayatan.

"Bajunya kembaran ya sama Ning Hafsa?" Ucap salah satu Ning, membuat perhatian para Bu Nyai beralih pada Hafsa.

Hafsa mengangguk, tersenyum malu-malu. Ia memang sengaja menyiapkan pakaian Gus Sahil yang warnanya senada dengan gamis yang ia pakai. Dan untungnya, suaminya menurut dan bersedia memakainya.

"Gemes banget!" seru beberapa Ning yang tampak masih sangat muda, sepertinya memakai baju couple bersama pasangan terlihat romantis di mata mereka.

Hafsa tersenyum, semoga saja hubungannya dengan Gus Sahil benar-benar akan seromantis bayangan mereka.

Acara sholawat baru berakhir setelah pukul dua belas malam. Setelah acara selesai, Hafsa dan Gus Sahil memutuskan untuk langsung pulang. Besok masih ada pengajian yang harus diisi Gus Sahil.

"Hati-hati nyetirnya Hil," Umi Hana mengingatkan, kemudian memeluk Hafsa dengan lembut. "Kalau sudah sampai di rumah kabari Umi,"

"Siap Mi," Hafsa tersenyum. Umi Hana memang selalu khawatir pada dirinya. "Abah juga jangan ngebut-ngebut nyetirnya,"

"Tenang Nduk," Abah Ali terkekeh. "Kalau ada Umi di samping Abah, mana mungkin bisa tidur."

Hafsa tertawa. Umi Hana memang orang yang selalu heboh saat menghadapi sesuatu. Kalau sedang di jalan raya, Umi Hana pasti sibuk berteriak-teriak meminta Abah Ali untuk jalan pelan-pelan saja. Bahkan kalau sampai membalap mobil lain, Umi Hana bisa mengamuk dan cubitannya mendarat pada Abah Ali. Menurut Umi Hana, berkendara di jalan raya itu tidak perlu ngebut, yang penting sampai rumah dengan selamat.

Setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya, Hafsa dan Gus Sahil masuk ke mobil. Perjalanan menuju Darul Quran masih satu jam lagi. Itu berarti mereka akan sampai di sana pukul satu dini hari.

"Kamu tidur saja Sa," ucap Gus Sahil. "Matamu sudah tinggal lima watt itu,"

"Nggak papa kok Mas Gus," Hafsa sekuat tenaga menahan matanya agar tidak tertutup. "Kasihan njenengan nyetir sendirian,"

"Kan nyetir memang sendirian Sa," Gus Sahil tertawa. "Mana ada nyetir rame-rame?"

Hafsa tertawa, meski sebenarnya matanya sudah merem-melek menahan kantuk. Tapi ia masih bersikeras ingin menemani suaminya selama berkendara agar tidak merasa sendirian.

Tapi entah sejak kapan, tiba-tiba saja Hafsa sudah berada di alam mimpi. Di dalam mimpinya, ia merasakan Gus Sahil menggendongnya keluar dari mobil, kemudian membawanya ke kasur dengan hati-hati. Hafsa merasa sangat bahagia berada di mimpinya. Saat badan Gus Sahil condong ke arahnya untuk memastikan posisinya nyaman, Hafsa meraih kedua pipi sang suami, kemudian dengan lembut menyapu bibir Gus Sahil dengan bibirnya. Setelahnya hitam, sepertinya mimpi indahnya menguap begitu saja.

Beberapa saat kemudian, mata Hafsa terbuka. Langit-langit kamarnya menjadi yang pertama ia lihat. Tunggu, langit-langit kamar? Bukannya dia tadi masih di mobil? Hafsa menoleh ke samping, suaminya tidur dengan posisi membelakangi dirinya. Hafsa menghela nafas lega. Jadi dia tadi hanya bermimpi kan? Hafsa perlahan menyentuh bibirnya sendiri. Bayangan mimpi tadi masih terasa jelas di ingatan.

Benar-benar cuma mimpi kan?

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!