Ketika Cadarku Harus Di Lepas

Muthia, Zahra dan Robby bersama teman-teman mereka yang lain sedang berada di ruangan Naldy. Seperti biasa mereka akan membuat laporan medis, dengan berbagai praktek yang mereka lakukan hari itu juga.

Zahra seperti biasa pasti selalu pada barisan paling belakang menunggu giliran teman-temannya memberikan hasil laporan medis tersebut dan juga mendengarkan masukan dari Naldy.

"Awas saja, jika dia kembali curang dan mengatakan laporanku salah, dia memang sengaja tidak ingin membuatku terlihat berhasil dalam menjalankan tugas," batin Zahra cukup was-was takut suaminya itu tidak profesional hanya karena terjadi permasalahan diantara mereka berdua.

"Kamu pahami sedikit lagi di bagian ini, memberi jawaban sembarangan ingat yang kamu periksa adalah tubuh manusia!" tegas Naldy memberi penjelasan dan juga masukkan pada Robby.

"Baik Dokter," jawab Robby.

"Lanjut!" titah Naldy.

Robby berlalu dari hadapan Naldy dengan menghela nafas dan kemudian sudah giliran Zahra memberikan laporan tersebut kepada Naldy dan kemudian di ambil Naldy.

Naldy mengangkat kepalanya dan melihat bagaimana istrinya itu sangat cuek bahkan tidak ingin melihat Naldy. Wajah Zahra petantang petenteng kepada suaminya.

Tanpa berbicara apapun, Naldy memberikan laporan tersebut kembali kepada Zahra tanpa memberi masukan.

Zahra juga tidak peduli dan mengambilnya. Tetapi sudah pasti dia membukanya terlebih dahulu dan ternyata melihat tidak ada koreksi kecurangan dari suaminya, hal itu membuat Zahra tersenyum lega.

Setelah keluar dari ruangan Naldy, Zahra Muthia dan Robby berjalan di koridor rumah sakit.

"Zahra hanya laporan analisis kamu yang satu-satunya tidak diperiksa oleh Dokter Naldy. Apa laporan kamu benar-benar sempurna?" tanya Robby.

"Entahlah, aku hanya belajar dari kesalahan," jawab Zahra dengan santai.

"Mungkin saja Dokter Naldy terhipnotis dengan kecantikan kamu dan tidak berani untuk menegur jika ada yang salah. Kalau seperti ini, lama-lama rumah sakit ini hanya penuh pembicaraan dengan tema yang tetap sama yaitu kamu," sahut Robby memberi pendapat.

"Kamu terlalu berlebihan Robby. Aku merasa tidak bangga dengan penampilanku seperti ini," ucap Zahra.

"Jika tidak merasa nyaman, lalu kenapa harus melepas cadar?" tanya Muthia.

"Seperti alasan yang aku berikan kepada kalian, aku akan berbaur dengan pasienku dan aku tidak ingin pasien ke penasaran dan hanya cukup tenang mendapatkan pengobatan dari ku," jawab Zahra.

"Ya semua tergantung pada keputusan kamu dan pada kenyamanan kamu," sahut Robby.

"Bukan itu alasan yang sebenarnya. Aku hanya ingin membuktikan kepadanya, jika aku juga bisa melakukan apa yang dia lakukan. Aku ingin menekankan kepadanya jika aku seperti ini karena perbuatannya," batin Zahra dengan mata berkaca-kaca dan untung saja kedua temannya itu tidak menyadari kesedihan dengan kehampaan hatinya.

*****

Naldy malam-malam seperti ini keluar dari rumah dan terlihat begitu tampan juga sangat rapi berjalan memasuki mobilnya. Baru ingin menyalakan mesin mobil tersebut Naldy melihat ada mobil masuk ke kediaman rumah mereka dan dia ketahui mobil itu adalah kiriman dari rumah Zahra yang sering menjemput Zahra di ada keperluan.

"Untuk apa malam-malam seperti ini sopirnya datang?" tanya Naldy dengan rasa penasaran.

Awalnya dia tidak peduli dan terlihat buru-buru, tetapi matanya menoleh ke arah pintu dan istrinya keluar dari dalam rumah. Penampilan istrinya sangat cantik dan modis. Menggunakan blouse yang dipadukan dengan rok putih dan juga sudah pasti balutan hijab menutup auratnya.

"Mau ke mana dia malam-malam seperti ini?" Naldy bertanya-tanya, kemudian langsung keluar dari mobil dan di saat Zahra ingin membuka pintu mobil tiba-tiba saja tertahan dengan tertutup kembali membuat Zahra menoleh ke sebelahnya dan ternyata Naldy sudah berada di sebelahnya.

"Mau kemana kamu?" tanya Naldy.

"Aku ada janji makan malam bersama dengan Robby dan Muthia," jawab Zahra.

"Apa katamu, jadi kau pergi makan malam dengan laki-laki, apa kau tidak malu dengan hijabmu hah!" ucap Naldy langsung terbawa emosi.

"Kenapa kamu harus protes? kamu saja di saat melakukan apapun aku tidak pernah protes," ucap Zahra.

"Apa maksudmu?" tanya Naldy.

"Aku masih makan malam dengan seorang pria dan juga ditemani seorang wanita dan tidak sepertimu makan malam dengan wanita yang bukan mahrammu. Jadi jangan mengguruiku, jika gurunya saja memberikan contoh yang tidak baik!" tegas Zahra sudah dapat dipastikan ternyata membalas perbuatan suaminya.

"Kau menuduhku akan pergi makan malam bersama orang lain?" tanya Naldy menyangkal semua pemikiran istrinya.

"Bukan orang lain, tetapi Tasya, bukankah kalian ada makan malam hari ini. Aku saja tidak peduli dan silakan, tetapi jangan juga urus aku ingin melakukan apa. Aku juga butuh kebebasan dan tidak semua harus sesuai dengan keinginan kamu!" tegas Zahra.

"Kau jangan sembarangan berbicara, aku tidak pergi makan malam dan melainkan...." Zahra tidak banyak bicara mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan memperlihatkan chat yang baru saja dia terima dari Tasya.

"Kalian sudah memiliki janji dan bahkan dia sendiri memberitahu kepadaku, ingin memamerkan kepadaku bagaimana dengan tidak tahu malunya akan makan malam bersama suami orang dan lebih tidak tahu malu lagi pria yang tidak mengaku di depanku, seolah pria yang suci dan tidak melakukan hal itu, aku tidak sebodoh itu!" tegas Zahra.

Cih

Naldy sampai mendengus kasar dengan semua kata-kata istrinya.

"Jadi kau sengaja makan malam bersama temanmu, karena aku akan makan malam dengan Tasya?" tanya Naldy.

"Aku sudah mengatakan sebelumnya, aku akan melakukan apa yang kamu lakukan, tidak kurang dan bahkan mungkin lebih," jawab Zahra.

"Baik! Terserah, kau pikir aku peduli! lakukan saja dengan sesuka hatimu!" tegas Naldy dengan tersenyum miring dan tidak peduli dengan Zahra, kemudian langsung berlalu dari Zahra dengan memasuki mobilnya dan menutup pintu mobil dengan kasar.

"Baik, aku juga tidak peduli," ucap Zahra cukup sabar dan sejak tadi bahkan mengatur nafasnya.

Zahra juga memasuki mobil tersebut dan ternyata lebih dulu pergi dibandingkan Naldy yang masih penuh kekesalan di dalam mobil dengan beberapa kali memukul stir mobil.

"Wanita ini benar-benar hanya ingin menantangku!" umpat Naldy menghidupkan mesin mobil kembali dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Zahra terlihat begitu sendu berada di dalam mobil, tatapan matanya sangat kosong dan bahkan tidak ada kesenangan yang dia lakukan.

Chittt

Tiba-tiba saja mobil mewah itu merem mendadak membuat tubuh Zahra terdorong di belakang dan bahkan dahinya mengenai jok mobil bagian depan.

"Astagfirullah, ada apa ini pak?" tanya Zahra.

"Maaf Nona, ada mobil yang menghalangi di depan," jawab sopir tersebut merasa bersalah kepada majikannya yang sudah terluka.

Zahra melihat ke depan dan bagaimana mobil itu menghalangi mobil mereka dan pengemudi keluar dari mobil tersebut tak lain adalah Naldy.

"Untuk apa dia menghalangiku," gumam Zahra.

Langkah Naldy sangat cepat menghampiri mobil Zahra dengan amarah di wajahnya, sampai urat-urat lehernya terlihat menegang. Naldy membuka pintu mobil di bagian belakang dan yang benar saja langsung menarik Zahra keluar dari mobil tersebut.

"Apa yang kamu lakukan lepaskan aku!"

"Naldy kamu benar-benar keterlaluan! Lepaskan aku!" Zahra kesakitan dengan tangannya yang ditarik begitu kasar dan bahkan langsung dimasukkan ke dalam mobil.

Zahra tidak sempat keluar dengan pintu mobil tersebut sudah dikunci membuat Zahra terus berusaha untuk keluar..

Bersambung.....