Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31(Pov Dinda)
"Kapan sih ini selesai? Kamu juga kerjanya gesit dong." Kataku pada Leo sambil merapikan buku. Yah, inilah hukuman yang diberikan pak Bima pada kami berdua, yaitu menyusun buku di perpustakaan. Hukuman yang sangat jauh dari mata pelajaran nya. Kukira di suruh lari kalau nggak push up berapa kali gitu. Inilah akibatnya kalau punya guru yang lagi kasmaran.
"Kalau kamu kerjanya ngeluh terus, yah nggak bakal selesai. Aku juga malas lama-lama di sini. Lagian pak Bima juga mau mencuri perhatian bu Naya malah memanfaatkan kita."
Aku sangat setuju dengan perkataan Leo. Yang namanya pengen mendapat perhatian seseorang harus berkorban dan berusaha sendiri, ini malah memanfaatkan kesalahan muridnya.
"Kamu bisa nggak susun buku ini ke rak paling atas?" Tanyaku pada Leo.
"Aku memang tinggi sih, tapi lemari paling atas kurasa aku tak bisa mencapainya."
"Kamu pakai tangga itu." Aku menunjuk pada Leo tangga yang ada di sampingnya yang biasa digunakan bu Naya untuk menyusun buku di rak lemari yang tertinggi.
"Kurasa berat badanku nggak bisa menampungnya."
"Tapi aku kan pake rok, masa aku naik ke atas sih." Meskipun aku pakai celana strip tetapi tetap saja aku nggak mau naik.
"Kamu saja yang naik, biar aku yang pegangkan. Aku juga nggak akan mengintip kok."
"Siapa yang bakal percaya sama orang yang pernah mengintip."
"Itu aku nggak sengaja, kamu sendiri yang buka tiba-tiba."
"Baiklah, tapi awas ya kalau kamu ngintip lagi." Aku mengalah dari pada perdebatan kami ini nggak selesai-selesai.
"Nggak akan." Leo memegang kedua sisi tangga tersebut dan melihat ke arah lain. Setelah begitu yakin aku menaiki tangga tersebut dengan sebelah tangan kanan ku memangku bukunya.
Aku mengatur buku tersebut satu persatu dengan rapi.
"Leo berikan aku buku yang lainnya juga, tapi tetap jangan melihat ke sini."
"Bagaimana cara memberikan kamu bukunya kalau aku nggak melihat ke arahmu."
"Pokoknya nggak boleh."
"Lagian kamu nggak telanjang juga kan, kamu kan pakai celana pendek."
"Tetap nggak boleh." Aku tetap pada pendirian ku.
"Ya sudah, ini terima bukunya." Leo memberikan bukunya tanpa melihat ke arahku. Namun saat akan mengambil buku darinya, tiba-tiba saja kaki ku kram entah kenapa. Aku tidak bisa lagi menyeimbangkan tubuhku.
"Leo aku akan jatuh." Teriakku sesaat sebelum terjatuh. Leo melepaskan pegangan pada tangganya dan berusaha menangkap tubuhku. Aku terjatuh dan tepat berada di atas tubuh nya.
"Kamu nggak apa-apa?" Suara Leo begitu khawatir.
Aku menatap wajahnya yang saat ini berada dekat dengan wajahku. Denyut jantung kami terdengar saling terpaut satu sama lain. Aku segera bangun dari tubuh Leo. Wajah kami berdua memerah karena malu.
"Ada apa?" Bu Naya mendekati tempat kami. Mungkin karena ia mendengar suara teriakan ku.
"Itu bu, tadi aku jatuh dari atas tangga dan Leo menolongku."
"Benarkah? Apa kamu terluka?" Tanya bu Naya sambil memeriksa kakiku serta bagian tubuh lain.
"Nggak luka sama sekali."
"Ya sudah sebaiknya kalian kembali ke kelas. Biar yang bagian atas itu ibu yang lanjutkan. Lagian jam pelajaran pak Bima juga sudah selesai. Ibu sangat berterima kasih atas bantuan kalian."
"Ibu bisa sendiri?"
"Iya bisa kok. Kalian sudah menyelesaikan sebagian besarnya dan tinggal yang di atasnya saja kan?" Aku dan Leo mengangguk serentak.
Kami berdua berjalan ke kelas tanpa bicara sepatah katapun. Aku melihat wajah Leo yang serius, entah apa yang sedang dia pikirkan. Bukankah seharusnya aku berterima kasih karena dia telah menolongku. Tapi apa ini, mulutku bahkan tidak mengeluarkan kata-kata apapun, seakan-akan terkunci dengan sangat rapat.
Leo mempercepat langkahnya meninggalkan ku di belakang. Aku berusaha mengejarnya, tetapi langkah kakinya lebih panjang dari ku. Aku menyerah dan memilih jalan dengan santai. Lagian percuma juga ku kejar, Leo sudah berada di depan jauh. Saat aku tiba di kelas, kulihat Leo sudah tidur di atas mejanya. Loly dan Sita yang melihat kedatangan ku, berlari ke arahku.
"Pak Bima kasih hukuman apa ke kalian? Aku ingin bertanya pada Leo, tapi wajahnya seperti setrika kusut. Datang-datang langsung seperti itu di mejanya."
"Ah, itu hukumannya nggak berat. Kami disuruh membantu bu Naya merapikan buku-buku di perpus."
"Pak Bima itu lagi mencari perhatiannya bu Naya nggak sih?" Tanya Loly.
"Itu sudah basi kali, karena sudah menjadi pembicaraan anak-anak. Orang pak Bima selalu terang-terangan seperti itu."
"Tapi enak sekali dia, pengen di puji sama bu Naya malah menyeret kita."
"Biarkan saja, lagian aku merasa hukuman ini lebih baik. Kalau di suruh memilih, aku lebih memilih untuk membantu bu Naya daripada harus berolahraga."
"Itu karena fisik kamunya saja yang lemah."
"Iya aku memang lemah, hanya paksa diri saja buat olahraga biar nilai ku nggak dipotong."
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.