Cora mengalami kecelakaan saat membantu wanita tua yang hendak menyeberang jalan. Saat sadar, jiwanya sudah berada dalam tubuh wanita yang memiliki nama yang sama dengannya.
"Nghh.." Cora memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Jadi aku masih hidup?"
"Cora, akhirnya kamu sadar. Kamu harus memberi penjelasan padaku. Kenapa kamu meneguk racun itu untuk mengakhiri hidupmu?"
"Racun? bukankah aku mengalami kecelakaan? sejak kapan aku minum racun," batin Cora.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Tertarik
"Ngomong-omong, aku tertarik dengan asisten mu itu," ujar Gustav.
"A..apa? sejak kapan seleramu wanita seperti itu?" tanya Bianca tidak percaya. Seorang Gustav si Casanova yang selalu mengencani wanita-wanita kelas elit tiba-tiba tertarik dengan asistennya.
"Dia hanya seorang pelayan di cafe kecil yang kuangkat jadi asistenku karena aku kasihan dengannya," ujar Bianca tidak terima saat asistennya itu di sukai oleh seorang Gustav.
"Aku menyukai tubuhnya," ucap Gustav memasang senyuman smirknya.
"Aku bisa membuatnya merangkak ke tempat tidurmu jika kamu mau," kata Bianca dengan mudahnya.
"Tidak perlu karena dia tidak akan mau. Dia bukan wanita seperti kalian," kata Gustav membuat Bianca memicingkan matanya. Apa pria sedang mengatakannya sebagai perempuan murahan?
Bianca yang kesal memilih keluar dari ruangan itu.
"Mrs. Bianca," panggil Cora saat atasannya itu sudah keluar.
"Kita pulang!" Bianca berjalan mendahului Cora.
"Ayo cepatlah, kenapa kamu lelet sekali," ucap Bianca kesal masuk ke dalam mobil. Cora menghela nafasnya. Ia berjalan di samping wanita itu dan dibilang lelet. Mood atasannya tiba-tiba berubah setelah keluar dari ruangan itu. Entah apa yang sudah mereka bahas di sana. Dan ini akan menjadi petaka baginya karena sepanjang perjalanan, Cora yakin jika ia akan menjadi bahan pelampiasan wanita itu.
*****
Cora sedang dalam perjalanan menuju apartemennya setelah mengantar Bianca. Jalanan terlihat basah karena hujan baru saja berhenti. Cora melihat seorang wanita yang terlihat tidak asing baginya. Wanita itu sepertinya hendak menyeberang.
Sebuah ide muncul di kepalanya. Cora dengan sengaja menambah kecepatan mobilnya hingga membuat ban mobilnya menghasilkan cipratan air ke arah wanita itu.
"Sial.. hei.. apa kamu tidak punya mata," teriak Edith kesal. Bajunya basah dan kotor karena kecipratan air.
Cora tertawa senang, ia memundurkan mobilnya, berhenti di depan Edith. Perlahan ia membuka kaca mobilnya. Kedua sudut bibirnya terangkat menatap Edith dengan wajah seolah tidak bersalah.
"Hai Edith, senang bertemu denganmu lagi," kata Cora melihat penampilan Edith dengan tatapan mengejek.
"Wanita sialan... ternyata itu kamu," pekik Edith geram berusaha menarik rambut Cora, untung saja Cora segera menghindar.
"Upsss.. santai saja. Ini belum seberapa teman. Bye.." ujar Cora menginjak pedal gas mobilnya lalu pergi meninggalkan Edith yang terlihat marah dan kesal.
Cora memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemennya. Cora turun dari mobilnya, melangkahkan kakinya menuju lobby.
"Cora.." panggil seorang pria berlari menghampiri Cora yang sedang berdiri di depan pintu lift. Cora memutar tubuhnya saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Daren.. " gumam Cora.
"Hai.. kita bertemu lagi," ujar Daren dengan senyuman manisnya. Ini suatu keberuntungan baginya. Ia bertemu dengan Cora. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu hingga lupa meminta nomor Cora. Kali ini ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
"Kalau kamu mau bilang rindu jangan langsung tiba-tiba ya, takutnya aku pingsan karena terlalu bahagia," ujar Daren membuat Cora terkekeh. Darren selalu mengeluarkan kalimat gombalannya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Cora.
"Aku tinggal di sini sekarang," ucap Daren.
"Kamu serius?"
"Ya ampun, aku selalu serius. Bahkan kalimat gombalan itu juga serius," ujar Daren, apa tampangnya seperti pembohong. Cora selalu tidak percaya dengannya.
"Apa kamu tinggal di gedung ini juga," tanya Daren. Cora mengangguk.
"Aku di terima menjadi dosen di Universitas California. Mulai besok aku akan mengajar di sana," ujar Daren.
Pintu lift terbuka, Cora dam Daren lalu masuk ke dalam lift.
"Wah.. selamat untuk pekerjaan barumu Daren," kata Cora senang.
"Thanks Cora. Ngomong-omong kamu tinggal di lantai berapa?"
"Empat."
"Aku ada di lantai 15." Cora mengangguk, semakin tinggi nomor lantai, maka semakin mahal biaya sewa unit apartemennya.
walopun awalnya kayak Tom and Jerry tapi berakhir jadi pasangan dan keluarga bahagia..
masih penasaran sama nasibnya Violet..
kira2 pasangannya siapa ya..
kalo sama Barnes kurang setuju walopun mereka sudah ada anak..
pengennya sama Darren aja, bakalan lucu tuh digombalin tiap hari..
anyway, makasih ya kak, udah buat novel sebagus ini..
semoga selalu diberikan kesehatan..
tetap semangat berkarya dimanapun berada dan semoga sukses selalu..
🙏🏻💪🏻😘🥰😍🤩💕💕💕