Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0031. Le Jeu Ringard Du Roi (Sandiwara murahan sang Raja)
0031. Le Jeu Ringard Du Roi (Sandiwara murahan sang Raja)
“Yang Mulia Raja.”
Suara lembut Ratu Robelia terdengar menyapa indra pendengaran, namun pria yang sedang berdiri membelakangi pintu masuk itu tampak tidak merespon. Pandangannya masih tertuju pada ladang bunga berukuran kecil yang tampak berwarna biru keunguan. Padahal, ia sadar betul jika pemilik suara lembut itu sudah berada di belakangnya.
“Yang Mulia, Anda sedang apa?”
Kayena, wanita cantik yang menggunakan long dress laced berwarna putih dengan aksen lace pada beberapa permukaan rok itu kembali angkat suara. Mengingat sanga Raja sama sekali tidak memberikan respon. Barang kali pria itu tidak mendengar sapaannya.
“Balloon flower favorit Ratu terdahulu baru saja mekar,” ungkap sang Raja, tiba-tiba.
Ketika Kayena berhasil menyamakan posisi, ia bisa dengan jelas melihat ladang bunga kerukuran kecil yang dipenuhi oleh tanaman hias, lebih tepatnya Balloon flower atau kerap disebut juga Platycodon grandiflorus (dari bahasa Yunani Kuno πλατύς "lebar" dan κώδων "bel"), Japanese bellflowers, Chinese bellflowers, kikyo (pentagram), dan Glockenblumen dari Jerman. Bunga seperti lonceng dengan lima kelopak berbentuk klasik yang melambangkan simbol cinta, kejujuran, ketaatan yang kuat, dan ucapan terima kasih.
“Balloon flower double blue juga pasti sedang mekar di pemakaman Ratu terdahulu,” tambah sang Raja. Lagi-lagi membahas soal Balloon flower. Namun, kali ini jenis double blue, yaitu Balloon flower unggu dengan kelopak yang berlipat ganda.
Namun, kedatangan Kayena kali ini bukan untuk mendengarkan pembicaraan dengan topik Balloon flower atau bunga balon. Ia datang untuk segera memenuhi panggilan, supaya hukumannya selesai dijalankan. Setelah itu ia akan kembali ke tempat dimana seharusnya ia berada. Dalam perjalanan ke peraduan Raja, ia bahkan sempat berpapasan dengan Selir Agung Katarina yang tempak menatapnya dengan gunungan kebencian.
“Anda merindukan mendiang Permaisuri terdahulu?”
Kendati demikian, Kayena tahu jika Kaizen bukan hanya seorang Raja, melainkan juga seorang putra.
Walaupun kerap disebut Raja Tiran, dibalik karakteristiknya yang keras dan tidak punya rasa simpati, Kaizen juga punya perasaan sensitif jika menyangkut wanita pertama dalam hidupnya; yaitu Ratu terdahulu. Ratu terdahulu wafat pada usia setengah abad, tanpa sakit. Ratu tiba-tiba jatuh pingsan di peraduannya, pasca muntah darah. Dokter kerajaan sempat mendiagnosa kematian Ratu disebabkan oleh zat toxic yang masih misterius. Sedangkan seorang Saintess (orang suci) dari tanah kelahiran mendiang Ratu mengatakan jika kematian Ratu dipicu oleh gejolak perebutan posisi Putra Mahkota di antara dua kubu.
Hingga tahun demi tahun berlalu, Kaizen masih belum terima jika sang ibu meninggal begitu saja. Ia sempat terhasut “omongan” dari para bangsawan yang berada di kubunya. Mereka berkata jika kematian mendiang Ratu ada kaitannya dengan Pangeran Kaezar yang saat itu baru saja dianugrahi gelar Archduke. Walaupun hidup tanpa support dari orang dalam, Pangeran Kaezar didukung penuh oleh para bangsawan dari luar wilayah ibu kota Robelia. Namanya pernah disebut-sebut sebagai kandidat Raja paling bijaksana.
“Sangat,” jawab Kaizen ketika menoleh ke arah kanan. Tempat di mana visual sang istri tampak begitu cantik. “Aku sangat merindukan Ibuku.”
“Jika Anda merindukan mendiang Permaisuri, saya akan mengatur jadwal kunjungan menuju tempat peristirahatan terakhir mendiang Permaisuri. Anda dan Selir Agung akan pergi setelah masa penyembuhan …”
“Kenapa harus bersama Selir Agung?” potong Kaizen. “Kenapa bukan bersama dirimu, Ratuku?”
“Karena Anda selalu ingin berpergian dengan Selir Agung,” jawab Kayena tanpa asa. “Terakhir kali, Anda bersikeras membawa Selir Agung dalam perjalanan menuju Alexia.”
Double kill.
Kaizen langsung terdiam mendengar kalimat sang Ratu. Ia memang selalu bersikeras ingin membawa Katarina jika melakukan perjalanan politik atau kunjungan biasa. Dengan membawa Katarina ikut serta, ia rasa perjalanan bisa terasa lebih berwarna. Beda dengan situasi yang tercipta jika Ratu yang ikut serta. Hanya ada atmosfir caanggung dan akward yang dikemas oleh situasi formal. Namun, belakangan ini ia rasa agak … merepotkan jika terus melibatkan Katarina. Entah kenapa, mungkin karena ia sedang berusaha keras untuk meyakinkan Ratu.
“Dalam kesempatan ini aku ingin melakukan perjalanan berdua dengan kamu, Ratuku.”
Kayena menoleh dengan gerakan ringan ketika suaminya itu kembali buka suara. Kontak mata langsung tercipta ketika pandangan mereka dipertemukan tanpa aling-aling.
“Kenapa, Yang Mulia?”
“Apa yang kamu maksud dengan ‘kenapa’, Ratuku?” balas sang Raja. “Apa ada yang salah dengan keinginan seorang suami berpergian dengan istrinya sendiri?”
“Bukan terletak pada keinginan seorang suami berpergian dengan istrinya sendiri. Yang salah dari keinginan Anda adalah kenapa tiba-tiba Anda mengharapkan sesuatu yang mustahil terpenuhi?”
“Mustahil?”
“Kita akan segera bercerai, jika Anda lupa.” Kayena mengingatkan. Barang kali sang suami melupakan fakta tersebut. “Hanya butuh beberapa waktu lagi, sampai kita benar-benar tinggal terpisah.”
“Berapa kali harus aku katakan, tidak akan ada perceraian di antara kita!”
“Tetapi keputusan saya sudah bulat.”
“Aku akan membuatmu merubah keputusan itu!” kata Kaizen, pantang menyerah. “Aku yakin satu Pengeran bisa membuatmu mempertahankan pernikahan kita.”
Kayena menggelengkan kepala seraya tersenyum tipis. “Sudah cukup Pangeran Carcel yang hadir dalam pernikahan kita. Saya tidak mau lagi melahirkan mahluk tak berdosa ke dunia yang kejam ini.”
Memicingkan mata. Itulah respon Kaizen ketika mendengarnya. “Kamu tidak mau mengandung pewaris ku?”
“Tidak,” jawab Kayena dengan gamblang. “Kita akan segera bercerai. Kelahiran mahluk tak berdosa di tengah-tengah hubungan tidak sehat, hanya akan membawa penderitaan lanjutan.”
“Tapi aku menginginkan pewaris, Kayena!” kata Kaizen seraya menatap Kayena lekat.
“Anda tenang saja, saya akan memastika Pewaris Anda lahir dari rahim Selir Agung sebelum saya meninggalkan istana …”
“Kenapa kamu hobi sekali mengungkit soal perpisahan, Kayena?!”
“Karena kita memang akan segera berpisah, Yang Mulia.” Kayena menjawab dengan lantang.
Kaizen tersenyum miring mendengarnya. “Kamu pikir bisa melakukan semua itu setelah kamu masuk ke peraduanku?”
“…”
“Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini, sebelum Pewarisku dapat dipastikan mengisi rahim mu.”
Kayena terdiam. Mencoba menelaah kalimat Kaizen dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam seperkian second kemudian, Kayena paham jika “hukuman” yang diberikan pria itu juga termasuk “penjara” agar dirinya terbatasi dari dunia luar. Pria itu ingin menggunakan alasan “melayani dan mengurus” semua kebutuhan untuk mengurung dan memonopoli dirinya.
“Jadi ini rencana dibalik “hukuman” yang Anda berikan kepada saya?”
Kaizen tersenyum seraya mengikis jarak di antara mereka. “Dugaan Ratuku tidak sepenuhnya salah.” Salah satu tangannya kemudian bergerak, hendak mendarat di pelipis sang Ratu. Namun, wanita itu terlebih dahulu mengambil satu langkah mundur. “Hukuman itu adalah hukuman paling cocok setelah melewati banyak pertimbangan.”
“…”
“Aku butuh Ratuku, Istriku, untuk melayani serta mengurus semua kebutuhan ku selama masa penyembuhan.”
“Anda terlihat baik-baik saja di mata saya. Apa lagi yang perlu saya bantu?”
“Aku,” kata Kaizen dengan seringai tercipta di bibir. “Dan tentu saja benda di bawah sana yang sempat kamu lukai.”
Kayena menautkan kening mendengar ucapan sang Raja. Menyebalkan jika mengingat-ingat insiden tempo hari. Padahal, ia hanya membela diri. Namun, kenapa semua kesalahan dilimpahkan begitu saja padanya, si pelaku low blow.
“Adik kecilku butuh perawatan dan ujicoba pasca mengalami cidera.” Ketika berbicara demikian, Kaizen masih menatap Kayena yang enggan menatap wajahnya. Dengan seringai kecil di bibir, ia kemudian mengambil alih salah satu telapak tangah sang istri. Tindakan tersebut berhasil membuat si empunya memalingkan wajah dengan segera.
“Apa yang Anda …”
“Salah satu peranmu adalah memastikan adik kecilku berfungsi dengan baik, agar Pewaris kerajaan Robelia tidak terancam punah.”
💰👑👠
TBC
Semoga suka 😘 Maaf belum bisa daily update apalagi crazy up 🥲. Jangan lupa like, vote, tabur bunga tau secangkir kopi, rate bintang 5 🌟 komentar, dan follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗
Sukabumi 03-05-23