Si Culun, Istri CEO Kejam

Lily masih berada di kamar suaminya, wanita itu terpaksa tidur di sofa. Malas berdebat juga tidak tega melihat kondisi Brian, Lily memilih mengalah dan mendengar, ocehan suaminya yang seperti seorang wanita.

Lily sudah terlelap, namun samar telinganya mendengar sang suami mengeluh dan memanggilnya. Ia juga mendengar suara kegelisahan sang suami.

"Hey, jelek!" Panggil Brian sambil menahan rasa sakit di bagian punggung hingga pinggangnya.

"Jelek, bangun!" Panggilnya lagi sambil meringis.

Pria itu mendengus kasar, ia berniat untuk melemparkan bantal ke arah Lily, namun sayang rasa sakit, lagi-lagi menyerang.

"Hey, bangunlah!" Pekik Brian sedikit nyaring.

Tidak berhasil, Lily masih terlihat tenang tanpa terusik sedikitpun. Membuat Brian semakin mendengus kasar.

Pria itu mencari sesuatu untuk membangun istrinya itu dan kini pandangannya tertuju kepada hiasan di atas nakes.

Brian mengambil dan melemparkan ke arah Lily. "Pletak!"

Bunyi itu sedikit nyaring saat benda tersebut — mengenai kepala Lily dan wanita itu pun terbangun dengan wajah begitu aneh di pandangan Brian.

Kacamata yang terlepas juga rambut palsu yang terlihat miring, hingga terlihat panjang sebelah. Kawat gigi yang selalu Lily lepas saat tertidur.

Mungkin Lily lupa, sedang berada di mana hingga ia tidak berhati-hati.

Brian masih menatap lekat istrinya itu yang terlihat Lain, apalagi Lily mengusap mata, lalu wajahnya. Membuat wajah palsunya yang Titik-titik merah menjadi berantakan.

Lily melenturkan tubuhnya saat terbangun sambil menguap lebar. Tanpa sadar, bagian perut ratanya terekspos. Membuat mata Brian kini terfokus di pusat indah Lily. Bukan itu saja, Lily juga melepaskan beberapa kancing kemejanya, membuat bagian dada indah itu menyembul sedikit.

Brian melongo dengan wajah tidak percaya, ia berulang kali mengedipkan matanya, menyakinkan kalau dirinya salah menilai.

Namun sial, semakin ia berkedip, semakin jelas ia mendapatkan pemandangan menyenangkan.

"Apa yang terjadi?" Tanya pria itu lirih.

"Apa bagian rambut, bisa berubah bentuk? Juga jerawat yang luntur dan berubah bentuk? Terus sekarang yang terlihat menyenangkan itu, apakah nyata?" Brian bermonolog sendiri. Mengucek kedua matanya dan tetap fokus dengan keindahan tersebut.

Sementara Lily berdiri dan berniat melepaskan pakaian luarnya yang terdapat bra sport di dalamnya.

Mata Brian semakin melongo, melihat tubuh Lily yang begitu indah dan sempurna. Pria itu meneguk liur nya kasar dan mata tidak berkedip untuk beberapa detik.

Lily belum sadar, ia kini dalam keadaan setengah sadar. Antara tidur dan terbangun. Perasaan wanita itu berada di tengah-tengah kasur empuk.

Wanita itu berjalan mendekati Brian yang masih melongo melihat tubuh bagian atas Lily terekspos sempurna sambil ingin membuka rambut palsunya. Namun sebuah alarm berbunyi, membuat Lily tersentak kaget.

"Waktunya sadar!" Ucap sebuah suara yang berasal dari ponsel Lily.

Wanita itu melebarkan kelopak matanya dan mengucek sebentar untuk mencari tahu yang sudah mengganggu tidurnya.

Lily terkejut hebat, wanita itu membeku di tempatnya dengan wajah pias. Apalagi melihat raut wajah kebingungan Brian. Segera Lily memperbaiki penampilannya dan mendekati — Brian.

Brian sendiri masih terdiam dengan wajah tidak percaya, dengan apa yang lihatnya.

"Anda membutuhkan sesuatu?" Tanya Lily dengan mimik wajah was-was. Ia hanya bisa waspada dengan tatapan penuh selidik suaminya.

"Tuan!" Seru Lily yang berusaha menyadarkan suaminya yang sejak tadi melemparkan tatapan.

"Tuan suami," sentak Lily sambil menepuk bahu Brian.

Pria itu akhirnya tersadar dari keindahan tubuh Lily. Saat tersadar ia terlihat kebingungan, saat melihat Lily dengan pakaian yang sebelumnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Brian. Ia sekali lagi menatap istrinya yang kembali dalam mode culun.

"Anda kelelahan dan pingsan! Pungkas Lily.

Brian terlihat tidak percaya, nyatanya dia sedang mengingat sesuatu. Ia baru sadar, wanita yang merupakan istrinya kini kembali dalam mode culun.

"Dia belum kembali." Ungkap Sandra.

"Apa?! Tanya Brian.

"Kekasih anda," sahut Lily.

Brian tersadar dan benar, kekasihnya tidak akan kembali. Brian hanya bisa menghela nafas.

"Aku ingin ke kamar mandi!" Seru Brian ketus.

Lily yang mendengarnya segera mendekati suaminya dan bermaksud membantu Brian untuk duduk di kursi roda.

"Kau mau apa," sela Brian dengan tatapan penuh ancaman.

"Membantu anda," sahut lily.

"Tidak perlu," ketus Brian. Wajahnya tersirat keingintahuan tentang istrinya.

Lily tetap mendekati Brian sambil memutar bola matanya malas.

"Lalu? Anda ingin, membuang kotoran di ranjang?" Tanya Lily cuek.

Brian terdiam dan tidak memiliki pilihan lain, ia rela berdekatan juga rela bersentuhan dengan istri culunnya itu.

Sementara Lily membangunkan suaminya dengan sekali tarikan, membuat Brian berteriak histeris.

"Apa kamu ingin membunuhku, hah!" Bentak Brian sambil menggigit bibir bawahnya.

"Cih, payah. Ini hanya cedera biasa saja. Nanti juga sembuh sendiri," ucap Lily, sengaja menepuk kasar pundak Brian.

"Diamlah!" Sentak Brian.

"Bawa mendekat, kursi roda itu!" Pinta Brian.

Lily menurut dan mendekatkan kursi roda ke arah suaminya itu.

Brain mencoba untuk pindah ke atas kursi roda dengan gerakan terbata sambil meringis menahan sakit.

Merasa gemes melihat gerakan lambat suaminya, Lily menarik tangan Brian dan meletakkan tangan Brian di sela lehernya dan dengan hati-hati mendudukkan Brian di atas kursi roda.

"Panggil saya kalau anda sudah selesai!" Pinta Lily dengan nada berat menahan rasa mengantuk.

Brian terdiam. Pria itu masih memikirkan penampilan istrinya yang sangat ganjil.

Sambil terduduk di kursi roda, Brian melepaskanmu pengait celana kain dan mengeluarkan sesuatu yang amat sangat keramat.

Brian mengeluarkan hajatnya di kamar mandi dengan pikiran terlihat kacau. Ia ingin mengatakan kepada — Selena. Hanya dia yang bisa membuatnya merasa nyaman.

Sementara Lily masih setia menunggu di luar kamar mandi sambil bersandar di dinding.

Tidak lama, Lily mendengar ponsel milik Brian berbunyi. wanita itu berjalan ke arah ranjang dan mengambil ponsel Brian yang berada di atas nakes.

Lily melihat sang pemanggilan yang tidak lain adalah Selena. Tanpa berpikir panjang, Lily kembali berjalan ke arah kamar mandi dan tanpa memperdulikan keadaan ia pun masuk kedalam, di mana Brian belum memperbaiki dan membunyikan sesuatu.

"Tuan ada telf …." Lily berhenti dengan kedua mata melotot tajam ke arah yang tidak disangka-sangka. Matanya terlihat berkedip-kedip, juga wajah shock.

Bagaimana tidak, benda keramat yang masih setia bersembunyi selama 37 tahun lamanya kini terlihat jelas di mata suci — Lily.

"Ada a ….." Brian membalikkan badannya dan tanpa sadar memperlihatkan benda keramat itu.

Wajah Lily terlihat merah dan semakin terasa sesak di dadanya. Melihat benda yang baru pertama kali ia melihat.

"Akh!" Pekik Brian sambil menarik ke atas penutup benda keramat nya.

"Apa itu? Apakah itu yang dinamakan belut darat? Bukankah, belut air memiliki kepala hitam, tapi ini terlihat cerah." Seloroh Lily masih menatap bagian bawah suaminya yang sudah terlihat tertekan sesuatu.