Demon King System

Lingkaran sihir berwarna emas menghiasi langit-langit Labirin, Ribuan Pedang berwarna emas sebesar menara Kuil Cahaya meluncur dari lingkaran sihir itu.

“Netla boros sekali menggunakan Mana,” pikir Pitung terkesima melihat serangan yang digunakan oleh gadis Naga itu. “Ya, wajar juga sih, toh... Naga itu memiliki mana yang sangat besar dan berlimpah, berbeda dengan Larissa yang lebih efesien menggunakan Mana.”

Dari Lingkaran Sihir berwarna hitam pekat Larissa Blackwood, melesat Anjing Berkepala Tiga atau disebut dengan Cerberus.

Cerberus sendiri adalah makhluk peliharaan Hades dalam mitologi Yunani, setiap kepalanya mengeluarkan Elemen Sihir berbeda.

Cerberus langsung menghilang dan muncul dari bayangan Naga Kuno, dia menerkam tubuh bagian bawah Naga Kuno yang sangat besar tersebut.

Naga Kuno meraung-raung kesakitan, kemudian ia menarik tubuh Cerberus dan mencabik-cabiknya.

Larissa Blackwood mengerutkan keningnya, dia tidak menyangka Naga Kuno dengan mudah mengalahkan Cerberus itu.

Pedang-Pedang Emas menghantam tubuh Naga Kuno, tetapi lagi-lagi itu hanya membuatnya terluka ringan saja.

Naga Kuno menatap Netla Durand dan Larissa Blackwood dengan tatapan tajam, sepertinya dia sangat marah pada kedua wanita itu karena telah melakukan serangan menyelinap saat ia lengah.

Dari mulut Naga Kuno muncul Bola Api yang terus membesar karena secara terus-menerus dialiri Mana.

“Tidak baik, bila bola api itu terus membesar maka akan menghancurkan Labirin ini!” kata Larissa Blackwood.

“Hei, kadal! Cepat lenyapkan Naga itu!” Pitung membentak Salamander yang merayap di dinding Labirin.

Dia melakukan kamuflase sehingga warna tubuhnya sama dengan dinding Labirin dan itu membuat Naga Kuno tidak mengetahui keberadaannya.

Salamander menjulurkan lidahnya dan melompat ke arah leher Naga Kuno, Lidahnya memanjang dan melilit leher Naga Kuno.

Air ludahnya mengandung Mana Korosif yang membuat tubuh Naga Kuno meleleh, Bola Api besar yang di depan mulutnya pun meledak.

Naga Kuno hancur berkeping-keping begitu juga dengan Salamander.

Sepertinya Naga Kuno itu berpikir lebih baik melakukan bunuh diri sehingga dapat membawa satu lawan menuju alam kematian bersamanya. Namun, ia tidak tahu sebenarnya Salamander hanyalah item sekali pakai dan akan hilang dengan sendirinya setelah Tiga Puluh menit dipakai.

Labirin bergetar hebat, permukaan tanah diatasnya terangkat setinggi Sepuluh meter sehingga para Kesatria Sihir Kuil Cahaya mengira Segelnya telah rusak dan Naga Kuno akan keluar dari Labirin itu.

Karena Kesatria Sihir keluarga Graham telah mengevakuasi penduduk keluar dari Kota Senderos, Albert memerintahkan semua Kesatria Sihir Kuil Cahaya juga meninggalkan Kota itu karena tidak mungkin bagi mereka dapat mengalahkan Naga Kuno itu.

“Kita harus meninggalkan tempat ini, tuan Zagralaas!” seru Netla Durand meraih kerah baju Pitung dan membawa keluar dari Labirin yang mulai runtuh tersebut.

Mereka keluar dengan selamat sesaat Kuil Cahaya runtuh, Menara yang menjulang tinggi itu kini telah terkubur di bawah lubang besar bekas Kota Senderos itu.

Di Lereng pegunungan, tempat para penduduk Kota Senderos mengungsi; para penduduk menatap sedih Kota Senderos telah lenyap dalam sekejap.

“Apakah ada yang melihat Naga Kuno itu?” tanya Saint yang tidak melihat Naga Kuno muncul saat Kota Senderos runtuh.

“Mungkinkah Kesatria Sihir misterius itu dapat mengalahkan Naga Kuno?” sahut Jean berspekulasi, “karena dia memanggil Beast Salamander Level 100 saat itu.”

Saint menghela napas panjang, “Mudah-mudahan saja itu yang terjadi!” Namun, ia ragu Naga Kuno dapat dikalahkan oleh mahkluk panggilan karena dulu hanya Party Pahlawan yang dapat menaklukkannya. “Kecuali proses pembangkitannya tidak berjalan dengan sempurna, sehingga Naga Kuno itu hanya dapat mengerahkan sebagian kekuatannya saja,” pikirnya lagi berspekulasi dan hanya itulah jawaban paling realistis.

“Nona Juliana telah sadar!” teriak Penyihir Suci yang merawatnya.

Istri Daendels Graham, Jean, Saint dan anggota keluarga Graham segera menuju tenda Juliana dirawat.

“Ibu ....” Sudut bibir Juliana memancarkan senyuman tipis, Ibunya langsung memeluknya dan menangis tersedu-sedu serta berbisik agar tidak menceritakan tentang apa yang terjadi di Labirin itu agar Keluarga Graham tidak dieksekusi oleh Kuil Cahaya karena selama ini mendapatkan Kekayaan dari Iblis.

Juliana tentu memahami apa yang ditakutkan oleh ibunya. Setelah bangun dari Koma, ia telah memikirkan hal itu—tidak mungkin ia dapat selamat dari ritual itu kecuali ada yang menyelamatkan dirinya dan menurutnya yang menyelamatkannya adalah Kuil Cahaya, apalagi ia tidak melihat keberadaan Ayahnya.

Juliana berpikir mungkin Ayahnya telah melakukan bunuh diri agar Keluarga Graham tidak disalahkan atas apa yang terjadi di Labirin itu.

“Paman Jean... di mana Ayah?” tanya Juliana walaupun ia sudah menebak apa yang terjadi pada Daendels Graham.

Jean menundukkan wajahnya sehingga Juliana langsung menitikkan air mata.

“Ayah!” gumamnya sembari menangis tersedu-sedu.

“Setelah kamu sembuh, Kuil Cahaya akan mengirimmu ke Akademi Sihir Kerajaan Kinearus,” kata Saint yang telah merasakan kalau Juliana memiliki Mana yang sangat murni, makanya ia sangat cocok dijadikan sebagai pengorbanan dalam ritual Sihir. “Kami tidak ingin Penyihir berbakat sepertimu diincar oleh Iblis lagi dan kamu juga dapat membawa ibumu dan kakakmu ke sana, Ibukota Kerajaan adalah tempat paling aman di Dunia Nistenia ini.”

“Sebenarnya suamiku telah mendaftarkannya ke Akademi Sihir Kerajaan dan bulan besok dia akan pergi ke sana!” sahut Ibu Juliana.

“Eh, betulkah? Sepertinya Kuil Cahaya terlambat mendapatkan informasi tentang kehebatan Juliana ha-ha-ha ....” Saint itu tertawa. “Tapi kalau Juliana mendapatkan dukungan dari Kuil Cahaya maka dia akan mendapatkan hak istimewa nanti di Akademi Sihir Kerajaan,” katanya lagi.

Jean dan Ibu Juliana sangat senang mendengarnya, karena bila mereka mendaftarkan Juliana secara pribadi maka statusnya hanya sebagai keluarga bangsawan tingkat bawah saja. Mungkin anak-anak Bangsawan kelas atas akan merundungnya di sana karena cemburu dengan bakat hebat Juliana.

“Terimakasih Paman Jean telah menyelamatkan aku,” kata Juliana sembari menyeka air matanya. Namun, ucapannya itu membuat suasana menjadi hening. “Oh, ya... terimakasih juga pada Kesatria Sihir Kuil Cahaya,” katanya lagi.

Jean tersenyum masam dan berkata, “Sebenarnya yang menyelamatkanmu adalah Kesatria Sihir misterius!”

Juliana terkejut mendengarnya dan Jean mengirim suara telepati pada Juliana bahwa yang menyelamatkannya adalah mantan Raja Iblis Zagralaas.

Mendengar nama Zagralaas, Juliana langsung teringat dengan Pemuda yang ia tabrak saat mengikuti kakaknya, Coen Graham. Dia berpikir mungkin itulah sosok yang menyelamatkannya itu.

“Suatu hari nanti, Aku membalas kebaikanmu Raja Iblis Zagralaas!” Juliana menyimpan kalimat itu dalam benaknya.

Melihat suasana menjadi hening, Jean pun tersenyum dan berkata, “Ah, sekarang sepertinya kita harus membangun ulang Kota Senderos lagi. Sebagai Lord yang baru, aku akan menanggung biaya pembangunan Kota dan membebaskan upeti selama Sepuluh Tahun.”

Para penduduk sangat senang mendengar ucapan Jean, mereka tidak menyangka adik Lord Daendels Graham yang terkenal suka mabuk-mabukan serta berjiwa petualang itu akan mewarisi sifat baik Lord Daendels Graham.