Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa calon istri
Tamu sudah pergi, namun aku masih saja duduk disini dengan tubuh yang hampir membeku, aku mulai ngantuk apa aku tidur saja ya disini. Lumayan juga agar aku bisa bergadang nanti malam untuk menonton.
Pintu terbuka lagi dan terdengar suara teriakan lagi, aku yang baru saja memejamkan kedua bola mataku sungguh terganggu dan melihat siapa yang datang.
"Astagfirullah siang bolong ada penampakan"
"Hey kau ya" teriakku tak terima.
"Tuan maaf ini saya simpan dimana" ucapnya kembali setelah melihat atasannya yang menyeramkan.
"Simpan saja dimeja"
"Baik Tuan saya permisi "
"Hemm"
Tuan Farhan segera mengangkat pantatnya itu untuk mendekatiku tatapannya masih sama dingin dan menyebalkan. Dia melipat tangannya dan mendongakkan kepalanya "Ayo turun dan cepatlah makan"
"Aku tidak bisa turun ini sangat tinggi, tolong Tuan bantu aku untuk turun aku benar-benar tidak bisa"
"Cobalah untuk mandiri jangan jadi perempuan lemah"
"Aku tidak lemah, kalau aku bisa turun dari tadi aku sudah loncat. Tolonglah jangan seperti ini aku sudah sangat kelaparan, aku kedinginan aku kehausan aku mengantuk dan sepertinya aku akan pingsan sekarang juga"
"Ahh jangan" teriakku saat kakiku ditarik begitu saja dan tubuhku langsung jatuh ke pelukan Tuan Farhan.
Cukup lama kami diam, Tuan Farhan menatap ku dengan begitu intens dan matanya terus saja menatap kearah bibirku sekarang dan duk, tubuhku dijatuhkan begitu saja oleh Tuan Farhan.
"Sakit sekali, Tuan kamu jahat" marahku.
"Ya sudah makanannya saya memberikan saja pada orang lain"
"Jangan" aku tidak memperdulikan rasa sakit di pantatku lagi dengan cepat aku duduk dan membuka makanan itu. Wow masih hangat dengan tubuhku yang sedang dingin ini sepertinya sangat enak.
"Apakah boleh aku makan sekarang Tuan" tentu saja aku harus bertanya dulu jangan sampai nanti aku dikembalikan ke atas lemari lagi.
"Ya makanlah, saya kan membelikan itu untuk dimakan bukan untuk dibuang"
"Baik Tuan, terimakasih"
Kuambil sendok dan juga garpu dan segera melahap makanan hangat itu, emm enak sekali. Kalau setelah di simpan di lemari bayarannya ini aku ingin setiap hari agar uang makan siang ku awet dan bisa mengirim uang lebih banyak untuk Ibu dan juga Ayah.
"Apakah Tuan tak ingin makan juga" dengan mulut yang masih penuh.
"Telan dulu baru bicara"
Aku tersipu malu dan segera menelannya dan mencoba anggun untuk memakan segala makanan yang ada disini.
Pintu kembali terbuka, aku tak menghiraukannya terus memakan makanan yang sudah disediakan ini, sayang kalau harus dianggurkan.
"Farhan, dia siapa"
Aku diam saat pertanyaan itu terlontar, yang datang seorang perempuan paruh baya namun begitu cantik dan modis.
"Dia calon istriku Bu"
Tentu saja aku sampai tersedak mendengar itu, sejak kapan aku jadi calon istri Tuan Farhan yang menyebalkan. Aku benar-benar tak akan siap, sudah aku bilang kan aku akan mati berdiri kalau menikah dengan Tuan Farhan.
Ibunya itu malah tertawa dan melihat aku dari atas sampai bawah "Jangan main-main Farhan, apakah seleramu sudah turun ingin menikahi perempuan seperti dia, Ibu tak setuju"
"Memangnya aku seperti apa Tante, aku cantik, aku putih, hidungku mancung, aku juga tinggi dan bahenol dan aku juga pintar bisa menaklukan Farhan dan memilih aku menjadi calon istrinya" aku bangkit dan berpose seperti model. Tak terima saja dengan apa yang dikatakan Ibunya Tuan Farhan.
"Ini perempuan yang kamu pilih Farhan, lihat saja dia benar-benar tidak tahu sopan santun saat menyambut Ibu. Pokoknya kamu harus menikah dengan Indy perempuan pilihan Ibu"
Tanganku ditarik dengan sekali hentakan dan aku sudah ada di pelukan tuan Farhan "Tidak Ibu, pilihanku sudah jatuh pada Karina. Aku tidak akan menikahi pilihan Ibu sampai kapanpun Karina yang akan menjadi Ibu dari anak-anakku"
"Jangan membantah Farhan adik-adikmu sudah membuat Ibu pusing, jangan buat Ibu mati muda karena pilihan mu ini"
"Kenapa tidak anak kesayangan Ibu saja yang menikah dengan Indy, Arhan bisa menggantikan aku setelah aku menikah dengan Karina baru Arhan dan juga Indy yang menikah"
"Tidak, pokoknya kamu yang harus menikah dengan Indy. Ibu tidak mau tahu putuskan dia dan malam ini kita bertemu dengan Indy"
Ibunya Tuan Farhan pergi begitu saja, dengan perlahan kulepas pelukan itu dan mundur beberapa langkah "Semua itu hanya lelucon kan Tuan?"
"Tidak memang saya akan menikahi kamu"
Hampir saja tubuhku ini terjatuh mendengar itu, tidak-tidak ucapanku saat itu hanyalah pura-pura tapi kenapa Tuhan mengabulkannya. Tidak aku tidak mau menikah dengannya.
"Tuan akan menyesal menikah dengan saya, saya ini kalau tidur suka berputar tidak tahu arah saya juga kadang kalau bangun tidur ileran terus suka ngorok berisik dan saya juga makannya banyak. Tuan tidak akan pernah sanggup mempunyai istri seperti saya, saya juga bukan dari kalangan yang kaya raya. Saya hanya orang biasa-biasa saja pasti keluarga Tuan tidak akan menerima keadaan keluarga saya" aku mencoba menjelek-jelekan diriku sendiri.
"Kata siapa, saya akan menerima kamu apa adanya. Saya tidak protes kalau tidurmu tidak bisa diam saya bisa mengikatmu dan tentang keluargamu saya tidak mempermasalahkan dirimu hidup dalam kalangan apapun semuanya sama tidak ada yang berbeda"
"Saya bukan pocong, saya tidak mau diikat"
"Baiklah ada cara lain nanti saya cari, yang penting mulai sekarang kamu calon istri saya"
"Ya ampun mimpi apa aku semalam, kenapa bisa seperti ini, apakah ini mimpi, aku harus segera bangun" gumamku dalam hati.
"Habiskan makananmu itu, agar tubuhmu benar-benar berubah menjadi bahenol seperti yang kamu bilang tadi" senyumnya terlihat samar namun aku tahu dia sedang mentertawakan aku.
"Tidak Tuan aku sudah kenyang, rasannya aku tak sanggup"
"Yakin tak akan dihabiskan?"
"Saya bawa pulang saya kalau begitu"
Dengan masih pikiran yang kemana-mana aku segera membereskan semuanya, membawanya keluar dari ruangan Tuan Farhan, masa bodoh dengan jatah Tuan Farhan yang terbawa. Aku sekarang sedang memikirkan nasibku kedepannya akan seperti apa kalau aku benar-benar menjadi istrinya Tuan Farhan.
Aku tak akan sanggup sampai kapanpun apalagi harus bertemu dengan Ibunya setiap hari. Bisa-bisa aku bertengkar terus dengannya dan membuat aku stres nantinya.
"Apa yang harus aku lakukan, tak mungkin aku diam saja. Aku berhak atas hidupku. Tuan Farhan bukanlah laki-laki yang aku inginkan, aku tak ingin hidup dalam tekanan dan menurut begitu saja. Aku juga masih punya mimpi. Keluarganya juga tak akan mungkin menerima aku dengan sukarela" gumamku masih dengan pikiran yang kemana-mana.