Gadis Muda Yang Tangguh Milik Tuan Arogan

Sementara itu, di keluarga mole, sudah satu Minggu belum juga menemukan Ailin, kedua pria dan wanita setengah baya itu tengah bersedih. Jika Ailin tak bisa di temukan maka kedua anak gadisnya yang akan mendapatkan akibatnya.

"pa bagaimana ini, seminggu ini belum juga ada kabar dari Ailin dan kita tak bisa menemukannya" Isak nyonya Lin.

"papa juga tidak tau kemana anak sialan itu pergi, awas saja kalau sampai dia ketemu, akan aku beri dia pelajaran" ungkapnya marah.

"tapi pa, papa ingatkan ucap tuan Revan waktu itu, jika Ailin terluka, anak kita yang kena imbasnya" sambung nyonya Lin.

"sial" umpat tuan Andres geram karena yg tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menggeram marah.

Bukan tak ingin memberitahukan pada mereka jika Ailin sudah iya temukan, tapi tuan Revan akan memberikan sedikit pelajaran atas perlakuan mereka pada Ailin sejak dulu.

****

Sekarang Ailin sudah berada di ruang kerja ayahnya, setelah pulang dari kator barra, Ailin tak di izinkan tinggal di kosan oleh ayahnya, dan sekarang iya tinggal di rumah mewah nan megah di pinggir kota.

"nak, apa rencana kamu selanjutnya, apa kamu sudah memikirkannya?" tanya tuan revan.

"tidak ayah, aku sudah tak memikirkan mereka lagi, meski awalnya aku ingin membalaskan dendam ku pada mereka, tapi jujur setelah aku bertemu ayah, aku tak ingin memikirkan itu lagi" ungkapnya membuat tuan Revan tersenyum tipis menanggapi ucapan putrinya.

"tapi yah, sebenarnya aku merindukan ibu yang dulu selalu bersikap baik padaku, meski setelah menikah, dia berbeda" ucapnya lesu.

"memangnya, selama ini sikap ibumu bagaimana, apa dia sering menyakitimu?" tanya tuan Revan.

"tidak yah, tapi aku kecewa karena dia bersikap tak pernah adil padaku dan selalu memperhatikan kedua anaknya" tutur Ailin. Sebenarnya dia tak mau menceritakan semuanya, takut ayahnya akan marah, tapi tak bisa di pungkiri dirinya merasa sangat kecewa atas sikap ibunya.

"kamu sabar ya sayang, kita akan hidup bahagia setelah ini, aku yakin ibumu pasti akan menyesal telah meninggalkan kita" tangannya tak berhenti mengusap lembut kepala putrinya.

"brengsek kamu Lin, kamu sudah menelantarkan anakku bahkan darah dagingmu, kau hanya terlalu mengikuti nafsu mu, aku tidak terima ini" tatapannya tajam tangannya terkepal saat mendengar keluh kesah putrinya.

"baiklah sayang, sekarang kamu adalah satu-satunya yang ayah punya, ayah akan selalu membuatmu bahagia" ungkap tuan Revan.

Lama mereka berbicara dan sedikit bercanda tanpa sadar malam sudah tiba, Ailin melihat jam dinding di ruang tamu dan seketika iya mengingat jika iya belum menghubungi kedua sahabatnya.

"ayah, aku pergi ke kamar dulu ya, aku ingin istirahat" ujar Ailin.

"baiklah sayang, nanti turun kembali ya saat makan malam"

"baik ayah" Ailin segera melenggang pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rumah yang megah bak istana itu hanya berlantai dua, tapi tak salah karena ukurannya yang luas tidak kalah dengan rumah elit lainnya. Isinya juga tak jauh beda dengan rumah konglomerat.

****

"Hay, apa kabar kalian?" tanya Ailin di sambungan telpon.

"huuu hu huh, kamu sih enak sudah hidup enak ya sekarang, kamu jahat tinggalin kami" suara tangis Talia yang terbilang sangat lebay itu menurut Kansa.

"kenapa menangis, aku tidak pergi jauh kok, kan rumah ayah aku juga dekat dengan tempat kalian" ucap Ailin yang tersenyum karena ternyata sahabatnya menyayanginya.

"tapi kita akan sudha biasa bersama siang dan malam, kenapa kamu harus pindah sih" ucap Kansa merajuk.

"yah mau gimana lagi, aku juga sebenarnya seneng banget tinggal bareng kalian disana, tapi aku juga tidak tega harus meninggalkan ayah sendiri di rumah ini" ungkapnya.

"pokoknya aku nggak mau bicara" Talia membalikkan wajahnya membuat Ailin tersenyum.

"iya sudah, kalian boleh Dateng kesini ya hari Minggu dan kalian boleh menginap di sini, nanti aku bilang sama ayah dulu" ucapnya tentu membuat kedua sahabatnya berbinar.

"apa boleh?" tanya kansa.

"aku akan bilang ayah" ucap Ailin.

"horeee, kita bisa bertemu besok" ucap Talia seperti anak kecil yang baru saja mendapat permen.

"hey memalukan sekali, kamu itu bukan anak kecil" sungut Kansa.

"biarin, wleekk" Talia menjulurkan lidahnya pada Kansa membuat gadis itu tak terima.

"awas ya, " aksi kejar-kejaran pun terjadi, membuat Ailin hanya menggelengkan kepalanya dan tak bisa melihat aksi kejar-kejaran mereka meski melalui vedeo call, karena ponsel Kansa yang sudah ada di lantai begitu saja. Akhirnya Ailin memutuskan panggilan itu tanpa pamitan karena Kansa dan Talia sibuk dengan aksi mereka.

****

Ailin merebahkan tubuhnya di ranjang queen size miliknya, dia begitu lelah setelah seharian bekerja di kantor barra membuatnya lelah.

Namun saat akan memejamkan matanya, dering ponselnya menganggu ketenangannya.

"ck siapa sih yang menelpon, mengganggu saja" rutuknya dan melihat benda pipih itu tentu dia mendelik kesal karena melihat siap pengganggunya kali ini.

"ada apa" suaranya

"ada apa denganmu, kenapa tak begitu bersemangat" ucap seseorang pria di sebrang sana.

"ada apa kau menelpon tuan barra, bukankah semua pekerjaan sudah selesai" ucapnya.

"kau dimana sayang, aku mencarimu di kos kau sudah tak menempatinya lagi, kau pindah kemana jangan harap bisa menghindariku" suara bariton pria itu membuat Ailin yang tadinya mengantuk kini membuka lebar matanya.

"ahh maaf, aku sekarang memang tidak tinggal disana, aku sudah pindah dan tinggal di rumah ayahku" ujarnya.

"share lokasi" ucapnya dingin.

Bulu kuduk Ailin berdiri, tubuhnya menegang ketika mendengar suara dingin seorang pria yang beberapa bulan ini bersamanya setiap hari.

"oke"

Tut Tut Tut

Panggilan terputus dan Ailin memegang jantungnya yang hampir copot saat pria itu berbicara padanya.

"mampus, dia pasti akan marah besar, aku akan segera mengirimkan lokasi sekarang juga" batinnya dan segera melakukan nya.

tinng

Tak berselang lama, balasan pesan dari pria itu datang dan Ailin segera membacanya.

"aku akan ke sana" isi pesan itu

"aku yakin dia pasti akan berbuat sesuatu yang akan membuatku jengkel kali ini" ucapnya pasrah. Kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

****

Ailin sudah terlihat lebih segar dan sekarang iya tengah membuka laptop miliknya, entah mengerjakan sesuatu di sana. Terlihat alisnya mengkerut melihat beberapa data yang belum iya pahami.

Tak berselang lama, ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.

tok tok tok

"nona, tuan memanggil anda untuk segera turun untuk makan malam" ucap pelayan di rumahnya.

"katakan saja aku akan segera turun" teriak Ailin dari dalam.

"baik nona"

Ailin menunda aktivitasnya, dan akan melanjutkan nanti setelah selsai makan malam.

Ailin turun menemui sang ayah untuk makan malam bersama, sesampainya di meja makan.

"ayah" panggil Ailin.

"sayang, ayo kita makan" ajak tuan Revan.

Ailin melihat menu makan yang hampir membuat meja penuh. Ailin mengernyit.

"ayah, bukankah kita hanya berdua saja, kenapa mejanya penuh dengan makanan seperti ini" ucapnya heran.

"siapa bilang, kita akan makan berudua malam ini, kamu salah sayang" pungkas tuan Revan.

"lalu?" tanya Ailin masih dengan mode bingungnya.

"nanti juga pasti akan datang" ucap tuan Revan dan meminta beberapa pelayan untuk menyediakan menu yang lain.

Tak ingin ambil pusing, Ailin hanya mengedikkan bahu acuh. Namun sesaat mengalihkan tatapannya ke arah pintu masuk yang sejak tadi bel sudah berbunyi.

Salah satu pelayan berlari kecil membukakan pintu untuk tamu yang datang.

"siapa yang datang?"

kira-kira siapa ya yang datang bertamu😁di sambut gih tamunya tuh mbak Ailin 😁

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC😘