OG Simpanan Tuan Muda

Amelia dan Smith pulang setelah puas berjalan-jalan pagi dengan tangan yang saling bertaut sedari tadi.

Mereka saling melemparkan senyuman dan tatapan mesra, membuat sepasang mata yang sedari tadi menunggu gadis pujaan nya di teras terbakar cemburu, wajah nya memerah dengan tangan terkepal.

"Darimana saja Mel? Aku menunggu mu sedari tadi." Sontak senyum dari kedua bibir sepasang anak manusia itu memudar, di gantikan dengan tatapan tak bersahabat dari Smith dan tatapan heran dari Amelia.

"Arkan? Ngapain disini?" Tanya Amelia pelan.

"Aku pengen ngobrol aja sama kamu, kamu gak kangen gitu sama aku? kamu di kota lama lho." Arkan memanas-manasi Smith yang sudah kesal hanya dengan melihat wajah menyebalkan Arkan.

"Saya rasa tak perlu ada yang di obrolkan.." Celetuk Smith, dia menggenggam erat tangan Amelia.

"Siapa anda? Anda hanya atasan di tempat Amelia bekerja kan, anda tak punya hak untuk melarang saya bertemu Amelia atau bicara dengan nya." Sentak Arkan.

"Berani sekali kau membentak saya, siapa kamu hah? Bukan nya kamu juga hanya di anggap teman oleh gadis saya?"

"Kamu belum tau siapa saya, salah langkah sedikit saja saya ratakan perusahaan teh kamu itu!" Ucap Smith datar, tapi terdengar menakutkan bagi Amelia yang sudah tau bagaimana watak pria itu.

"Ckkk sombong sekali, kau tak ada kuasa disini. Penindas!" Sindir Arkan dengan lirikan sinis nya.

"Sepertinya orang terkaya di kampung ini tak punya televisi ya, apa sebegitu tertinggal nya desa ini?"

"Sayang, sudahlah. Jangan di layani, ayo masuk mandi dan sarapan." Ucap Amelia, gadis itu mencoba meredam amarah Smith yang siap meledak.

"Sayang? Jadi pria sombong ini benar pacar mu Amel?"

"Dia siapa untuk ku tak ada sangkut pautnya dengan mu kan? Lalu untuk apa kau begitu ingin tau?" Tanya Amelia pelan tapi menusuk tepat di jantung Arkan.

"Amelia, aku ini sahabat mu dan aku pria yang pertama menyukai mu, kenapa kau tak pernah melihat ku?"

"Kau dengan jelas tau apa alasanku Arkan, karena aku tak mau di rendahkan lagi oleh ibu mu! Dari awal beliau tak menyukai diriku, bahkan untuk berteman pun aku sering di larang, lalu untuk apa lagi kau bertanya?" Ucap Amelia, mata nya berkaca-kaca apalagi saat mengingat penghinaan yang ibu Arkan katakan pada nya dulu.

"Sebaiknya kamu pulang dan jangan ganggu aku lagi, biarkan aku hidup dengan pilihan ku." Lirih Amelia, air mata nya tak lagi dapat di bendung.

Smith meraih Amelia kedalam pelukan nya, memberikan sandaran pada gadis cantik nya.

"Cukup keluarga mu menyakiti aku Arkan, aku kesini karena rindu pada orang tua ku, aku tak mau punya masalah lagi dengan mu, aku tak mau berhubungan lagi dengan dirimu karena aku tau apa resiko nya."

Arkan menundukan kepala nya, dia juga tak mau Amelia menjadi bahan ejekan orang tua nya lagi, tapi dia tak rela melihat Amelia bersama pria lain.

"Apa yang pria ini punya Mel? Aku sudah punya perusahaan sendiri, mari kita kelola bersama." Ajak Arkan setelah cukup lama dia diam.

"Ternyata kau sama saja dengan ibu mu Arkan, aku pikir kau berbeda. Sudah berapa ratus kali aku bilang, aku bukan wanita yang gila dengan harta. Aku tak peduli kau mau punya perusahaan sendiri atau tidak, aku tetap dengan keputusan ku. Aku tak mau berhubungan lagi denganmu, pergilah. Apapun yang terjadi, jangan temui aku lagi."

Amelia menarik tangan Smith, membawa nya masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintu. Jujur saja, hati nya terasa sangat sakit apalagi saat mengingat ucapan-ucapan penuh kebencian yang ibu nya lontarkan pada nya tanpa rasa bersalah.

"Amel kenapa nangis nak Smith?" Tanya Ibu Rara dengan nada khawatir.

"Bertengkar dengan Arkan bu." Jawab Smith seadanya.

"Sayang, sudah berapa kali ibu bilang.." Ibu Rara menghela nafas berat nya.

"Jangan berurusan lagi dengan Arkan, hal apapun itu."

"Amel juga mau nya begitu Ma, tapi Arkan selalu datang." Jawab Amel dengan sisa tangis nya.

"Sudah jangan nangis ,malu sama Nak Smith. Kamu cengeng sekali, ajak pacar mu sarapan. Ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu."

Amelia menganggukan kepala nya dan pergi ke dapur di ikuti Smith.

...

Di rumah Arkan, Ibu nya kesal karena dua hari ini anak nya berubah drastis dan itu semua karena kepulangan gadis miskin bernama Amelia.

"Entah apa yang membuat Arkan begitu menyukai gadis miskin itu, padahal aku sudah mengenalkan putri-putri temanku yang lebih cantik dan selevel dengan keluarga ini, tapi dia kekeh menginginkan gadis udik itu." gumam Ibu Arkan dengan wajah yang memerah.

Sedangkan bapak nya Arkan sedari tadi hanya dia menyimak gerutuan istri nya, dia tak habis pikir dengan kelakuan wanita itu, sudah tau anak nya menyukai Amelia kenapa kekeh tak merestui nya?

"Pa, mama mau ke rumah gadis kampung itu dulu. Mama mau lihat setampan apa pria yang dia bawa dari kota, yang membuat satu kampung ini heboh karena kedatangan nya. Benarkah tampan bak idol korea?"

"Terserah, lakukan apa yang mama mau. Harus nya mama mendukung keinginan anak mama, bukan kah kebahagiaan anak adalah yang utama?" Tanya Bapak Arkan.

"Tapi dia miskin dan tak selevel dengan kita."

"Jangan terus mementingkan keegoisan mu sendiri ma, bisa-bisa Arkan semakin membenci mama nanti nya. Lagipula kekayaan itu semua hanya titipan, masih banyak orang yang lebih kaya dari kita tapi mereka bersikap sederhana." Nasehat Bapak.

"Jadi papa mendukung Arkan bersama gadis itu?"

"Selama Arkan bahagia, kenapa tidak?" Tanya balik Bapak.

"Cuihh, mama tak sudi punya menantu gadis seperti si Amel itu."

"Cukup ma!" Bentak Arkan dari lantai atas, wajah nya memerah menahan amarah.

"Sampai kapan mama akan bersikap seperti ini? Mama tau, pria yang bersama Amelia adalah crazy rich yang memiliki banyak perusahaan di kota. Kita tak ada apa-apa nya jika di bandingkan pria itu, lalu mama bilang tak sudi punya menantu seperti Amel?"

"Apa salahnya hah? Hanya karena dia orang tak punya bukan berarti dia tak punya harga diri, selama mama selalu menilai orang dari segi harta dan tahta, Arkan akan selalu membenci mama." Bentak Arkan dengan suara tinggi.

"Sejak kapan kau berani membentak mama hah? Kau mau jadi anak durhaka?"

"Sejak mama egois dan hanya mementingkan gengsi mama itu. Cukup selama ini aku diam, mama tak menyukai Amel aku diam karena aku menghormati mu sebagai ibu ku, ibu yang telah melahirkan aku, tapi aku tak selamanya harus diam saat mendengar gadis pujaan ku mama hina seenak nya."

Plakk...

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Arkan, Arkan meraba pipi nya yang terasa panas, dia tersenyum kecut.

"Cukup ma, jangan melakukan kekerasan pada anak mu sendiri." Tegas bapak nya Arkan.

"Mama berani menampar ku hanya karena aku membela gadis pujaan ku? Itu membuktikan kalau mama tak lebih baik dari ibu nya Amel." Sindir Arkan, dia masih memegangi pipi kanan nya yang memerah karena tamparan.

Ibu nya Arkan mengepalkan tangan nya dan pergi dari rumah nya dengan amarah yang memuncak, tujuan nya saat ini adalah menemui gadis kampung itu di rumah nya. Lagi pun dia ingin melihat setampan apa pria yang menjadi topik pembicaraan hangat saat ini.

....

🌻🌻🌻

Emak nya Arkan mau ngelabrak Amel, gak tau aja dia disana ada siapa? dengan satu jentikan jari saja perusahaan nya yang selama dia bangga-bangga kan bisa rata dengan tanah dalam sekejap mata😁

ada yang mau nitip sumpah serapah atau yang lain nya? Silahkan author tampung dengan senang hati😂