Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hot Kiss
"Kita aman, Kak!" ujar Jenaka setelah mengintip dari lubang pintu dan melihat rekan satu kantornya sudah berjalan melewati kamar Mandala.
Jenaka berbalik badan dan mendapati Mandala tengah menatapnya dari dekat. Deg... Jantungnya berdebar makin kencang. Rasanya berada dengan orang ganteng yang sangat dicintai membuat Jenaka makin deg-degan.
"Jadi jawaban kamu atas pertanyaanku tadi adalah kamu memilih 'habis' di kamarku?" Mandala menyunggingkan seulas senyum penuh misteri.
Mandala amat dekat dengan Jenaka. Saking dekatnya Jenaka bahkan bisa mencium aroma mint saat Mandala berbicara.
"Mm... Jena belum jawab, Kak. Tadi... Jena reflek aja ngajak Kakak masuk ke dalam kamar, daripada.... daripada kita ketahuan gitu." Jenaka sangat grogi. Jarak mereka amat dekat. Jenaka bertaruh kalau Mandala dapat mendengar suara detak jantungnya yang bertalu dengan amat kencangnya.
Jenaka hendak mundur dan keluar dari kamar Mandala, namun Mandala ternyata sudah menaruh tangan kirinya di sebelah Jenaka, membuat Jenaka tak bisa kabur. Mengukungnya agar tetap diam di tempat.
"Tadi pagi apa yang udah kamu lakukan padaku Jen?" Mandala bak sedang menginterogasi seorang maling, padahal Ia sendiri adalah malingnya. Ya, Mandala mencuri. Diam-diam mencuri kesempatan dan menyentuh salah satu aset berharga Jenaka.
"Tadi pagi Kak? Aku ngelakuin apa ya?" kali ini kebohongan Jenaka amat kentara. Mandala tau itu. Ia semakin ingin bermain-main dengan Jenaka. Semakin ingin menggoda istri nakalnya tersebut.
"Kamu udah mencuri! Aku minta kamu kembalikan apa yang udah kamu curi dari aku!"
Jenaka terbelalak kaget.
"Mencuri? Aku enggak nyuri apa-apa kok dari kamar Kakak! Beneran, Kak! Uang yang Kakak kasih aja masih ada, baru aku pakai sedikit. Aku enggak sebutuh itu sama uang sampai mencuri dari Kakak!" elak Jenaka. Ia tak terima dikatakan sudah mencuri.
Mandala menertawai kepolosan istrinya. Jenaka pasti berpikir dirinya benar-benar menuduhnya mencuri. Harus diluruskan agar jangan terjadi kesalahpahaman nantinya.
Mandala menatap bibir Jenaka. Merah merona meski tanpa usapan lipstik diatasnya. Bibir milik anak nakal yang meminta untuk dirasakan.
Jenaka menggigit bibit bawahnya. Membuat Mandala semakin ingin merasakan bibir itu. Ingin menyentuhnya. Ingin mencicipinya sedikit saja. Hmm.... Lebih juga boleh.
"Aku akan ambil sendiri apa yang kamu curi!"
Mandala lalu ******* bibir Jenaka. Mata Jenaka terbelalak kaget. Ia merasa semua ini hanya mimpi. Ia masih tak percaya, namun pagutan Mandala yang penuh hasrat membara menyadarkannya.
Ini bukan mimpi. Ini nyata.
Mandala menciumnya!
Mandala menciumnya penuh gairah!
Jenaka memejamkan matanya, menikmati ciuman memabukkan yang seakan tak pernah puas untuk mereguknya. Terus.... dan terus, membuat Jenaka bahkan mampu membalas ciuman yang Mandala lakukan dengan hot.
Manis... Rasanya manis sekali. Mandala bahkan lupa apakah Ia pernah mencium wanita semanis ini. Anak nakal ini tidak jago berciuman namun tetap mau membalas ciuman Mandala, membuatnya semakin menikmati pagutannya.
Mandala lupa diri. Ia ingin terus mengecap manisnya bibir Jenaka.
Mandala mendorong Jenaka semakin menempel pada pintu. Tubuh mereka kini hanya dibatasi pakaian yang mereka kenakan.
Mandala semakin terbawa gairah. Ia mencium Jenaka dengan ganasnya. Memberikan gigitan kecil dan menyusupkan lidahnya di dalam mulut Jenaka.
Mandala tak mau berhenti. Mandala mau lebih. Bahkan adik kecilnya pun sudah bereaksi. Membuat Jenaka kaget.
Mandala tersadar dari pusaran mimpi yang sangat melenakkan. Ia hampir saja lepas kendali. Ia tiba-tiba teringat Kinara. Teringat janjinya untuk tetap memegang teguh cinta mereka.
Mandala melepaskan ciumannya. Menenangkan jantungnya yang berdetak terlalu kencang dan mulai bersikap ketus lagi. Menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.
"Lain kali, kalau kamu mau cium... Cium yang bener kayak gitu!" Mandala lalu menggeser tubuh Jenaka yang masih belum sepenuhnya sadar dan membuka pintu kamar. Ia pergi meninggalkan Jenaka.
Jenaka duduk lemas di lantai kamar. Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Tangannya yang dingin mencubit pipinya. Sakit. Ini bukan mimpi.
"Ya Allah... Kak Mandala cium aku.... Ya Allah..."
Jenaka tersenyum. Wajahnya memerah. Hatinya amat senang. Diusap bibirnya yang agak bengkak sehabis dilumat Mandala.
"Kak Mandala ih... ganas!" Jenaka senyum-senyum sendiri dengan perkataan yang Ia katakan. Jenaka belum mau keluar dari kamar Mandala. Ia malah bergulingan di kasur Mandala. Menikmati aroma tubuh Mandala yang tertinggal dalam selimut.
Ciuman pertama Jenaka adalah milik lelaki impiannya. Ciuman yang tidak akan pernah Jenaka lupakan sampai kapanpun.
****
Mandala berjalan dengan jantungnya yang berdetak amat kencang. Ia seperti berada di alam mimpi. Masih tak percaya dengan apa yang sudah Ia lakukan.
Mandala tak menjawab sapaan dari karyawannya saat berpapasan. Rasanya kesadaran Mandala belum sepenuhnya pulih.
"Kenapa aku melakukannya? Apa aku segitu enggak bisa menahan diri dari godaan Jenaka? Dan kenapa aki tidak meneruskannya? Ah... Mandala bodoh! Jenaka istri sah lo! Lo berhak atas Jenaka!" Mandala perang antara logika dan batinnya.
Bak orang linglung, Mandala berjalan mengitari hotel tempat mereka menginap. Mencari tempat untuk menghirup udara segar dan menghapus pikiran yang kini menjebaknya.
"Bagaimana kalau aku melakukan hal itu lagi? Apakah aku pada akhirnya akan mengkhianati Kinara?"
Langkah kaki Mandala membawanya ke satu tempat. Kamar Genta. Ya, hanya disana tempat yang aman saat ini.
Mandala mengetuk pintu kamar Genta dengan kencang membuat Genta yang sedang tertidur terbangun dengan kesal. Dengan langkah malas, Genta membuka pintu kamarnya dengan perasaan dongkol. Apalagi setelah melihat siapa yang datang.
"Apaan sih pagi-pagi gangguin orang!" omel Genta saat mendapati kalau Si Perusuh adalah sepupu yang juga bosnya.
Tanpa permisi Mandala masuk ke dalam kamar Genta. Di dalam kamar Mandala bolak-balik tak jelas dalam ruangan.
"Kenapa sih? Aneh banget lo! Udah gangguin gue tidur kalo enggak ada hal penting awas aja ya!" omel Genta.
"Gue habis lakuin hal gila, Ta!" aku Mandala.
"Hal gila apa? Lo mabuk terus salah masuk kamar dan nidurin salah satu karyawan kayak di novel-novel terus lo disuruh nikahin gitu? Gila, jadi punya bini tiga! Gue aja satu belum, lo udah tiga! Menang banyak lo!" cerocos Genta panjang lebar.
"Ngaco lo! Salah masuk kamar hotel? Emang kamar hotel enggak ada kuncinya? Jangan ngawur deh!"
"Ya terus kenapa?" tanya Genta tak sabaran. Diambilnya air mineral di meja dan meneguknya. Baru meneguknya ucapan Mandala sudah membuatnya terkejut dan batuk-batuk dibuatnya.
"Gue habis nyium Jenaka!"
"Uhuk.....uhuk....uhukk...!"
Genta menatap Mandala dengan lekat lalu Ia tertawa terpingkal-pingkal. "Huahahahahaha.... Mamam lo! Emang enak! Ha...ha...ha... Kena juga lo sama pesonanya Jenaka! Syukurin! Emang enak!"
Mandala menarik nafas banyak-banyak. Salah tempat ternyata, disini malah makin ditertawakan. Huft...
****
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak