Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bos Rasa Pacar
"A-aku bisa makan sendiri, nggak perlu di suapi." Inayah gugup sekali saat ini.
"Hem," Ibra hanya menjawab seperti itu lalu menikmati cokelat itu sendiri.
Inayah melirik ke arah jam tangannya, tanpa terasa ternyata jam sudah menunjukkan pukul 16.25.
"Mas Ibra, apa boleh aku pulang lebih awal hari ini?"
"Kenapa? apa ada hal yang mendesak," tanya Ibra mengerutkan dahinya.
"Aku, mau pergi sama teman-temanku. boleh ya?"
Ah kenapa aku seperti sedang minta izin sama pacar sih.
"Yasmin?" tanya Ibra, Inayah hanya mengangguk mengiyakan.
Yas, maafkan aku lagi-lagi harus membawa-bawa namamu.
"Kemana kalian akan pergi?" tanya Ibra lagi.
"Masih belum tahu, mungkin hanya makan bakso di dekat kampus kami dulu." Jawab Inayah asal.
"Oh, ya pergilah." ucap Ibra.
"Terimakasih Mas, aku pamit ya." Inayah meninggalkan ruangan itu.
"Ya, hati-hati."
***
Akhirnya Inayah bisa bernafas lega, ia keluar dari gedung perusahaan dan sudah menenteng tasnya. Lalu ia mengambil ponselnya dan mengirmkan pesan kepada Riki.
Bang Riki, aku udah pulang dari kantor, kita ketemu dimana? nggak usah di jemput aku pergi sendiri aja.
Pesan terkirim, tak lama kemudian ia menerima panggilan dari Riki.
--- dalam panggilan ---
"Halo,"
"Kita ketemu di Cafe Nuansa, aku on the way sekarang," ucap Riki dari dalam panggilan.
"Ya baiklah, aku juga akan memesan taksi sekarang,"
"Hati-hati Ina, sampai ketemu disana."
--- Panggilan berakhir ---
Inayah sudah berada di dalam taksi menuju tempat yang sudah ditentukan Riki, mantan pacarnya. Sebenarnya niat Inayah mau menerima ajakannya untuk bertemu adalah karena ingin mendengarkan penjelasan dari Riki. Sekitar setengah jam perjalanan akhirnya Inayah tiba di cafe tersebut dan ia sudah mendapati Riki berada disana dan melambaikan tangannya kepada Inayah, ia mengahampirinya.
"Apa kabarmu? Tanya Riki.
"Baik," jawabnya singkat.
"Kamu tambah cantik,"
"Terimakasih,"
"Kenapa kamu jadi dingin begini? mana ceria dan tawamu yang dulu itu yang aku suka," Inayah menghela nafas kasar.
"Bang, maaf ya aku nggak punya banyak waktu, sekarang aku cuma mau penjelasan kenapa saat kamu berangkat kuliah ke Jogja, kamu menghilang tanpa kabar, kamu ninggalin aku begitu saja seperti sampah!"
Inayah menahan emosinya saat mengingat kejadian lima tahun yang lalu.
"Aku nggak bermaksud meninggalkanmu, waktu itu aku hanya ingin fokus belajar, kamu tahu kan kuliah kedokteran itu sangat berat, begitu banyak yang harus aku pelajari." Jelasnya.
"Ah, alasan. lantas jika kamu memang mau fokus belajar, kenapa kamu pacaran? oh ya aku sadar, aku sama sekali bukan levelmu aku tau sejak kita pacaran keluargamu yang kaya raya itu nggak setuju, karena aku hanyalah seorang gadis miskin."
Ucap Inayah gemetar, jantungnya berdegup kencang, laki-laki dihadapannya itu dulu pernah sangat ia cintai, semasa SMA, namun sekarang sama sekali tidak.
"Inayah, nggak seperti itu. aku masih mencintaimu sampai sekarang, dan ayo kita menikah, aku akan katakan pada orang tua ku."
Inayah terbelak saat mendengar ajakan Riki.
"Maaf Bang, aku nggak bisa." tolak Inayah mentah-mentah.
"Alasannya?" Riki mencoba mencengkran tangan Inayah namun ia segera menariknya.
"Aku merasa masih terlalu muda untuk menikah, aku masih ingin berkarir, dan satu lagi, aku udah nggak ada perasaan apa-apa lagi sama Bang Riki."
"Maaf karena aku pernah menghianatimu dan berpacaran dengan orang lain saat aku di Jogja, tapi itu hanya untuk menghilangkan kejenuhanku saja, aku nggak benar-benar mencintainya." Jelas Riki, masih mencoba meyakinkan Inayah.
"Udah cukup Bang, intinya sekarang hubungan kita udah selesai ya, dan aku minta kamu jangan ganggu aku lagi."
"Apa sudah ada orang lain di hatimu?" Tanya Riki menatap tajam ke Inayah.
"Untuk sementara belum, nggak tahu nanti." Ucapnya cuek.
Banyak perdebatan antara Inayah dan Riki di meja itu, berbagai kata dan kalimat yang di lontarkan Riki agar Inayah mau kembali kepadanya, tak lama kemudian ponsel Inayah bergetar,
Pak Ibra memanggil..
Ya ampun apalagi sih ini?
Lalu Inayah bangkit dari kursinya menjauh dari sang mantan saat hendak menerima panggilan,
--- dalam panggilan ---
"Ya Mas,"
"Sejak kapan kamu pintar berbohong?"
"Hah? maksudnya?"
"Katakan sekarang kamu dimana? aku akan menjemputmu, kirim share location, jangan buat aku menunggu lama,"
"Mas, aku lagi___"
Panggilan berakhir, belum sempat Inayah menjawab Ibra memutuskan panggilan. Inayah memegang keningnya ah, apa aku nggak bisa mengurus urusan pribadiku sebentar saja. kenapa sih dia selalu mencampuri urusanku.
Ponsel Inayah kembali bergetar, Inayah menggerutu geram. Mau di cuekin tapi dia bos, di ladenin malah ngelunjak.
"Apalagi Mas Ibra?"
"Kenapa lama sekali mengirim lokasimu? apa kamu udah bosan bekerja denganku? atau udah menemukan pekerjaan lain?"
"Iya, iya sebentar."
Inayah mengakhiri panggilan, dan segera mengirimkan lokasinya ke Ibra, ia pun kembali menghampiri Riki, "Maaf ya Bang, aku ada urusan mendadak, aku duluan ya permisi." Lalu Inayah pergi meninggalkan Riki.
"Sebentar Ina, kamu mau kemana? biar aku antar," Riki mengikuti Inayah,
"Nggak usah Bang, aku dijemput, aku harus kembali ke kantor."
"Oh jadi tadi yang menelpon adalah Bos mu yang posesif itu ya? mending kamu resign aja dan bekerja di perusahaan Ayahku, dari pada harus tersiksa bekerja dengan Bos aneh seperti dia." Inayah menghela nafas.
"Dengar ya Bang Riki, aku sama sekali nggak tersiksa, dan aku bahagia. terimakasih atas tawaran nya." Inayah berbohong demi menghindari Riki. hatinya sudah terlanjur sakit karena di khianati dan di tinggal tanpa kabar.
***
Sementara itu, Ibra terus melajukan mobilnya ke lokasi yang dikirimkan oleh Inayah, bisa-bisanya dia membohongiku, katanya mau pergi bersama Yasmin tapi malah ketemu mantan. Bagaimana Ibra bisa tahu?
Flashback sebentar ya, satu jam yang lalu.
Saat Ibra hendak keluar dari gedung perusahaan menuju mobilnya, ia berpapasan dengan Ridwan dan Yasmin.
"Ibra, lo mau balik ke apartemen?" Tanya Ridwan.
"Iya," jawabnya.
"Lo mau ngantar Yasmin menyusul Inayah?" tanya Ibra.
"Hah? enggak." jawab Ridwan.
"Kami mau ke suatu tempat, berdua aja." bisik Ridwan di telinga Ibra.
"Jadi sebenarnya kemana Inayah pergi? dia minta izin pulang duluan tadi,"
"Oh sepertinya dia mau ketemu Riki Pak, teman lamanya, bisa dibilang mantan nya sih. hehe." jawab Yasmin polos, tanpa ia sadari kalimat yang barusan ia ucapkan itu akan membahayakan sahabatnya.
"Begitukah? Baiklah," jawab Ibra langsung menuju mobilnya, saat sudah berada di dalam mobil, ia langsung menghubungi Inayah.
***
Setengah jam kemudian, Ibra sudah tiba di Cafe tempat Inayah dan Riki bertemu, matanya mencari-cari dimana mereka, tapi Ibra tidak mendapatinya. ia pun kesal karena merasa ditipu lagi oleh Inayah, tak lama kemudian ia melihat sosok yang ia cari keluar dari lorong dan ternyata Inayah pergi ke toilet.
Inayah sudah melihat Ibra dan mendekatinya,
"Kenapa kamu sendirian? mana mantan kamu?" tanya Ibra dengan nada ketus.
"Udah pulang," jawab Inayah jutek tak mau kalah.
"Ayo, aku antar kamu pulang," menarik tangannya hingga ke mobil, membukakan pintu mobil dan memaksa Inayah masuk.
Ya Allah, punya bos gini amat. sabar Inayah, sabar. gumamnya sambil mengelus dada.
***
Bersambung
Kasian ya Inayah, urusan pribadinya selalu dicampuri si Bos 😥😥😥
Ayo janga lupa
LIKE
KOMEN
VOTE, lanjut lagi nggak nih? 😌
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri