Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Tujuh
***
Hari ini Raka akan mulai mencari informasi soal Ayah Nadine, apa benar Nadine satu Ayah dengan Fahri.
Bukan mau ikut campur, tapi Raka semalaman berpikir. Kalau Seandainya benar Nadine dan Fahri satu Ayah, terus mereka di pertemukan. Apa Ayah Mereka akan kembali sembuh?.
Raka hanya kasian kepada Fahri, dimana ia yang bekerja sambil kuliah demi mencukupi kebutuhan nya sehari-hari. Ada Ibu nya yang kerja, punya warung makan tidak begitu besar. tapi penghasilan nya di bagi untuk makan, pengobatan suaminya serta untuk biaya sekolah Anak bungsunya.
Fahri memilki adik perempuan yang baru kelas 2 SMP, menurut Raka yang wajahnya hampir mirip Nadine itu hanya Fahri dan Ayah nya saja, sementara Adiknya ya mirip Ibu nya.
Fahri bekerja di bengkel milik Raka, sebelum di bengkel. Fahri sempat kerja di Kafe, dan itu sudah dilakukannya saat baru masuk kuliah.
.
Di jam Sembilan Pagi, Raka sudah berada di kampus. Ia ada jadwal bimbingan, Skripnya nya ada kemajuan. Sekarang sudah jalan di Bab ke 2.
Raka berjalan menuju ruangan dosen, ia sudah di kabari oleh dosen nya untuk langsung ke ruangannya.
Sesampainya disana, Raka mengetuk pintu dan masuk ketika mendengar sahutan dari dalam.
Beberapa menit kemudian, Raka sudah selesai. selanjutnya ia akan pasti ke kantin, karena kedua temannya sudah lebih dulu berada disana.
Di setiap Jalan ada saja yang menyapanya, mau Mahasiswa ataupun Mahasiswi. setiap ada yang menyapanya, ia hanya mengangguk-angguk kepala sambil tersenyum tipis.
Di kantin, Raka bisa melihat Elvano dan Fahri sedang duduk di kursi pojokan. Ia berjalan menghampiri nya dan bergabung.
“Nih Udah Gue pesenin Mie Ayam Bakso nya.” Ucap Elvano.
“Makasih.”
Raka duduk berhadapan dengan kedua temannya, ia meminum Air putih yang sebelumnya sudah ia beli.
“Skripsi Lo udah nyampe mana?” tanya El.
“Baru mau Bab 3.” jawab Raka.
“Si anjir udah jauh aja.” ucap El.
Raka menatap El. “Memangnya Lo baru Bab berapa?” tanya Raka.
“Gue baru aja selesai Bab 1.” jawab El.
“Kalau Lo, Ri?”
“Masih Bab 2, masih banyak Revisiannya.” jawab Fahri.
Raka mengangguk-anggukkan kepalanya, ia mulai memakan Mie Ayam Bakso nya sambil mendengarkan Kedua temannya bercerita.
“Bokap Lo gimana, Ri?” tanya El.
Raka sampai menghentikan makannya, ia ikut menatap Fahri karena penasaran juga.
“Masih gitu-gitu aja, setiap malam pasti gelisah kebangun tengah malam.” jawab Fahri.
“Memangnya Bokap Lo nggak tahu nama Anak nya?”
“Nggak, katanya nggak ada yang ngasih tahu. Nenek sama Kakek juga nggak mau ngasih tahu.”
“Kalau ketemu, terus Lo tahu Anak nya itu ternyata yang nyumpahin Ayah Lo sakit, marah nggak Lo?” tanya Raka.
“Nggak, Gue tahu pasti Dia kecewa karena punya Ayah yang nggak mau ngakuin kelahirannya.”
Raka tidak bertanya lagi, ia melanjutkan makannya. Sementara El, ia menatap curiga Raka. Sepertinya nanti kalau hanya berdua ia akan bertanya-tanya.
Fahri melirik jam tangannya. “Gue duluan ya, mau kerja.” pamit Fahri.
“Hati-hati.”
Setelah Fahri pergi, El langsung menatap Raka.
“Raka.”
Raka mendongkakkan kepalanya. “Apa, mau minjam duit, Lo?”
“Bukan, Duit Gue masih banyak.”
“Terua mau apa?”
“Gue agak curiga sama Lo, jangan-jangan Lo tahu ya Adik nya Fahri itu?”
Raka menghela napasnya, ia duduk tegak. Sebelum menjawab pertanyaan El, Raka minum dulu biar nggak terlalu seret tenggorakannnya.
“Gue sedikit curiga, kalau Adik Tiri Gue itu Adik nya Fahri.”
“Kenapa Lo bisa mikir gitu?” Tanya El.
“Muka mereka mirip di bagian Mata, semalam Nadine cerita soal Kenapa Ayah nya pergi, soal Anak nya hasil dari selingkuh. Dan Gue baru ingat, Nama Ibu tiri Gue ada yang sama kayak nama Mantan Bokap nya Fahri. Walaupun cuma ujung nya doang” Jawab Raka.
“Lo punya foto nya?”
“Nggak ada, lagian Lo juga kenal sama Nadine. Kan dia sahabat mantan Lo.”
El menepuk keningnya. “Lupa Gue.” ucapnya. “Tapi kalau di ingat-ingat memang mirip dari matanya, pas pertama kali Gue ketemu Nadine, sempat mikir mirip siapa. Tapi keburu pusing kepala Gue sama tugas-tugas, jadi ya nggak di lanjut ingat-ingat nya.” Lanjut Raka.
“Terus gimana biar mereka ketemu, atau cara ngasih tahu mereka nya?” ucap El.
“Nanti Gue kasih tahu Nadine pelan-pelan, habis itu baru Fahri.” balas Raka.
“Menurut Lo, kalau mereka sudah pada tahu terus udah ketemu. Kira-kira mereka bakalan akrab nggak?” tanya El.
“Kalau Akrab kauaknya bisa jadi iya, tapi bakalan cukup lama. soalnya Nadine sempat bilang dia cuma pengen tahu keadaan nya, lagi sakit atau nggak. habis itu bodo amat nggak mau berurusan lagi.” jawab Raka.
“Gue juga kalau jadi Nadine bakalan begitu, mungkin sumpah serapah Gue lebih parah.” ucap El.
“Sebenarnya Fahri juga kalau Ayah nya bersikap kurang baik sama dia, dia nggak bakalan peduli mau repot-repot nyari info tentang Anak Ayah nya yang sudah di telantarin, tapikan yang kita lihat Ayah nya sayang banget sama Fahri, jadi mau kesalahan sebesar apapun di masalalu Ayah nya, Fahri cuma kecewa sebentar.” ucap Raka.
“Yaiyalah di sayang, kan pengen banget nya punya anak cowok.” ucap El.
“Tapikan sebelumnya sempat nggak mau ngakuin juga karena berharap anak dari istri sah nya yang keluar cowok, eh malah cewek. mana habis itu nggak bisa punya anak lagi.”
“Tapi Ayah mereka berengsek, lebih berengsek dari Gue sama keluarga Gue. Kalau keluarga Gue mah nggak pernah Selingkuh bahkan sampai punya anak, kita cuma ngedeketin banyak cewek, di ajak Pacaran satu, yang lainnya abaikan, selama pacaran nggak pernah ngajak cewek lain pacaran, paling cuma goda-goda dikit lah.” ucap El.
Raka menatap malas El. “Sama berengsek, cuma masih di level rendah. kalau Bokap Fahri berengsek banget.”
El tertawa. “Hahaha, lagi belajar tobat Gue. Soalnya lagi mau ngejar Tari lagi.”
“Nggak percaya Gue, dari jaman kapan Lo bilang begitu. Tapi masih aja jalan sama cewek beda-beda.” ucap Raka.
“Kali ini Gue mau serius, takut punya Istri yang punya mantan banyak juga kayak Gue. Minimal punya mantan tiga atau empat lah.”
“Kalau Lo punya mantan berapa?” tanya Raka.
“Kalau yang di pacarin itu adalah 10, sisanya cuma teman nongkrong sama sesekali teman cipok*n.”
“Gila.” sinis Raka.
“Gue Yakin pasti Tari nggak bakalan mau balikan sama Lo.”
“Heh. jangan ngomong begitu, Gue bakalan berusaha ngeluluhin hatinya. Biar mau balikan.”
“Kenapa harus Tari?” tanya Raka.
“Dari semua mantan Gue, cuma dia yang benar-benar keliatan sayang sama Gue. perhatian, selalu ngertiin Gue kalau lagi mumet kepala, sama nggak matre juga.” jawab El.
“Ya ya, semoga berhasil bisa balikan.”