NovelToon NovelToon
JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Suami Tak Berguna / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Harem / Cintapertama
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: Siti Zuliyana

Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi Saksi Keajaiban

Setelah 6 bulan pernikahan Arif dan Dina, keluarga mereka mendapatkan kabar baik—Dina hamil! Semua orang senang banget, terutama Rafi yang akan jadi kakak lagi dan Luna yang mulai bisa bicara. Cinta sudah berusia 14 tahun, masuk kelas 2 SMP, dan setelah sukses di lomba seni, dia mulai suka menulis cerita. Dia sering duduk di depan jendela asli di galeri rumah tua, menulis tentang masa lalu keluarga dan mimpi masa depan.

Satu hari, Cinta mendengar tentang lomba penulisan nasional dengan tema "Tempat Mimpi Ku". Dia ingin mengikuti dengan cerita yang menggambarkan jendela asli sebagai tempat di mana semua mimpi keluarga mulai. Dia bekerja keras setiap malam, menulis dan mengedit cerita—dari hari Rina dan Adi pertama kali bermimpi punya keluarga bahagia, sampai hari dia sendiri bermimpi menjadi seniman dan penulis yang terkenal.

Namun, masalah muncul ketika dia selesai menulis—ceritanya terlalu panjang dan melebihi batas yang ditentukan. Dia menangis karena sudah menghabiskan banyak waktu, tapi tidak bisa mengirimnya. Lila melihatnya dan berkata: "Sayang, jangan sedih. Mari kita edit bersama—ambil bagian yang paling penting dan membuatnya lebih padat. Cerita yang bagus tidak perlu panjang, asalkan penuh makna."

Selama 3 hari, Lila dan Cinta bekerja bersama mengedit cerita. Rina juga membantu memberikan nasihat tentang penulisan, karena dia sudah menulis banyak buku. Akhirnya, cerita itu selesai—cerita pendek yang padat tapi penuh emosi, dengan judul "Jendela Mimpi Ku". Di cerita itu, Cinta menulis: "Jendela asli ini bukan hanya tempat untuk melihat luar—itupun tempat untuk melihat mimpi yang ada di dalam hati. Setiap anggota keluarga punya mimpi, dan jendela ini adalah tempat di mana semua mimpi bertemu."

Sementara itu, Dina semakin tertekan dengan kehamilan. Dia sering merasa lelah dan sulit bekerja. Arif membantu dia dengan pekerjaan, dan keluarga semua membuat makanan sehat untuknya. Rafi membuat aplikasi sederhana untuk melacak perkembangan kehamilan Dina dan memberi tahu semua keluarga ketika ada kabar baru. Luna suka mencium perut Dina dan berkata: "Adik... mau main di jendela!"

Galeri rumah tua juga semakin ramai dikunjungi anak-anak dari sekolah sekitar. Mereka datang untuk membaca buku di taman baca, menggambar, dan mendengar cerita tentang jendela asli. Adi dan Rina sering mengajar mereka cara melukis dan menulis cerita sederhana. Suatu hari, sekelompok anak membuat patung kecil dari tanah yang menggambarkan jendela asli, dan mereka menempatkannya di halaman galeri. "Ini untuk nenek dan kakek yang selalu ceria!" kata salah satu anak.

Hari pengumpulan cerita Cinta tiba. Dia mengirim cerita itu ke panitia lomba dengan hati yang gugup. Seminggu kemudian, hasil lomba diumumkan—Cinta memenangkan juara kedua! Semua keluarga melompat-lompat senang. Ketika dia menerima piala di panggung, dia berkata: "Ini untuk keluarga ku yang selalu mendukung mimpi ku. Dan ini untuk jendela asli yang menjadi tempat semua mimpi dimulai. Semua orang berhak punya mimpi, dan kita butuh tempat untuk membukanya!" Semua orang yang menonton siaran langsung menangis senang.

Hari berikutnya, mereka merencanakan acara di galeri rumah tua untuk merayakan juara Cinta dan menyambut kehamilan Dina yang sudah memasuki bulan ke-8. Semua anak-anak yang sering datang ke galeri diundang, beserta teman dan keluarga. Meja dipersiapkan di depan jendela asli, dihiasi dengan bunga melati dan kue yang dibuat oleh Rina.

Acara dimulai dengan anak-anak membacakan cerita yang mereka tulis sendiri, semuanya tentang jendela asli. Kemudian, Cinta membacakan cerita yang membuat dia menang juara—semua orang terharu. Arif memberitahu keluarga bahwa Dina akan melahirkan dalam sebulan lagi, dan mereka akan memberi nama bayi itu Mimpi—simbol dari semua mimpi yang telah terwujud dan yang akan datang.

Malam itu, semua orang berkumpul di dalam galeri, di depan jendela asli yang terbuka lebar. Cahaya bulan menyinari mereka, dan bintang-bintang bersinar terang. Rina berdiri dan berkata: "Hari ini, kita merayakan keberhasilan Cinta dan mimpi baru yang akan lahir. Jendela asli ini telah menjadi tempat di mana mimpi-mimpi kecil menjadi besar. Kita harus terus membukanya untuk generasi depan."

Adi memegang tangan Rina: "Kita sudah hidup lama, Bu. Dan kita lihat banyak mimpi terwujud—anak-anak kita menikah, cucu kita tumbuh, dan cerita kita menginspirasi orang lain. Semua ini karena jendela yang dulu lupa ditutup."

Cinta membawa piala yang dia dapatkan dan menempatkannya di depan jendela asli: "Aku akan terus menulis dan melukis tentang jendela ini, sampai semua orang di Indonesia tahu cerita kita. Dia adalah simbol harapan yang tidak pernah padam."

Rafi berlari ke depan jendela dan berkata: "Saat adik Mimpi lahir, aku akan mengajar dia pemrograman, agar dia bisa membuat mimpi yang lebih besar!"

Luna mencium perut Dina dan berkata: "Adik Mimpi... main di jendela bersama aku!"

Angin segar bertiup melalui jendela asli, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak terlupakan. Semua orang menggenggam tangan satu sama lain, menyaksikan matahari terbenam dan bulan yang terang. Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang akan selalu terjaga, tempat di mana semua mimpi bertemu, dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah.

Setelah sebulan menunggu, hari kelahiran Mimpi tiba. Dina dirawat di rumah sakit, dan semua keluarga menunggu di luar ruang operasi—Cinta bawa cerita yang dia tulis untuk Mimpi, Rafi bawa mainan robot yang dia buat, Luna bawa bunga melati, dan Rina membaca doa bersama. Pukul 10 pagi, dokter keluar dengan senyum lebar: "Selamat! Anak laki-laki sehat, dan kedua orang tuanya juga baik-baik saja!"

Semua orang menangis senang terharu. Arif membawakan Mimpi yang masih kecil, dan mereka langsung membawanya ke galeri rumah tua—seperti tradisi keluarga untuk membawa anak baru ke depan jendela asli. Ketika Mimpi diletakkan di meja di depan jendela, angin segar bertiup dan dia tersenyum. Cinta menggambar momen itu dengan cepat, dan berkata: "Sekarang ada empat cucu—aku, Rafi, Luna, dan Mimpi. Kita semua akan berkembang di depan jendela ini!"

Sementara itu, Cinta sudah berusia 15 tahun, masuk kelas 3 SMP, dan mulai merencanakan masa depan setelah lulus. Dia ingin melanjutkan ke SMA jurusan seni dan penulisan, agar bisa mengejar mimpinya menjadi seniman dan penulis. Tapi dia khawatir orang tua dia (Lila dan Doni) tidak setuju, karena khawatir dia kesulitan nanti. "Kak, apa aku harus memilih jurusan yang lebih 'aman'?" tanya dia ke Lila di teras rumah baru, jendela terbuka melihat ke arah galeri.

Lila memegang tangan Cinta: "Sayang, masa depan itu milikmu. Aku dan Papa Doni selalu mendukung mimpi mu. Kamu sudah buktikan bahwa seni dan penulisan bisa menginspirasi orang lain—seperti yang kamu lakukan di lomba. Jangan takut mengejarnya, karena keluarga akan selalu ada di belakangmu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!