NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

4

Pagi ini Kania kembali bersiap untuk lari pagi. Pakaian yang Kania pakai, legging panjang, kaos ketat. Rambutnya seperti kemarin Kania kuncir kuda, memakai pelembab wajah dan liptint. Tidak lupa Kania membawa tas punggung, yang isi nya laptop dan kabel charger. Setelah semua siap, Kania melangkah keluar rumah untuk memulai hari nya dengan berolahraga.

Berlari kecil, kania menyusuri jalan dari rumah nya menuju kedai kopi, tapi dia memilih berjalan memutar, melewati jalan baru yang tidak Kania lalui saat kemarin dia berlari.

Saat Kania melewati sebuah warung sembako kecil, suara riang terdengar menyapa.

‘’Mbak Kania’’

Kania berhenti tepat di warung sembako itu. Muncullah Dini, dari dalam warung itu.

‘’Loh, Dini, sedang apa disini’’ tanya Kania.

‘’Jaga warung Mbak, ini warung Bapak, kadang aku gantian jaga sama Bapak.’’ Jelas Dini.

‘’Oalah, bisa nih nanti aku mampir beli sabun’’

‘’Tak tunggu yo, mbak. Bisa request juga loh mbak, tapi jauh2 hari ya, jadi bisa tak belikan di kota terdekat.’’ Jelas Dini.

Kania mengacungkan jempol nya. ‘’Mantab, Din. Yawes, aku lanjut lari dulu ya, takut kesiangan’’ pamitku.

‘’Yo, mbak.’’

Kania melanjutkan lari nya. Terus berlari kecil tanpa henti, keringat mulai menetes dari dahi nya, Kania mengelap bulir keringat dengan tangan nya. Sampai tiba di depan kedai kopi “Senja Ranu’’.

Seperti kemarin, Bara, sedang menyeduh kopi, hasil dari menggiling dari biji kopi utuh. Dengan proses yang sama, menyeduh dengan cara manual. Yang kata banyak orang, rasa kopi terasa lebih nikmat.

‘’Pagi mas Bara, kayak kemarin ya boleh minta teh hangat nya’’ tanpa segan lagi aku melangkah masuk dan duduk persis di bangku yang sama seperti kemarin.

Bara menatapku lagi dengan tatapan menilai. ‘’Baju kemarin tidak muat’’ tanya nya langsung tanpa basa basi menjawab sapaan-ku.

‘’Kebesaran. Lagian itu buat yang berhijab kali, mas. Kan aku gak berhijab.’’ Jawab Kania tanpa ragu.

Bara terlihat menuang air ke cangkir lucu bermotif bunga. Lalu, berjalan perlahan kearah Kania duduk. Menyerahkan secangkir teh dan sepiring pisang goreng yang saat kusentuh masih terasa panas.

‘’Masih panas’’

‘’Telat mas, udah kena’’ balasku cepat. Aku langsung meminum teh nya, lalu, mengambil pisang goreng dan menggigit sedikit lalu menaruh kembali ke piring, karena masih panas.

‘’Sudah tau panas masih aja dimakan’’

‘’Laper tau’’ ujarku, tetap sambil mengambil kembali pisang yang sudah ku gigit tadi dan meniup niup nya perlahan. ’’Ibu, mana’’ tanyaku. Perasaan kemari Ibu Wati mau menemaniku menikmati sarapan bersama deh ujarku dalam hati.

‘’Jenguk saudara sakit. Dimakan pisang nya, dari Ibu.’’ Ucapnya lalu kembali ke counter tempat nya ber-kreasi dengan biji kopi.

‘’Mas, boleh minta password wifi nya gak’’

‘’Senja Ranu’’

Oh nama wifi persis sama dengan nama kedai nya, pasti karena ga mau ribet mikir jadi disamain semua nya.

Kania langsung membuka tas dan mengeluarkan laptop nya, menaruh di meja dan menyalakan tombol power laptop nya. Mengecek kembali kerjaan yang sudah di save nya kemarin. Mengecek kembali detail design yang sudah jadi, begitu sudah tidak ada yang salah dan terlewat Kania mengupload ke sistem, setelah berhasil, hasil nya dia kirimkan melalui email.

Setelah email terkirim, kemudian Kania kembali mengecek email yang masuk yang belum sempat Kania buka. Alhamdulillah ternyata ada 3 pekerjaan lagi yang didapat. Karena yang ini sudah selesai jadi Kania. bisa mengambil 2 tawaran pekerjaan baru. Dan jika Kania lihat design nya tidak terlalu rumit dan bisa Kania kerjakan dalam waktu satu bulan ini.

Kania menerima dua pekerjaan tersebut. Dan langsung mendapat respon cepat dari clien nya. Jadi Kania bisa langsung membuat ide awal, lalu mengajukan design2 tersebut ke clien biar clien memutuskan akan mengusuk tema yang mana dari pilihan yang Kania buat.

Saat fokus, Kania terbiasa tidak memedulikan sekitar nya. Telinga nya di sumpal dengan air pod generasi ketiga, yang membuat suara sekitar tidak terdengar lagi. Jadi Kania hanya fokus ke layar laptop dan pekerjaan nya. Inilah dunia yang Kania suka, saat fokus mengerjakan sesuatu. Tapi dunia ini jugalah yang membuatnya tertekan dan nyaris depresi. Hingga Kania memutuskan untuk resign dari dunia yang sangat dicintai nya. Mengambil jeda sejenak untuk memulihkan dan menata hidup nya yang nyaris berantakan.

Entah sudah berapa lama Kania bekerja, sampai Bara duduk kembali di hadapan Kania. Kania menatap Bara, seolah bertanya ada apa? Dengan gestur, Bara menunjuk telinga. Lalu aku melepas airbuds yang telinga kanan.

‘’Makan siang?’’ Tawar nya.

Hah, makan siang? Langsung aku mengecek ponsel yang tadi tergeletak sembarang di meja. Jam di ponsel menunjukkan pukul 12.20. Kania kaget, ternyata sudah selama itu Kania berada disini. Kulihat Bara masih menanti respon-ku.

‘’Boleh deh, ga sempet juga kalo masak, udah kelaperan.’’ Senyumku pada Bara.

Kulihat Bara tertegun sepersekian detik. Bangkit berdiri dan berjalan kearah luar. Aku tetap duduk sambil membereskan laptop, ponsel dan memasukkan kembali ke dalam tas ransel yang kubawa.

‘’Ayo’’ ajak Bara.

Jadi maksudnya, aku harus ngikutin dia gitu. Ya ampun, bener bener pelit omong banget sih, Dumel ku dalam hati.

Aku mengikuti langkah nya, berusaha berjalan beriringan dengan langkah lebar-nya. Tidak jauh berjalan sampai-lah kami di sebuah warung sederhana. Sudah terlihat ramai pengunjung. Dan bangku2 sudah banyak terisi.

‘’Wah mas Bara, sama siapa nih’’ tanya seorang warga.

‘’Anaknya Bapak Harris, Pak’’ jawabnya sopan.

‘’Oalah, cantik tenan ya mas, tapi sayang toh orang kota loh’’ sahut Ibu-ibu seakan tidak menerima jika aku dibesarkan di kota.

‘’Kenapa ya Bu, kalau saya besar di kota’’ tanyaku langsung.

‘’Yo, ndak apa apa, mbak. Cuma sayang kalo mas Bara dapetin orang kota’’’ ujarnya, seperti tidak suka.

‘’Maksud Ibu apa ya’’ Kania sudah mulai terprovokasi dengan label ‘’orang kota’’ yang dibilang si Ibu Ibu ini.

‘’Kania, giliran-mu.’’

Dengan perasaan yang masih jengkel, Kania melihat menu yang ada dan memesan nasi dan teri kacang dan tempe saja, minum nya Kania meminta air mineral dingin. Bara memimpin jalan, membawa nya agak duduk menjauh dari keramaian tadi. Mungkin menghindari pertikaian antar sesama wanita.

Masih dengan jengkel, Kania menaruh piring dengan membanting ke meja.

‘’Siapa coba Ibu tadi. Seenaknya aja melabeli ‘’orang kota’’, gak sopan. Kalau aku orang kota, dia tuh ‘’wong deso’’. Kania masih diliputi perasaan jengkel.

‘’Makan.’’ Perintah Bara. Aku menatap pria di depanku ini dengan jengkel. Dia menatap balik, mata nya walau terlihat tajam tapi ada binar kelembutan yang tersirat. Dan entah sihir apa yang dipunya, seorang Kania yang biasa membantah, mendebat panjang lebar, jika berhadapan dengan Bara, ada suatu dorongan yang mengharuskan dia menuruti perintah Bara.

Masa iya, Kania yang terkenal tidak pernah kalah debat, bisa dikalahkan oleh satu kalimat perintah pendek ‘’makan’’ oleh seorang pria yang bernama, Bara.

Dengan cemberut Kania mulai menyendokkan sesuap nasi kedalam mulutnya. Kania terkejut ternyata rasa nya sangat enak sekali, padahal ini menu makanan sederhana, tapi luar biasa lezat. Tanpa bicara lagi, Kania dengan cepat menghabiskan seluruh nasi di piring dengan cepat, meminum segelas air dingin hingga tandas.

‘’Ternyata emosi membuatku sangat kelaperan’’ ucapku lugas.

‘’Nambah’’ tawarnya. Aku menggeleng.

‘’Kenyang. Wah ini bisa jadi tempat favoritku berikutnya nih, tidak perlu capek capek masak lagi, tinggal beli bisa menikmati makanan dengan rasa yang senikmat ini.’’

Tanpa memberi respon, Bara melangkah ke dalam warung itu, bisa kulihat Bara mengeluarkan uang dan membayar makanan kami. Eh, bener kan dia membayar juga makanan punya-ku?

‘’Aku bayar dulu ya, mas’’

‘’Sudah dibayar’’ lagi lagi dia berjalan duluan.

‘’Mas, tunggu, jangan cepet cepet dong. Abis makan nih, ga bisa jalan cepet.’’ Omelku.

Bara berhenti dan berbalik badan. Sambil menunggu-ku berada disamping nya, lalu kulihat Bara mulai menyamakan langkah kaki-ku. Entah kenapa ada perasaan hangat dengan sikap Bara. Dia memang sekaku itu dalam berinteraksi dengan orang lain. Tapi dia akan mendengarkan dan mengimbangi-nya dengan sikap nya. Seperti saat ini, dia terus menyamakan langkah kaki-ku. Dan tanpa terasa kami sudah tiba didepan rumah-ku.

‘’Mas Bara, makasih buat teh, pisang goreng, wifi gratis, dan makan siang gratis nya.’’ Aku menyebutkan satu satu hal gratis yang kudapat dari Bara hari ini.

Bara mengangguk. ‘’Masuklah’’

Dengan langkah ringan aku memasuki rumah dengan perasaan hangat yang jarang kudapat dari lawan jenis. kulihat dari jendela, Bara baru melangkah saat aku sudah menutup pintu rumah. Tersenyum riang aku memasuki kamar, berbaring di ranjang, dan memasuki alam mimpi. Ini akan menjadi tidur siang terindah yang kudapatkan sepanjang masa dewasa-ku.

Dan Hari ini, Kania merasakan kehangatan dari seorang pria bernama, Bara.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!