NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Di sisi lain hutan, angin malam berembus tajam seperti bilah pisau. Bulan redup terhalang awan, hanya sesekali menampakkan diri untuk menyorot jalan darah yang tercecer di antara pepohonan.

Seorang wanita melesat di antara batang-batang pohon. Napasnya tersengal, pakaiannya compang-camping, dan darah mengalir dari luka di bahunya. Pedang di genggamannya sudah retak, namun matanya tetap menyala dengan tekad kuat.

“Aku… harus kembali ke sekte… aku tidak boleh mati di sini,” gumamnya di sela-sela napas yang terengah.

Wanita itu bernama Mu Qinglan, murid inti dari Sekte Awan Giok — sekte besar yang berdiri megah di pegunungan utara. Namun kini, ia bahkan sulit berdiri tegak.

Tiba-tiba, suara mendesing melesat di belakangnya.

SWOOSH!

Sebuah bilah Qi menembus punggungnya, darah menyembur. Tubuh Mu Qinglan terhempas ke tanah, berguling beberapa kali sebelum berhenti dengan wajah pucat.

“Akh!” Ia memuntahkan darah, matanya buram.

Dari balik kabut malam, lima sosok pria perlahan muncul. Mereka berjalan santai seperti pemburu yang mengejar mangsa yang sudah pasti akan mati. Pemimpin mereka, pria bertubuh tinggi dengan jubah hitam bersulam simbol naga perak, menatap Mu Qinglan dengan senyum dingin.

“Kau sudah selesai berlari, kucing kecil?” katanya, suaranya datar namun mengandung ancaman. “Aku tak menyangka kau berani menyusup dan mencuri rahasia keluarga Nie. Hebat juga, untuk gadis sendirian.”

Mu Qinglan menggertakkan giginya, berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya. “Aku… Mu Qinglan… tak akan kalah oleh orang sepertimu. Aku akan menyampaikan pengkhianatan keluargamu pada para tetua Sekte Awan Giok!”

Nie Feng, pemimpin kelompok itu, mendengus. “Berani juga kau berbicara begitu di ambang kematian. Sayangnya, meskipun kau putri sekte, kalau mati di sini… siapa yang akan tahu?”

Pria di sebelahnya, berwajah kasar dan bermata serigala, menyeringai seraya meludah ke tanah. “Bos, bolehkah kami bermain-main sebentar dengannya sebelum dia mati? Jarang-jarang dapat wanita secantik ini. Lihat kulitnya… halus sekali.”

Nie Feng tertawa kecil. “Oh? Kalian memang sudah berjasa mengejar nya sejauh ini. Silakan… tapi jangan sampai dia mati sebelum aku dapatkan jawabannya.”

Kelima pria itu berjalan mendekat dengan tawa jahat. Tanah di sekitar mereka berguncang ringan karena tekanan Qi yang mereka lepaskan.

Mu Qinglan menggenggam pedangnya erat, darah menetes dari jarinya. “Dasar… bajingan!”

Tepat sebelum pria pertama menyentuhnya, Mu Qinglan melempar kantung kecil ke udara.

POOF!

Awan abu meledak, menyelimuti mereka. Para pria itu batuk keras.

“Uhuk! Apa-apaan ini!?”

“Dia pakai racun!”

"CEPAT KEJAR DIA!"

Kesempatan itu digunakan Mu Qinglan untuk kembali berlari, meski tubuhnya hampir roboh. Suara langkahnya terhuyung di tanah lembap, sementara wajahnya semakin pucat.

“Aku… harus bertahan… hanya sedikit lagi…”

Namun pandangannya makin kabur. Di ujung pelarian, pepohonan mulai menipis, berganti dengan dataran berumput dan kilau air tenang di kejauhan.

Danau itu berkilau di bawah sinar bulan. Di tepinya, duduk seorang pria dengan pakaian sederhana dan topi jerami, memegang pancing dengan santai. Seekor ikan koi berwarna keemasan berenang di permukaan, memantulkan cahaya seperti permata hidup.

Mu Qinglan menatapnya sejenak, tak percaya ada orang yang bisa begitu santai di tengah hutan berbahaya ini. Ia berteriak dengan sisa tenaganya, suaranya serak, nyaris seperti bisikan:

“Cepat… lari… kalau kau tak ingin mati! Tolong… minta bantuan… ke sekte…”

Begitu kata-kata terakhir keluar, tubuhnya ambruk, tak bergerak lagi.

Li Yun yang sedang asyik menatap pelampung pancingnya langsung terlonjak. “Ha!? Apa-apaan ini?” Ia segera menancapkan pancingnya ke tanah dan berlari menghampiri wanita itu.

“Hey! Nona muda! Jangan main drama begini di tengah hutan dong, aku hampir jantungan!”

Namun, begitu dilihat lebih dekat, napas Li Yun tercekat. Pakaian wanita itu robek, tubuhnya penuh luka, darah segar menetes ke tanah. Wajahnya pucat tapi cantik luar biasa — seperti dewi yang jatuh dari langit, namun kini di ambang maut.

“…Uh, oke. Ini jelas bukan cosplay,” gumam Li Yun panik.

Ia menatap sekeliling. Tak ada siapa pun. Tapi detak jantungnya terasa tidak enak. “Tunggu dulu… wanita cantik yang pingsan di tengah hutan… biasanya di novel ini pertanda buruk. Dan setelah itu… muncul musuh kuat. Oke, jangan panik. Aku cuma NPC biasa, tidak akan terjadi apa-apa—”

Belum sempat ia mundur, hawa dingin melintas di belakangnya. Lima sosok muncul dari kegelapan, aura mereka membuat bulu kuduk berdiri.

Li Yun menelan ludah. “Tebakanku tepat, sialan.”

Kelima pria itu menatapnya tajam. Nie Feng mendengus. “Hmm, siapa dia? Sepertinya hanya orang biasa.”

Salah satu bawahannya mendekat, matanya menyipit. “Bos, dia… tidak punya Qi. Bahkan akar spiritual pun tak ada. Seorang cacat.”

Li Yun merasa seperti ditusuk ratusan pedang tak kasat mata. Ia menatap kosong ke tanah. “Terima kasih atas pengingatnya, kawan. Sangat membangun rasa percaya diriku.”

Ia mencoba tersenyum. “Tuan-tuan yang terhormat, aku hanya memancing ikan. Tidak lihat apa pun. Jadi… silakan lanjutkan kegiatan membunuh-membunuh kalian. Aku pamit dulu, ya?”

Baru ia melangkah setapak, bilah Qi meluncur cepat.

CRACK!

Tanah di depan kakinya terbelah, meninggalkan garis retakan hitam.

Li Yun membeku. Senyum kaku di wajahnya perlahan hancur.

Nie Feng menatapnya dengan tatapan membunuh. “Saksi harus dibunuh. Kau hanya bisa menyalahkan nasibmu.”

Li Yun menatap langit kosong, hampir menangis. “Serius nih, Dewa? Aku cuma mau mancing nyantuy setelah kerja seharian, dan sekarang mau dibunuh gara-gara lewat doang? Hidupku kok kayak skrip novel genre cultivation banget ya…bedanya aku bukan si protagonis..”

Ia melirik ke arah wanita pingsan itu, lalu menghela napas berat.

“Dasar cewek pembawa sial… kenapa jatuhnya pas di sini sih?”

Salah satu pria mengangkat pedangnya. “Kau bicara terlalu banyak, orang lemah.”

1
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!