JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU
BAB 3: KEDATANGAN SULTAN RAZIQIN DAN GEGARA HARTA KARUN JEMBER
1. Latihan di Dalam Bayangan Es
Pangeran Sultan Sati menghabiskan dua bulan berikutnya di dalam Gua Es, berlatih di bawah bimbingan rahasia Putri Liandra. Putri Liandra sendiri tidak berani mencoba teknik Transformasi Yin-Yang Balik itu, tetapi pengetahuannya tentang sirkulasi Qi dan Meridian memungkinkan Pangeran Sultan Sati untuk menavigasi bahaya.
Teknik itu brutal. Itu memaksa Qi Yin Mutlak yang destruktif untuk berputar dalam siklus kecil di antara sepuluh Meridian minor, mengubahnya dari energi yang kacau menjadi energi yang terorganisir. Setiap rotasi terasa seperti meridiannya dicincang oleh serpihan es.
Namun, hasilnya luar biasa.
Dua bulan, dan Pangeran Sultan Sati tidak hanya menstabilkan Qi Yin Mutlak, tetapi ia juga berhasil memurnikannya. Ia masih tidak memiliki Inti Kultivasi (Dan) yang normal. Sebaliknya, batu giok di dadanya berfungsi sebagai "Inti Yin" yang memompa Qi. Kekuatan dasarnya sekarang stabil di tingkat Kultivator Dasar Akhir, tetapi kualitas Qi-nya melebihi Master Kultivasi.
Hubungannya dengan Putri Liandra juga semakin dalam. Ia menghormati Putri Liandra karena keberanian dan pengetahuannya, sementara Putri Liandra menghargai ketahanan dan tekad Pangeran Sultan Sati.
"Kau berhasil, Sati," kata Putri Liandra suatu pagi, saat Pangeran Sultan Sati menyelesaikan siklus Transformasi-nya tanpa erangan. "Qi-mu kini stabil. Kau memiliki fondasi. Kau telah melampaui hambatan yang ditakuti leluhurmu."
Pangeran Sultan Sati membuka matanya yang sekarang kembali cokelat, tetapi memancarkan lapisan tipis keemasan ketika ia memfokuskan energi. "Hanya untuk bertahan hidup. Aku harus meninggalkan tempat ini. Aku tidak bisa selamanya bergantung pada hawa dingin gua."
Putri Liandra mengangguk, ekspresinya serius. "Misi Klan Pedang Abadi di Pegunungan Tanduk Naga juga telah selesai. Kami harus kembali. Tetapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus kau ketahui. Berita tentang kehancuran Jendral Zhuo dan dua Master-nya telah menyebar, meskipun alasannya tidak diketahui."
"Klan Naga Hitam pasti mencurigai aku," kata Pangeran Sultan Sati, membersihkan debu dari jubahnya.
"Bukan itu saja. Klan Naga Hitam menuduh klan lain berkonspirasi. Mereka mengumumkan bahwa mereka akan mencari sekutu yang mampu membantu mereka melacak Relik Jiwa dari Klan Pangeran Sultan Sati. Dan di sinilah berita baru muncul..."
2. Gempar dari Umbul Sari Jember
Putri Liandra mengeluarkan sebuah gulungan kecil dari jubahnya. Ini adalah berita yang disadap oleh pengawalnya yang berada di dekat jalur komunikasi.
"Satu minggu lalu, sebuah kekuatan baru memasuki Daratan Xianwu. Mereka menyebut diri mereka Klan Umbul Sari Jember, sebuah kekuatan yang sebelumnya hanya diketahui di wilayah selatan yang terpencil.
Mereka dipimpin oleh seorang kultivator muda, yang kekuatannya disebut-sebut tak tertandingi oleh generasinya: Sultan Raziqin."
Pangeran Sultan Sati menyeringai sinis. "Sultan Raziqin? Nama yang sombong."
"Tidak sesombong kekuatannya, Sati. Dikabarkan, Sultan Raziqin adalah seorang kultivator di tingkat Raja Kultivasi—di usia dua puluhan. Itu adalah hal yang belum pernah terdengar."
Pangeran Sultan Sati terdiam. Raja Kultivasi. Bahkan ayahnya, Tuanku yang terkuat, mencapai tingkat itu di usia empat puluhan.
"Klan Umbul Sari Jember muncul dengan satu tujuan: mencari 'Harta Karun Abadi' yang dikabarkan tersembunyi di Daratan Xianwu. Dan yang membuat ini relevan denganmu: Klan Naga Hitam segera mendekati Sultan Raziqin."
"Mereka mencari bantuan untuk melacak Jurus Terakhir," simpul Pangeran Sultan Sati.
"Tepat," kata Putri Liandra. "Sultan Raziqin bukanlah seorang idiot. Dia tahu risiko bersekutu dengan Klan Naga Hitam. Tetapi dia menerima tawaran itu, dengan imbalan: Klan Naga Hitam akan memberinya peta lokasi 'Harta Karun Jember' yang konon disembunyikan oleh para leluhur Klan Naga Hitam."
"Permainan politik yang buruk," komentar Pangeran Sultan Sati. "Dia menukar kehormatan dengan kekayaan."
"Mungkin bukan kekayaan," kata Putri Liandra, matanya menyipit. "Klan Umbul Sari Jember adalah klan yang fokus pada teknik spiritual unik, bukan seni bela diri. Mereka percaya Harta Karun Abadi akan memberi mereka kekuatan mutlak untuk mendominasi Xianwu."
"Dan mengapa mereka mencurigai klan saya? Jurus Terakhir bukan harta karun," Pangeran Sultan Sati menekankan.
"Klan Naga Hitam memutarbalikkan cerita. Mereka mengatakan Klan Pangeran Sultan Sati tidak dihancurkan karena kekuatan Jurus itu, tetapi karena Anda mencuri kunci yang dapat membuka Harta Karun Jember. Mereka telah berhasil menciptakan narasi bahwa Pangeran Sultan Sati adalah seorang pencuri."
Pangeran Sultan Sati mengepalkan tangannya. Amarah, yang sempat mereda oleh kedinginan Qi Yin Mutlak, kembali membara. Mereka tidak hanya membunuh klannya, tetapi juga mencoreng nama klannya.
"Aku harus bertemu Sultan Raziqin," kata Pangeran Sultan Sati, tekad terpancar di matanya. "Aku harus memotong mata rantai ini sebelum Klan Naga Hitam menggunakannya untuk menghancurkanku. Klan ini adalah bahaya baru."
3. Token Pertemanan dan Jalan Berpisah
Putri Liandra bangkit. "Aku tahu kau akan berkata begitu. Karena itu, aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri."
"Putri, aku menghargai tawaranmu, tetapi ini adalah masalah Klan Pangeran Sultan Sati. Aku harus menanggungnya sendiri."
"Itu tidak hanya memengaruhi Klan Pangeran Sultan Sati lagi, Sati," Putri Liandra membantah. "Klan Naga Hitam semakin kuat. Jika mereka bersekutu dengan Raja Kultivasi muda itu, keseimbangan Xianwu akan hancur. Klan Pedang Abadi akan menjadi target berikutnya. Aku memiliki kepentingan dalam menjatuhkan aliansi ini."
Pangeran Sultan Sati tersenyum tipis. "Meskipun demikian, aku harus pergi dengan caraku sendiri. Aku tidak bisa membawa lambang Klan Pedang Abadi bersamaku. Aku adalah debu. Aku harus bergerak di bayang-bayang."
Putri Liandra menghela napas, menyadari bahwa ia tidak bisa meyakinkan pria keras kepala ini. Ia kemudian menarik kalung perak dari lehernya—sebuah ukiran pedang kecil yang sangat halus.
"Ambillah ini," katanya, menyerahkan kalung itu. "Ini bukan token resmi Klan Pedang Abadi, tetapi ini adalah lencana pribadi saya. Jika Anda dalam masalah besar dan perlu bantuan, kirimkan ini ke pos terluar Klan Pedang Abadi terdekat. Ini akan menjamin saya datang membantu Anda, meskipun itu berarti saya harus melawan Klan Naga Hitam."
Pangeran Sultan Sati mengambil kalung itu. Dinginnya logam bercampur dengan dinginnya batu giok di dadanya. "Terima kasih, Liandra."
"Jagalah dirimu, Pangeran Sultan Sati," katanya, memanggilnya dengan nama lengkap untuk pertama kalinya sebagai perpisahan.
4. Penyamaran dan Perjalanan ke Selatan
Pangeran Sultan Sati meninggalkan Gua Es sendirian, bergerak ke arah selatan tempat Klan Umbul Sari Jember dikabarkan berada. Ia mengenakan jubah abu-abu polos, menutupi seluruh tubuhnya, dan membawa tongkat Lin Kai—sebuah pengingat konstan akan sumpahnya.
Berkat stabilisasi Qi-nya, ia kini bisa melakukan perjalanan jarak jauh tanpa kelelahan. Ia bergerak seperti bayangan, menggunakan hutan lebat dan daerah pegunungan yang terpencil, menghindari kota-kota besar.
Ia mengamati setiap kultivator yang ia temui. Ia belajar membedakan aura, mengukur kekuatan, dan yang paling penting, mengenali lambang Klan Naga Hitam.
Setelah dua minggu perjalanan, ia tiba di wilayah perbatasan selatan yang dikenal sebagai Dataran Merah. Di sanalah Klan Umbul Sari Jember mendirikan benteng sementara.
Benteng itu bukanlah benteng batu tradisional; itu adalah kemah mewah yang terbuat dari kain sutra emas dan pilar kayu berukir. Kemewahan yang mencolok, yang menunjukkan kekuatan dan kekayaan Sultan Raziqin.
Pangeran Sultan Sati menyamar sebagai seorang pedagang bubur jagung yang miskin, memasuki sebuah desa kecil di luar benteng Umbul Sari Jember.
5. Raja Kultivasi di Tengah Kerumunan
Di desa itu, Pangeran Sultan Sati mendengar bisikan yang memuja dan juga ketakutan tentang Sultan Raziqin.
"Sultan Raziqin itu tampan seperti dewa, dan Qi-nya terasa hangat, tidak seperti Raja Kultivasi lain yang penuh amarah!" kata seorang penduduk desa yang kagum.
Hangat? Qi-ku dingin seperti es. Raja Kultivasi ini pasti sangat berbakat, pikir Pangeran Sultan Sati.
Saat matahari terbenam, ia melihat kerumunan berkumpul. Seorang kultivator muda dengan jubah sutra hijau zaitun melangkah keluar dari benteng, dikelilingi oleh belasan pengawal elit.
Itu pasti Sultan Raziqin.
Sultan Raziqin tingginya tegap, wajahnya berseri-seri, dan senyumnya menawan. Ia terlihat berkuasa tetapi tidak sombong.
Ia mengeluarkan sebuah gulungan besar dari jubahnya.
"Warga Dataran Merah!" seru Sultan Raziqin. Suaranya tidak keras, tetapi jelas dan bergema. "Klan Umbul Sari Jember datang membawa kemakmuran dan keamanan! Kami bersekutu dengan Klan Naga Hitam untuk mencari seorang buronan berbahaya, seorang penyihir gelap yang mencuri Harta Karun Abadi. Namanya... Pangeran Sultan Sati!"
Pangeran Sultan Sati, yang berdiri di balik kedai, merasakan darahnya mendidih. Ia sedang menyaksikan namanya dicemarkan secara terbuka.
"Pencuri ini," lanjut Sultan Raziqin, menunjuk ke sebuah poster yang baru dipasang, yang menggambar wajah Pangeran Sultan Sati dengan ekspresi menyeramkan, "telah menggunakan sihir gelap untuk membunuh Master Kultivasi yang terhormat. Dia harus ditangkap. Siapa pun yang memberikan informasi tentang keberadaannya akan diberi imbalan seratus batu spiritual tingkat atas!"
Seratus batu spiritual! Itu adalah harga yang sangat besar.
Pangeran Sultan Sati menatap poster dirinya yang terdistorsi. Itu bukan dirinya. Itu adalah monster.
Saat Sultan Raziqin berbalik, ia berhenti. Matanya yang tajam menyapu kerumunan. Tidak ada yang istimewa dari pandangannya, tetapi Pangeran Sultan Sati merasakan auranya sejenak menyentuh dirinya.
Dia merasakan sesuatu.
Pangeran Sultan Sati segera menenangkan Qi-nya. Ia memfokuskan pikirannya pada batu giok di dadanya. Batu giok itu menyerap semua Qi Yin Mutlak, membuatnya terlihat seperti manusia biasa.
Sultan Raziqin mengerutkan kening sedikit, lalu tersenyum lagi dan melanjutkan perjalanannya kembali ke benteng.
Pangeran Sultan Sati tahu, pertemuan tak sengaja ini adalah sebuah bencana yang tertunda. Sultan Raziqin bukanlah lawan yang mudah. Raja Kultivasi muda ini memiliki insting yang luar biasa, dan kemampuannya untuk mendeteksi kultivator lain sangat tinggi.
Kini, ia tidak hanya bersembunyi dari pembunuh Klan Naga Hitam, tetapi juga harus bersembunyi dari seorang Raja Kultivasi yang berbakat, yang telah menjadikan penangkapan dirinya sebagai jalan pintas menuju Harta Karun Abadi.
"Sultan Raziqin," bisik Pangeran Sultan Sati, mencengkeram erat tongkat Lin Kai. "Kita akan lihat siapa yang akan menjadi debu."
Ia tahu ia harus bertindak cepat. Jika Sultan Raziqin menemukan cara untuk melacak Qi Yin Mutlak yang unik dari Jurus Terakhir, Pangeran Sultan Sati akan berakhir.
Targetnya kini jelas: ia harus menghancurkan kepercayaan antara Klan Naga Hitam dan Sultan Raziqin, sebelum mereka menemukannya.
— AKHIR BAB 3 —