ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
flashback 1
Awal pertemuan Ziah dan Andreas
Ziah siswi kelas 10c hari ini tepat dua Minggu dia sebagai siswi baru di SMK Negeri favorit di daerah nya setelah mengikuti satu Minggu MOS. Iya karena SMK favorit banyak siswa dan siswi yang mendaftar ke sekolah ini bahkan masuk sekolah ini masuk jalur seleksi.
Hari ini setelah upacara Ziah bersama Mariam menuju toilet wanita untuk berganti pakaian menggunakan baju olah raga, biasanya hari pertama di mulainya pelajaran akan di lakukan sesi perkenalan lebih dulu.
Mariam merupakan teman pertama Ziah saat pertama masuk SMK tidak di sangka mereka malah satu kelas, dengan begitu mereka tidak merasa malu karena tidak memiliki teman yang di kenal saat masuk kelas mereka. Mereka berdua berjalan menuju kelas setelah selesai berganti baju. Lalu duduk di kursi masing-masing.
Tidak berselang lama guru olah raga datang, seorang laki-laki tampan dengan perawakan tinggi badan 185cm. Teman perempuan nya pada heboh kecuali Ziah dan Mariam yang sama-sama pendiam dan pemalu. Guru tadi duduk dan mulai membuka buku absensi kelas.
"Assalamualaikum wr wb" sapa guru tadi.
"waalaikumsalam wr.wb" jawab serempak seluruh murid kelas 10c.
"perkenalkan nama bapak Andreas Wijaya, yang biasa di panggil pak Andre atau Andreas. Bapak akan mengabsen nama kalian setiap nama yang di panggil maju ke depan untuk perkenalan diri." jelasnya sambil tersenyum.
Semua murid mulai maju satu persatu sesuai absen, semua murid berjumlah 25 orang 14 perempuan dan 11 laki-laki. sekarang giliran Ziah yang maju ke depan dia sebenarnya malu jika harus jadi pusat perhatian seperti ini apalagi berdiri di depan teman sekelas yang belum akrab dengannya.
"Assalamualaikum wr wb." ucap salam Ziah saat sudah di depan kelas.
"waalaikumsalam wr wb." jawab serempak seluruh teman sekelasnya termasuk pak Andreas sendiri.
"perkenalkan nama saya Hanna Fauziah, rumah saya di desa sumber sari. Saya anak ke dua dari empat bersaudara." ucap Ziah. Setelah memperkenalkan diri dia tersenyum ke arah Andreas yang menatap ke arahnya.
"cantik" hanya kata itu yang di ucapkan hati Andreas dia masih terpaku saat Ziah tersenyum ke arahnya. Dia tersadar saat Ziah sudah duduk kembali ke tempat duduknya.
Setelah acara perkenalan seluruh murid kelas selesai Mereka di minta untuk ke lapangan sepak bola, dan berkumpul di sana. Semua murid keluar kelas dan berjalan menuju lapangan sepak bola, letak kelas dan lapangan lumayan jauh sekitar 5 meter karena sekolah ini memang sangatlah luas.
Mereka akhirnya sampai di lapangan sepak bola, sambil menunggu pak Andreas masuk ke gudang yang di khususkan untuk menyimpan alat olah raga.
"Sebelum berolahraga kalian semua pemanasan dulu, kalian berlari keliling lapangan sepak bola untuk laki-laki berlari 7 putaran sementara untuk perempuan 5 putaran. Bapak akan mengawasi dari sini " jelas Andreas yang di angguki semua murid.
Ziah dan Mariam berlari bersama di barisan paling belakang. Namun saat putaran ke dua tiba-tiba ada salah satu temannya menghampiri mereka berdua.
"kalian dari mulai sekolah barengan terus, saya juga pengen ikutan." jelas nya lagi sambil tersenyum. Ziah dan Mariam mengangguk sambil tersenyum.
"kenalin aku Tia, kalian mah gak usah memperkenalkan diri saya udah tau nama kalian." jelas Tia teman mereka yang baru. Ziah dan Mariam harnya tersenyum saja. Akhirnya mereka berlari bersama sampai Lima putaran. Mereka langsung ke pinggir lapangan duduk di rerumputan sambil meluruskan kaki mereka.
Mariam sebenarnya sesekali memergoki pak Andreas yang sesekali melirik ke arah Ziah yang sedang mengipasi wajahnya menggunakan tangan. Namun sepertinya pak Andreas tidak menyadari kalo aksinya di lihat Mariam. Mariam ingin cerita kepada Ziah namun takutnya dia yg di kira salah lihat akhirnya Mariam pun acuh tak acuh.
Murid perempuan langsung bermain bola poli sementara laki-laki bermain sepak bola. Selah hampir satu jam setengah, pelajaran olahraga telah selesai. Mereka berjalan menuju kelas karena pelajaran Kedua akan segera di mulai.
Semenjak hari itu Andreas selalu mencari cara agar berinteraksi dengan Ziah di sela-sela pelajarannya. Dia sebenarnya masih ragu dengan perasaan nya. Karena bagi dirinya cinta pada pandangan pertama itu mustahil, tapi bagaimana ini dirinya seakan tertarik untuk mengenal Ziah lebih dalam lagi.
Kadang di waktu jam pelajaran olahraga selesai, Andreas selalu menyuruh Ziah dan Mariam mengambil kan atau mengembalikan alat olah raga yang sudah selesai di pakai. Seperti sekarang Andreas memanggil Ziah dan Mariam.
"Hanna dan Mariam ke sini dulu sebelum pemanasan dengan yang lain." pinta Andreas, Ziah dan Mariam mendekati gurunya itu.
"iya pak, kenapa?" tanya keduanya berbarengan. Andreas ketawa mendengar mereka bertanya kompak sekali.
"kalian ini mentang-mentang sahabatan nanya aja barengan" Andreas berkata sambil terkekeh.
"sekarang kita latihan basket, ambil bola basketnya di gudang ya. Setelah itu kalian ikut berlari keliling lapangan." jelasnya lagi. Ziah dan Mariam berjalan menuju gudang yang berdekatan antara lapangan basket dan lapangan bola.
Setelah mereka mengambil bola basket dan menyerahkannya kepada Andreas, Ziah akan beranjak menyusul teman-temannya untuk pemanasan namun panggilan dari pak Andreas membuatnya menoleh pada gurunya itu.
"Zi, nanti jam istrahat ke kantin bi Asih ya. Boleh sama Mariam juga."perintah Andre, Ziah mengkerut kan alisnya saat mendengar permintaan gurunya itu.
"Ada apa ya pak?" Tanya Ziah, pasalnya kalau gurunya ingin membahas pelajaran pasti akan menyuruhnya ke ruangannya.
"Nanti aja pas istrahat bapak jelasin." tegasnya, karena tidak mungkin dia menjelaskan masalahnya di sini.
Ziah hanya mengangguk meskipun penasaran dia tidak mau bertanya lebih, Ziah pun berlari ke lapangan sepak bola bergabung dengan teman yang lainnya. Mariam sebenarnya menaruh curiga terhadap gurunya itu namun dia juga tidak mau asal menuduh. Karena sampai saat ini gurunya seperti sedang mendekati Ziah meski masih seputar pelajaran tapi yang di libatkan selalu Ziah dan dirinya.
"Iam, nanti jam istrahat makan di kantin nya bi Asih ya. Ini pak Andreas ngajak ketemu di sana." jelas Ziah. Dia melirik ke arah sahabatnya yang malah tersenyum jahil .
"cie mau ngapain lagi tuh? Masa mau ngebahas pelajaran di kantin!" ejek Mariam pada sahabatnya. Mereka berlari di barisan paling belakang dan posisinya agak jauh dengan temannya karena Ziah takut ada yang mendengar perkataan mereka.
"ya mungkin biar enak ngejelasin nya, kan bisa sambil makan." ucap Ziah. Dia tidak mau berspekulasi terlalu jauh.
"Zi, kamu gak ngerasa apa? Coba lihat dari cara pak Andreas natap kamu ngobrol sama kamu, denan cara dia ke murid yang lain aja udah beda." jelas Mariam merasa gemas dengan temannya yang satu ini.
"lembut kayak bolu ya?ayo lari lagi, satu putaran beres."ajak Ziah sambil tertawa cekikikan meledek omongan sahabat nya. Mariam hanya menggeleng kan kepalanya melihat kelakuan temannya yang satu ini
Jam istirahat mereka berdua berjalan menuju kantin bi Asih. Mereka juga melihat teman-temannya yang berhamburan menuju kantin. saat berada di kantin Ziah dan Mariam memesan makanan pada bi Asih setelah itu mereka mencari tempat duduk yang kosong namun saat akan duduk bi Asih menghampiri mereka berdua.
"jangan di sini makannya, sana duduk di ruangan samping dapur. Pak Andreas udah nunggu." ujar bi Asih, dia berbicara sangat pelan seolah takut ada yang mendengarkan pembicaraan nya.
Ziah merasa heran namun dia segera bangkit takutnya jika berlama-lama waktu istirahat akan segera habis. Saat sampai di ruangan yang di katakan bi Asih Ziah melihat ada pak Andreas dan juga guru lainnya yaitu pak Gery guru kesenian di sekolahnya.
"udah pesan makanan? Ayo duduk gak usah sungkan" tanya Andreas pada mereka namun tatapannya malah fokus ke Ziah. Gery malah tersenyum meledek ke arah temannya itu. Pasalnya baru kali ini dia melihat Andreas berbicara lembut terhadap perempuan.
Ziah mengangguk lalu duduk berhadap-hadapan dengan guru mereka di ikuti Mariam, meski canggung tapi mau bagaimana guru mereka yang meminta.
Ruangan itu memang ada di samping dapur kantin namun ternyata tempatnya juga lumayan luas.
"Zi, bapak mau nanya. Tapi ini masalah pribadi. Bapak harap kamu enggak terganggu dengan pertanyaan bapak ini." pinta Andreas
Sementara Ziah dan Mariam saling pandang. Mariam sudah menebak arah pembicaraan ini, sementara Ziah diam menunggu apa yang akan di ucapkan guru nya itu.