NovelToon NovelToon
Jiwa Sang Pangeran Aerion

Jiwa Sang Pangeran Aerion

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4-Interaksi di Ruang Jubah

Minggu-minggu berikutnya adalah neraka dan surga bagi Lyra. Neraka, karena ia harus bekerja selama 18 jam sehari di bawah pengawasan Nyonya Cressida yang kejam. Surga, karena ia kembali ke dalam Istana.

​Berjalan di koridor belakang, melewati gudang linen dan ruang jahit, Lyra sering menutup mata untuk menghirup udara di sana. Aroma lilin lebah, kayu ek yang mahal, dan bau lavender yang dibakar oleh para pelayan... semuanya adalah melodi masa lalunya.

​Di balik dinding gorden dan pintu yang tersembunyi, Lyra, si penjahit, mendengar desas-desus.

​Pangeran Kael sedang mempertimbangkan untuk memindahkan Balai Sidang ke Wilayah Utara.

Pangeran Kael telah membubarkan dewan penasihat lama yang dipimpin oleh Duke Renald.

Pangeran Kael berencana menaikkan pajak garam.

​Semua keputusan ini... sangat berani. Sangat cerdas.

​"Dia bukan Valerius," bisik Arvenia yang skeptis. Valerius terlalu mudah terpengaruh, terlalu fokus pada kesenangan pribadi. Kael, sebaliknya, menunjukkan ketajaman strategis yang akan membuat Jenderal Verris bangga.

​Lalu, siapa Kael?

​Lyra tahu bahwa jubah Pangeran Kael sedang disulam untuk acara Perayaan Panen, di mana ia akan memberikan pidato penting. Ini adalah kesempatan emas.

​Setiap benang yang ditarik Lyra ke dalam kain beludru itu adalah sebuah investasi. Saat ia menyulam simbol kerajaan—Singa Emas—ia membayangkan Kael mengenakan jubah itu.

​Pada hari persiapan, Nyonya Cressida memerintahkan Lyra untuk membawa jubah itu ke Ruang Jubah di Sayap Timur—area yang lebih dekat dengan kamar pribadi Pangeran.

​Lyra menahan napas saat melintasi Sayap Timur. Ia mengingat setiap pilar, setiap mural. Dulu, ia berlari di koridor ini, menertawakan etiket. Kini, ia berjalan perlahan, seperti hantu yang kembali ke kuburnya.

​Saat ia mencapai Ruang Jubah, Lyra melihat bayangan di ujung koridor.

​Seorang pelayan yang tergesa-gesa menjatuhkan beberapa gulungan peta. Pelayan itu berlutut dengan panik.

​"Maafkan hamba, Yang Mulia!"

​Lyra membeku. Yang Mulia.

​Pangeran Kael berdiri di sana, mengenakan kemeja katun tipis, tanpa atribut kerajaan selain otoritasnya yang alami. Rambutnya basah, seolah ia baru selesai mandi.

​Lyra cepat-cepat menempel di dinding, menutupi wajahnya dengan gulungan jubah Pangeran. Ia hanya seorang penjahit, seorang pelayan. Ia harus tidak terlihat.

​Kael tidak memarahi pelayan itu. "Lain kali, perhatikan langkahmu," ucapnya dingin, namun ia membungkuk, membantu mengumpulkan peta-peta itu.

​Melihat Kael dari dekat dalam suasana santai ini, Lyra merasakan gelombang emosi yang kompleks. Ia melihat keanggunan, kekuatan, tetapi juga kesepian yang tersembunyi di bawah mata emas gelap itu.

​Dia tidak terlihat seperti pembunuh.

​Saat Kael berdiri, pandangannya menyapu Lyra yang berdiri di samping pintu. Lagi-lagi, tatapan itu berhenti.

Kael mengerutkan kening.

Lyra menundukkan kepala, tetapi jantungnya berdetak begitu kencang, ia takut Pangeran Kael akan mendengarnya.

​"Kau," kata Kael, suaranya tajam. "Penjahit."

​Lyra harus menyembunyikan getaran di suaranya. "Hamba, Yang Mulia. Membawa jubah untuk Perayaan Panen."

​Kael berjalan mendekat. Pelayan yang menjatuhkan peta tadi sudah melarikan diri, meninggalkan mereka berdua.

​"Kau memiliki mata yang tidak biasa," kata Kael, mengulang pengamatannya yang pertama. "Kau terlihat familiar. Di mana aku pernah melihatmu?"

​Lyra tahu Kael tidak boleh tahu. Bukan sekarang. "Hamba hanyalah pelayan pasar dari Distrik Bawah, Yang Mulia. Wajah kami mudah dilupakan."

​Kael tertawa pelan. Tawanya membuat seluruh bulu kuduk Lyra berdiri. Itu bukan tawa Valerius yang manis. Itu adalah tawa yang lebih dalam, lebih sinis.

​"Tidak, wajahmu tidak mudah dilupakan," Kael mengangkat dagu Lyra dengan jari telunjuknya. Sentuhan yang tidak pantas, namun penuh keakraban yang membuat Arvenia di dalam dirinya menjerit.

​Chemistry yang Kuat: Sentuhan itu memicu déjà vu yang intens. Lyra ingat tangan Valerius yang membelai pipinya sebelum menusuknya. Marah dan takut menyatu menjadi sensasi aneh yang hampir seperti tarikan.

​"Kau penjahit yang mengerjakan sulaman Singa Emas?" Kael mengalihkan topik, tetapi matanya masih mencari sesuatu di wajah Lyra.

​"Benar, Yang Mulia," Lyra membalas, suaranya terdengar lebih percaya diri dari yang ia rasakan.

​"Sulamanmu sempurna. Tidak ada cacat. Aku menyukainya." Kael berhenti. "Itu mengingatkanku pada sesuatu."

​"Apa, Yang Mulia?" Lyra memberanikan diri.

​Kael melepaskan dagu Lyra, lalu mengambil jubah itu dari pelukannya. Ia memeriksanya, tangannya tanpa sengaja menyentuh tangan Lyra di sepanjang kain.

​"Itu mengingatkanku pada masa lalu yang sangat jauh," kata Kael, matanya terlihat seperti sedang melihat menembus Lyra. "Sebuah pengkhianatan yang harus dibayar mahal."

​Lyra hampir tersedak. Kael tahu tentang pengkhianatan Arvenia. Apakah dia merujuk pada itu? Atau apakah dia merujuk pada pengkhianatan Valerius terhadapnya?

​Lyra memutuskan untuk menguji batasnya. Ia menggunakan bahasa kuno, yang hanya diajarkan kepada anggota keluarga kerajaan Eteria, yang tidak seharusnya dipahami oleh siapa pun, bahkan Kael.

​“Maka, apakah harga sudah dibayar, Yang Mulia?” Lyra bertanya, menggunakan dialek kerajaan kuno.

​Lyra bersiap untuk melihat ekspresi bingung. Kael seharusnya hanya mendengar ocehan yang tidak ia mengerti.

​Namun, Kael menegang. Matanya yang emas gelap melebar sedikit, sedikit terkejut, namun segera ditutup kembali.

​"Hah," Kael tersenyum, senyum yang bukan lagi sinis, tetapi dingin dan mengancam.

​Ia menjawab—menggunakan dialek kuno yang sama.

​“Harga selalu dibayar dengan darah, Lyra. Apakah kau tidak tahu itu?”

​Lyra terhuyung mundur. Lyra tidak bisa bernapas. Ia tidak salah dengar. Kael berbicara dalam bahasa yang sama dengan Putri Arvenia. Bahasa yang bahkan Valerius tidak kuasai.

​Ini mengubah segalanya. Kael bukan hanya reinkarnasi Valerius, atau pewaris yang kebetulan. Dia adalah entitas yang tahu lebih banyak tentang masa lalu daripada yang seharusnya.

​"Siapa kau sebenarnya?" pertanyaan itu meluncur dari Lyra, kini bukan lagi sebagai Lyra yang rendah hati, tetapi sebagai Putri Arvenia yang menuntut kebenaran.

​Kael meletakkan jubah itu kembali ke tangan Lyra, dan mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga Lyra bisa merasakan napasnya yang hangat.

​"Aku adalah Pangeran Kael," bisiknya, suaranya terdengar seperti janji dan ancaman yang bercampur. "Aku adalah penguasa Eteria. Dan kau... kau hanyalah seorang penjahit yang membawa badai di matanya."

​Ia tersenyum terakhir, tatapan itu mengunci Lyra pada tempatnya, seperti di hari pertama mereka bertemu.

​"Pergi, Lyra. Dan jangan pernah lagi berbicara dalam bahasa yang tidak pantas untuk statusmu."

​Lyra tidak menunggu lagi. Ia membalikkan badan dan lari, meninggalkan Sayap Timur, memeluk jubah itu erat-erat. Ia tidak lagi peduli tentang penampilan.

​Di balik Ruang Jubah, Pangeran Kael bersandar di dinding, matanya terpejam.

​"Arvenia," bisiknya pelan, dalam bahasa kuno. Ia merogoh kantongnya, menarik keluar sehelai sapu tangan yang usang. Sapu tangan yang sama persis dengan yang dilihat Lyra di lacinya. "Kau kembali."

1
Andira Rahmawati
aku kok aga bingung ya sama jln ceritanya...masih blm nyimak..
putri lindung bulan: iya maaf akan aku revisi lagi,karena masih pemula
total 1 replies
putri lindung bulan
Ketika hati hancur, dunia terasa runtuh. Namun, dari luka yang paling dalam, justru lahir kekuatan yang tak pernah kita sadari.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.

Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.


Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.

“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.

Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Terima kasih untuk cerita yang luar biasa, tolong jangan berhenti!
putri lindung bulan: salam kenal
total 2 replies
putri lindung bulan
yang sudah baca,terimakasih ya.yuk berteman dengan ku💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!