Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan hidup
Tak ingin terlibat masalah Aldi langsung saja nyelonong pergi ke kelasnya dan mengabaikan sosok menyeramkan itu. Aldi memilih jalur lain untuk ke kelasnya demi menghindari interaksi karena khawatir sosok tersebut akan menyadari bahwa ia dapat melihat makhluk tak kasat mata.
Di dalam kelas pikirannya berkecamuk dalam menyimpulkan apa yang baru saja ia lihat, pasalnya sosok tersebut benar-benar dilihat Aldi dengan jelas. Apa yang ia lihat tadi sama persis seperti insiden di kamarnya.
Ibu Guru tiba-tiba masuk ke kelas membuyarkan lamunannya, Aldi sedikit bersyukur karena keanehan yang terjadi pada dirinya kini sedikit teralihkan karena pelajaran akan segera dimulai. Hari ini tepat mata pelajaran bahasa Indonesia yang dijelaskan oleh bu Ratih. Ibu Ratih merupakan sosok guru yang dikenal sangat baik dan sabar sehingga semua murid sangat menghormati beliau. Metode mengajar yang santai dan kalem membuat para siswa jauh lebih fokus untuk mendengarkan termasuk Aldi. Namun kini kondisinya sedikit tidak berpihak kepadanya, kantung kemihnya kini memberontak seakan memaksa menyuruhnya keluar kelas menyelesaikan hajatnya dengan segera.
“Ham, temenin toilet yuk” Pinta Aldi kepada Ilham teman sebangkunya dengan sedikit berbisik
“Moh ah sendiri aja sana, aku lagi fokus dengerin bu Ratih” Jawab Ilham
“Halah bicit, kamu aja fokus liatin bu Ratih, ndak dengerin penjelasannya” Timpal Aldi sedikit kesal
Bu Ratih merupakan salah satu guru primadona bagi para murid laki-laki karena karakternya yang ramah sekaligus sabar, Bu Ratih juga masih muda dan parasnya sangat cantik. Aldi segera meminta izin ke bu Ratih untuk pergi ke toilet sebentar. Setelah mendapat izin Aldi langsung berlari menuju ke toilet laki-laki yang lokasinya berada di paling ujung di samping gudang penyimpanan barang.
Dengan segera Aldi masuk lalu menyelesaikan hajatnya yang sempat tertunda,
“Aaaahhhh lega”
Entah kenapa suasana kamar mandi yang akrab dengannya kini sedikit berubah. Bau pesing yang kerap menghujam hidungnya kini sedikit berkurang, namun aroma pesing ini bercampur dengan aroma sampah yang sangat kuat. Perasaannya kini mulai campur aduk, tiupan lembut ke tengkuknya membuatnya meremang seketika.
Aroma kamar mandi seperti campuran sampah rumah tangga yang didiamkan berhari-hari sehingga memunculkan belatung yang menjijikkan, sekuat tenaga ia menyelesaikan hajatnya sambil menahan napasnya karena aroma sampah yang semakin menguat. Setelah puas ia berbalik badan untuk segera keluar dari kamar mandi karena sangat tidak nyaman.
Sesosok pocong dengan wajah yang rusak parah menyisakan sebagian bawah wajahnya yang memperlihatkan sisa kulit mengelupas serta luka terbuka yang dihinggapi belatung, bagian matanya hancur parah dengan bola mata yang menjulur keluar kini berdiri tepat didepan Aldi dengan jarak hanya beberapa sentimeter saja, bisa dibayangkan baunya sekuat apa. Aldi kaget bukan kepalang, pasalnya wajah pocong tersebut sangatlah dekat kalau saja Aldi maju satu langkah saja bisa-bisa ia mencium wajah menjijikkan tersebut.
“AAAAAASUUU”
Untung refleknya kini berbeda seperti sebelumnya yang mematung tak mampu bergerak, dengan tidak sengaja Aldi sekonyong-konyongnya melayangkan bogem mentah ke wajah pocong menjijikkan itu, sontak sosok tersebut terpental ke arah tembok dibarengi oleh suara khas kepala yang terbentur ke tembok dengan sangat keras.
“Jedug”
Pocong tersebut terlihat tak berdaya setelah menerima kejutan yang Aldi berikan, sosok itu tersungkur ke bawah dan perlahan tubuhnya menguap sampai hilang tak bersisa. Segera Aldi berlari kembali ke kelas.
“Kamu kenapa Al?” Tanya bu Ratih Sesampainya Aldi di kelas
“Oh ndakpapa bu”
Satu kelas tertawa berbahak-bahak sekembalinya ia dari kamar mandi.
“Al resletingmu tutupen!” Teriak Ilham dari bangku belakang
“Asuuu” Dalam batinnya
Aldi sedikit berlari ke bangkunya sambil menutup resletingnya yang tadinya terbuka.
Ia segera duduk ke tempatnya menghilangkan rasa malu yang tak tertahan, merenungi segala perangai yang terjadi mulai tadi pagi, kini raganya berada di dalam kelas tapi pikirannya melambung jauh. Tak dapat dipungkiri kini indranya menjadi lebih sensitif dari kebanyakan orang, jalan seperti inilah yang sepertinya akan ia lalui.
Jalan penuh terjal, penuh resiko dan dekat dengan kematian mungkin sudah menjadi takdirnya. Menghadapi makhluk tak kasat mata sebenarnya tak begitu membuatnya takut karena ia sudah akrab dengan hal mistis sejak kecil. Akan tetapi menghadapi hal mistis sedekat ini dengan intensitas yang sering baru kali ini ia rasakan, tentunya serangkaian peristiwa yang ia alami tak akan berhenti begitu saja melainkan akan terus seperti ini.
Bahkan sepanjang hidupnya kedepan Aldi akan selalu berurusan dengan hal mistis. Instingnya juga semakin tajam seperti katana yang selalu diasah oleh seorang samurai namun siap digunakan kapan saja sesuai dengan situasi dan kondisi.
Namun ia dapat melihat hal positif dari segala perangai ini, karena di masa lalu bapaknya seringkali menghadapi santet dengan segala macam jenis yang menyerangnya. Aldi sendiri pernah merasakan betapa mencekamnya saat keluarganya diserang oleh santet kiriman seseorang, meskipun pada saat itu ia tak dapat melihat wujudnya namun kepekaannya terhadap hal mistis membuatnya dapat sedikit merasakan kehadiran dari makhluk-makhluk alusan tersebut. Selain itu, gangguan-gangguan berupa suara saat bapaknya menghadapi santet yang mencoba menerobos pagar ghaib yang diciptakan bapaknya juga kerap kali ia dengar.
Sejak kecil Aldi sudah dibiasakan melihat bapaknya melakukan tirakat ala kejawen setiap malam. Benturan residual energi yang terjadi di sekitar rumahnya kerap ia rasakan, baik dari perubahan suhu panas ke dingin ekstrim maupun sebaliknya, suasana mencekam yang tiba-tiba mendera dan gangguan segala macam bentuk semuanya sudah ia rasakan sejak kecil. Dengan pengalaman sebanyak itu kini Aldi yakin dapat menemukan sosok pembunuh bapaknya suatu saat nanti, karena saat ini ia baru mendapatkan kekuatan sehingga terlalu dini untuk mencari pembunuh bapaknya.
Saking banyaknya hal di luar nalar yang ia hadapi, tak sadar kini telah terpasang gelang logam dengan batu permata berwarna hitam melingkar di tangannya. Gelang tersebut sebenarnya lebih cocok disebut liontin jika dilihat dari tubuh gelangnya yang terbuat dari logam yang membentuk seperti rantai, akan tetapi ia tak paham mengapa gelang tersebut sangat pas di pergelangan tangan kirinya.
Ia tau bahwa tidak ada yang pernah memberinya gelang karena pada dasarnya Aldi tak pernah terpikirkan untuk menggunakan aksesoris. Selain itu dia juga jomblo yang grogi untuk mendekati wanita. Aldi menganggap batu permata hitam sebagai perwujudan serigala yang ia temui sebelumnya, dan mungkin bisa berguna suatu saat nanti sehingga ia membiarkan gelang tersebut bertengger serta hitung-hitung sebagai aksesoris bagi dirinya.
Sepulang sekolah tak banyak hal yang Aldi lakukan selain bekerja di tempat Fikri, malamnya ia langsung beristirahat. Gangguan yang ia alami kian mereda, meskipun dalam beberapa hari setelah kejadian ia tetap melihat beberapa sosok di sekolahnya, namun kini Aldi mulai beradaptasi sehingga ia dapat memberikan reaksi biasa saja dan bahkan cenderung acuh tak acuh terhadap makhluk-makhluk astral tersebut.
Beberapa hari berlalu tanpa gangguan ghaib yang berarti, kali ini Aldi berada di kantin bersama Dimas sahabatnya sejak SMP, mereka membahas banyak hal seperti masa depan. Mulai dari Aldi yang bercerita akan melanjutkan kuliah sedangkan Dimas akan mendaftar ke semacam sekolah penerbangan yang nantinya akan bekerja sebagai staff bandara. Pembahasan mereka mengalir panjang hingga membahas isu yang sedang hangat di sekolahnya.
“Kowe tau berita hangat terbaru?” Tanya Dimas
“Ohh bu Ratih mau nikah ya, iyasih aku juga sedih” Balas Aldi memasang wajah sedih
“BUKAN ITU GOBLOOO” Tukas Dimas sambil melempar botong kosong ke wajah Aldi
Dimas mendengar isu bahwa kelas baru akan dibangun di tanah yang sekarang berdiri sebuah gudang. Rencananya gudang akan dipindahkan ke titik lokasi lain di sekolahnya. Hal ini dikarenakan kekurangan bangunan kelas yang tersedia di sekolah sehingga beberapa kelas harus belajar di laboratorium kimia dan fisika yang akibatnya menghambat para siswa untuk melakukan praktikum.
Malam ini Aldi mencoba memberanikan diri untuk berinteraksi dengan sosok kemarin yang menampakkan diri di dalam kamarnya. Sebenarnya ia hanya iseng untuk membuktikan kemampuannya sekaligus menguji nyalinya sendiri. Tepat jam 10 malam ia duduk bersila dalam kamarnya ditemani kopi dan rokok. Berhubung besok libur sekolah Aldi memiliki banyak waktu untuk begadang mencoba peruntungannya. Dua jam lamanya ia duduk namun tak ada tanda-tanda seperti yang kemarin ia rasakan.
Sebenarnya ia tidak yakin dengan metode yang digunakan, pasalnya ia belum pernah sekalipun melakukan pemanggilan makhluk astral. Meskipun begitu, sekalipun ia gagal setidaknya ia telah berusaha, Aldi melanjutkan lamunannya dengan tujuan lain seperti memikirkan jurusan yang nantinya akan ia pilih saat kuliah nanti.
“Tok tok tok..”
Suara ketukan pintu terdengar jelas di telinganya, kini waktu menunjukkan jam 1 malam. Aldi belum berdiri dan hanya menganggap suara itu hanya halusinasinya. Semakin ia mengabaikan malah suara ketukan tersebut semakin intens hingga pada akhirnya diakhir suara dentuman keras seperti batu yang dilemparkan mengenai pintu rumahnya. Aldi yang terganggu mencoba membuka pintu menghadapi siapapun yang iseng tengah malam. Saat ia membuka pintu depan rumahnya sontak dirinya kaget bukan main, Sosok hitam dengan mata merah yang besar kini berada di depannya dengan jarak kurang lebih 10 meter. Makhluk yang lebih cocok disebut genderuwo itu berdiri lebih tinggi di samping pohon asam jawa di halaman rumah Aldi.
Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁