Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXXV: Rencana Pertaruhan Ganda
Perahu motor itu berlabuh di sebuah teluk tersembunyi. Sasmita memberi tahu bahwa mereka akan bersembunyi di sini selama dua hari, menunggu informasi tentang pergerakan Danu dan Ayah Kandung Luna dan Kyra.
Di atas perahu yang bergoyang pelan, di bawah terik matahari, Arion, Kyra, dan Luna duduk di atas dek, menjalankan Rencana Pertaruhan Ganda.
"Luna, kau adalah Kekuatan," Arion memulai, suaranya tenang dan otoritatif. "Emosimu tidak terkendali, tapi aku telah melihat batasnya. Kau tidak akan menyakiti Kyra secara fatal, dan kau tidak akan menghancurkan sesuatu yang berharga bagimu—termasuk diriku."
Luna, yang kini sudah tenang, menatap Arion dengan mata yang kembali memancarkan keindahan, tetapi kini tanpa Filter Emosi. "Aku hanya butuh Bukti bahwa kau milikku, Jangkar."
Arion mengabaikan tuntutan emosional itu. "Kyra, kau adalah Pengawas. Kau tahu cara memanipulasi Luna, dan kau tahu cara kerja Ikatan Mata. Kau harus melindungi Luna, bukan untukku, tetapi karena Luna adalah satu-satunya yang bisa melindungi kita dari Danu."
Kyra menatap Luna, cemburunya masih membara, tetapi logika Pengawas-nya menang. "Apa rencana kita?"
"Danu dan Penguasa akan mencari flash drive Bukti. Mereka tahu Bukti itu bisa menghancurkan jaringan mereka," jelas Arion, menunjuk pada peta di laptopnya. "Danu kemungkinan besar akan melacak kita melalui jalur laut, karena ia tahu kita melarikan diri menggunakan perahu."
Arion mengeluarkan flash drive Bukti dan menyerahkannya kepada Luna.
"Luna, kau akan menjadi Pembawa Bukti. Kau harus menyembunyikan flash drive ini di tempat yang tidak akan pernah terpikirkan oleh Ikatan Mata," kata Arion.
Luna tersenyum dingin. "Di mana?"
"Di dalam dirimu," Arion membalas. "Gunakan kekuatanmu. Buktikan pada dirimu sendiri bahwa kau adalah benteng yang tidak dapat ditembus. Dan jika Danu mencoba mengambilnya, hancurkan dia."
Luna mengangguk, matanya bersinar. Tugas itu memberinya validasi dan tujuan baru, memfokuskan kekuatan yang liar itu.
"Aku butuh waktu sebentar," kata Luna. Ia berjalan ke belakang perahu, mengambil flash drive itu, dan menutupinya dengan telapak tangannya.
Kyra menatap Arion dengan ngeri. "Kau memberinya senjata terpenting kita, dan kau membiarkannya pergi sendirian!"
"Itu pertaruhan ganda," jawab Arion, nadanya tenang. "Jika Danu mencarinya, dia akan menemukan Luna yang bersenjata emosi liar. Dan Danu tidak akan menyangka Luna mau berkorban. Dia mengira Luna hanya mencari Jangkar."
Arion kemudian menatap Kyra, meraih tangannya yang bercincin 'K'.
"Kyra, peranmu sekarang adalah Umpan dan Penyusun Logistik. Kau harus menggunakan kecemburuanmu padaku sebagai umpan untuk menarik perhatian Danu dan membawanya ke tempat yang kita tentukan."
"Maksudmu... kau ingin aku merayunya?" tanya Kyra, wajahnya pucat.
"Tidak. Aku ingin kau membuatnya percaya bahwa kau adalah Pengawas yang paling kuat. Bahwa kau sudah muak dengan Luna yang liar, dan kau ingin menggantikan posisi Luna sebagai Pengantin Ikatan Danu," Arion menjelaskan. "Kau harus membuatnya percaya bahwa kau memiliki flash drive Bukti dan kau bersedia menukarnya dengan kekuasaan di dalam Ikatan Mata. Dia akan mempercayaimu, karena dia tahu betapa kau cemburu pada Luna."
Rasa jijik memenuhi wajah Kyra, tetapi ia mengerti strateginya. "Dan setelah itu?"
"Aku akan menyiapkan tempat pertemuan, menggunakan keahlianku sebagai arsitek," Arion tersenyum dingin. "Kita akan menemuinya di Jakarta. Di Sangkar Lama kita. Danu tidak akan menyangka kita kembali ke sana."
Sasmita, yang mendengarkan, mengangguk. "Rencana yang bagus, Arion. Tapi jangan lupa, Danu adalah manipulator yang jauh lebih tua. Kyra harus sangat meyakinkan."
"Aku akan meyakinkannya, Bibi," jawab Kyra, cincin 'K' di jarinya bergetar. "Aku akan menjadi Pengawas yang paling kejam."
Luna kembali. Ia tersenyum pada Arion. "Aku sudah menyembunyikannya, Jangkar. Hanya aku yang tahu di mana. Dan jika Danu mencarinya... dia akan hancur."
Arion mengangguk, lega. "Bagus, Luna. Sekarang, kita istirahat. Kita akan kembali ke Jakarta besok pagi. Dan kita akan memulai pertarungan terakhir."
Malam itu, Arion duduk di samping Luna dan Kyra. Kyra memegang tangannya dengan posesif. Luna duduk di sisi lain, memeluk lengan Arion erat-erat, menuntut keintiman.
Arion, sang Jangkar, kini tidak lagi terperangkap di antara dua musuh. Ia adalah komandan mereka.
Ia tahu, jika rencana ini gagal, ia tidak hanya akan kehilangan hidupnya, tetapi juga akan menyerahkan dua jiwa cantik ini ke tangan organisasi gelap, yang akan mereka hancurkan dari dalam.