NovelToon NovelToon
Menikahi Adik Sang Mafia

Menikahi Adik Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.

Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.

Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?

ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?

Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Ivy Menghilang

Perdebatan itu membuat Ivy sangat canggung pada Lukas. Mereka berdua langsung pulang ke rumah. Ivy mengurung dirinya dalam kamar, bermain bersama Aiden. Dia tidak ingin bertemu Lukas. Pintu kamarnya ditutup. Hanya Maya yang bisa keluar masuk.

Sementara Lukas di kamar sementara merebahkan tubuhnya di tempat tidur empuknya.

Dia cemburu. Ivy cemburu padaku.(Lukas).

Lukas tak berhenti tersenyum. Dia mengambil hp nya dan menekan PIN. Muncullah wajah Ivy yang sedang tersenyum. Lukas membelai layar hp nya seperti membelai pipi Ivy dalam foto. Tiba-tiba dia teringat, dan menekan nomor kontak untuk membuat panggilan,

"Halo, Tuan," suara dari seberang.

"Damon, saran mu berhasil," suara Lukas terdengar bahagia.

"Saran yang mana Tuan?,"

"Aku dicemburui. Kamu dapat bonus besar bulan ini," Lukas menutup panggilannya. Di seberang, Damon bertanya-tanya apa yang terjadi? Saran apa? Masalah apa? Dan masih banyak pertanyaan di pikiran Damon. Tuannya memang sering absurd dan seenaknya.

**

"Kita akan mulai satu per satu, Ben,"

Tuan Fernando berbicara sambil menghisap cerutu nya.

"Aku sudah mengatur semua, ayah. Lukas adalah yang paling terakhir yang akan menerima ganjaran nya," ujar Benjamin.

"Untuk Lukas Vergara, aku yang akan turun langsung menghabisinya. Aku ingin mereplika luka-luka Armando yang sudah dibuat kakaknya ke tubuh Lukas. Bahkan lebih. Aku akan buat dia sangat menderita," asap cerutu mengepul. Tuan Fernando berbicara tanpa berkedip.

**

"Kamu tetap menggunakan pengawalan Sofia," ujar Nyonya Christina.

"Akkhh, itu kan acara jurusan Ibu. Lucu kan aku satu-satunya yang berkemah di kelilingi pengawal. Sekali ini saja, Ibu," Sofia merengek.

"Tapi kakak mu tidak akan mengizinkannya,"

"Ibu jangan bilang kak Lukas. Ibu nanti bilang kalau acaranya sudah selesai dan aku sudah pulang,"

"Tapi Gunung Purro itu jauh, Sofia,"

"Kami naik bis ke sana Ibu. Bukan jalan kaki,"

"Apa enaknya naik bis. Berdesakkan, panas-panas. Kalau kamu di antar supir kamu tinggal duduk diam di dalam mobil. Tiba di sana ada pengawal yang akan pasang tendamu,"

Sofia merengut,

"Kalau hanya begitu mending aku camping di halaman belakang saja, Ibu. Acara ini untuk kebersamaan. Bukan konferensi negara PBB yang harus dikawal ketat,"

Setelah membujuk berulang kali akhirnya Nyonya Christina dengan berat hati mengizinkan Sofia ikut camping.

**

Lukas menuju meja makan dengan wajah cerah. Jasnya masih diletakan di lengan. Belum dikenakan.

"Selamat pagi Tuan," sapa Tala sambil menuang minuman hangat ke cangkir.

"Pagi. Ivy sudah bangun?,"

"Sudah, Tuan. Seperti biasa Nyonya bangun pagi-pagi memasak untuk Tuan Kecil. Tapi tadi Nyonya sudah lebih dulu ke kantor katanya Nyonya ingin pergi sendiri,"

Lukas menatap Tala.

"Pergi sendiri? Naik apa dia?,"

"Kalau tidak salah, tadi Nyonya memesan mobil taksi online,"

"Taksi online??,"

"Iya, Tuan,"

Gerakan Lukas begitu cepat langsung beralih menuju ke garasi.

"Tuan, sarapannya?," Tala ingin mengejar Tuannya tapi langkah Tuannya lebih cepat. Di detik itu juga Tala mendengar suara mesin mobil dihidupkan.

**

Lukas masuk lobi dengan wajah suram. Tak ada yang berani mendekat. Bahkan sapaan hormat dari karyawannya tak satupun di gubrisnya.

Lukas menuju lift khususnya.

Keluar Lift, Lukas langsung menuju ruangan Ivy. Begitu pintu dibuka, dia tidak mendapati Ivy di sana.

"Noraaa!!," teriak Lukas.

Nora yang baru saja tiba dan berada tak jauh dari ruangan Ivy mendengar suara Lukas yang menggelegar segera bangkit dan mendekati Lukas.

"Iya Tuan,"

"Apa istriku tadi datang ke sini?," suara Lukas masih menggelegar.

"Nyonya belum datang, Tuan. Saya pikir dengan Tuan seperti biasa,"

Mendengar itu Lukas tak menjawab. Dia langsung kembali ke lift sambil menekan tombol hp nya.

"Halo, kerahkan orang mencari Ivy. Ivy menghilang,"

Wajah Lukas seperti ingin menelan hidup-hidup orang di hadapannya. Dia menuju mobilnya, menghidupkannya, dan membelah jalan raya sepanjang distrik mencari Ivy.

Damon pun mengerahkan beberapa orang mencari Ivy.

"Halo, bagaimana Damon?,"

"Tuan, taksi online yang membawa Nyonya sudah ditemukan. Nyonya ke arah pemakaman,"

"Pemakaman? Kerahkan orang ke pemakaman sekarang,"

Lukas memutar balik mobilnya menuju pemakaman. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Tak berapa lama, Lukas sudah memasuki area pemakaman.

Lukas memarkirkan mobilnya. Saat dia keluar dari mobil, mobil Damon dan dua mobil lainnya tiba.

"Nyonya sepertinya ziarah ke makam Tuan Rafael, Tuan," ujar Damon sambil berjalan mendekati Lukas.

Lukas menganggukan kepala.

"Kalian tunggu dan berjaga di sini," Damon memberi perintah kepada pengawal.

Lukas berjalan ke arah makam Rafael diikuti Damon.

Dan benar saja. Ivy ada di sana. Duduk termenung menatap batu nisan Rafael. Dia memegang setangkai bunga yang sepertinya di petik di sekitaran pemakaman.

"Tuan, kendalikan dirimu," saran Damon sebelum Lukas mendekati Ivy.

"Aku tahu," Lukas merapikan kemejanya yang sudah agak berantakan.

Lukas menghela napas dan mulai berjalan. Sementara Damon memantau dari jauh sambil waspada jangan sampai ada marabahaya menghampiri tuan dan nyonya nya.

Lukas semakin dekat dengan Ivy. Jantungnya berdegup makin kencang. Kini dia tiba di belakang Ivy. Perlahan dia menundukkan badannya dan menyentuh pundak Ivy. Ivy terkejut dan refleks menutup mulutnya dengan tangan sambil menggeserkan tubuhnya, menghindar.

"Ini aku," ujar Lukas.

Lukas berjongkok di hadapan Ivy.

"Aku minta maaf. Mari kita pulang," Lukas mengulurkan tangannya.

Ivy menggelengkan kepala. Dia ternyata sedang menangis. Hati Lukas terasa perih melihat air mata Ivy yang menetes.

Lukas mencoba menarik tangan Ivy tapi Ivy menepisnya sambil menggeser tubuhnya. Lukas mencoba menarik Ivy lagi tapi Ivy merontah. Lukas menarik dengan keras sekali lagi dan membawa Ivy ke pelukannya. Dalam pelukan Lukas, tangisan Ivy pecah. Ivy menangis sejadi-jadinya. Lukas tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengelus kepala Ivy yang terbenam di dadanya.

Damon yang melihat dari kejauhan tersenyum kecil.

Ivy menumpahkan emosinya melalui air matanya. Dia menangis cukup lama hingga kemeja Lukas basah dengan air mata Ivy. Hingga Ivy sesenggukan dan suaranya mulai terdengar mengecil.

"Ivy, ayo kita pulang," ujar Lukas lembut.

Tak ada jawaban, tak ada tangisan lagi. Lukas mendorong wajah Ivy agar bisa melihat apa yang terjadi, tapi tubuh Ivy terkulai lemas. Ivy pingsan.

"Ivy," Lukas menggoncangkan lengan Ivy. Karena tak ada jawaban, Lukas segera menggendong Ivy dan berjalan ke arah Damon.

"Madame kenapa, Tuan?,"

"Pingsan. Telpon Ethan suruh ke rumah sekarang,"

Lukas meletakan Ivy di kursi depan dengan perlahan, menopang tubuh Ivy sambil mengenakan seat belt. Lukas berlari ke pintu sebelah dan masuk ke mobil. Dia segera menjalankan mobilnya diikuti oleh Damon dan para pengawal.

Wajah Lukas panik. Dia teringat peringatan Ethan pada waktu lalu bahwa Ivy menderita jantung lemah dan darah rendah. Dia tidak boleh syok atau emosi berlebihan. Lukas sangat merasa bersalah.

Lukas menginjak gas dan mobil melaju sangat cepat membuat tubuh Ivy oleng. Sebelah tangan Lukas menopang tubuh Ivy agar tidak terjatuh. Dan sebelah tangannya mengemudi.

Ban mobil berdecit begitu tiba di depan rumah. Ethan juga baru tiba di sana. Lukas keluar dari mobil dan berlari kecil pindah ke sebelah membuka pintu Ivy, membuka seat belt lalu perlahan menggendong Ivy untuk masuk ke rumah.

"Lukas, apa yang kamu lakukan padanya?," Lukas tidak menjawab berjalan terus masuk ke rumah, menaiki tangga, masuk ke kamarnya, dan meletakkan Ivy di tempat tidurnya.

Ethan mengikuti Lukas dari belakang.

Dia menatap Ivy yang sedang pingsan.

"Lukas, bukankah dia istri mendiang Rafael? Kata Damon yang sakit istrimu," ujar Ethan bingung.

"Yang ada di depanmu itu istriku. Periksalah dan tidak usah banyak tanya,"

Melihat wajah Lukas yang serius, Ethan tidak bertanya lagi. Dia memakai stateskop nya dan mulai melakukan pemeriksaan.

"Tunggu," Lukas menyela saat Ethan hendak membuka kancing baju Ivy, "Kenapa harus membukanya. Apa ilmu mu tidak bisa membuatmu tahu cara memeriksa pasien tanpa membuka bajunya?,"

Ethan mendengus.

"Kalau begitu kamu saja yang periksa, Lukas,"

Lukas tak bergeming. Ethan melanjutkan pemeriksaan.

**

Lukas duduk di hadapan Ivy yang bersandar di dipan tempat tidur. Wajahnya masih pucat tapi dia masih belum banyak bicara.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu emosi,"

Wajah Ivy kembali murung. Matanya mulai berkaca-kaca. Lukas segera memeluknya,

"Tolong jangan menangis lagi. Aku takut kamu pingsan lagi,"

Tangisan Ivy pecah lagi.

Benar-benar wanita yang rapuh. (Lukas).

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!