reeva dipaksa menikahi seorang pria dewasa penerus grup naratama, kehidupan reeva berubah 180°, entah kehidupan bagaimana yang akan reeva jalani.
dukung karya saya yah 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
empat
"birru meminta pernikahan itu dipercepat, dan tak masalah katanya pernikahan itu dilaksanakan di sini"ujar pak danu malam itu, disaat mereka sedang kumpul di ruang makan. "kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran?" tanya bu nila mengerutkan keningnya heran, "lagian besok reeva masih ujian mas"
"aku nggak tahu dek, tadi dia meneleponku, meminta kalau bisa hari minggu besok akad nikah sudah bisa dilaksanakan, aku sudah jelaskan kalau reeva sabtu masih ujian dan dia tidak mau tahu" jawab pak danu mengedikkan bahunya. "dasar laki-laki gila" umpat bu nila kesal "bagaimana aku bisa menyiapkan pernikahan hanya dalam waktu 2 hari" gerutunya masih dengan ekspresi kesal, "orang kaya memang tidak punya hati, tapi pria 1 ini luar biasa tak tahu dirinya" lagi-lagi umpatan bu nila terdengar, raut wajahnya terlihat sangat kesal. Reeva hanya diam mengamati kedua orangtuanya yang terlihat bingung, ia tidak ingin berkomentar apapun. Reeva memutuskan untuk tetap melanjutkan membaca buku pelajaran yang sedang dipegangnya, namun hatinya juga sedikit kesal. Birru, sosok pria yang akan menikahinya itu, memenuhi benaknya saat ini. Sebulan sejak lamaran yang pria itu kirimkan lewat surat, sekalipun mereka belum pernah bertemu. Sepertinya pria itu membutuhkan pernikahan ini hanya untuk sebuah kepentingan saja, tapi paling tidak seharusnya birru datang sekali saja melihat calon mempelainya. Jangankan untuk menikahi seseorang, untuk membeli sesuatu saja butuh pengamatan dan pertimbangan. Namun pria sombong itu hanya memutuskan segala sesuatu sesuka hatinya saja.
Minggu pagi kesibukan di rumah reeva terasa sedikit berbeda. Beberapa tetangga datang membantu untuk memasak di dapur, sementara reeva masih berada di kamarnya, ditemani rania kakaknya yang mengamati reeva yang sedang di make-up oleh seorang MUA. Wajah reeva yang mungil dan seumur hidupnya belum pernah di rias, pagi ini ia terlihat cantik, kulitnya yang selama ini disangka banyak orang berwarna kuning langsat, ternyata salah. Reeva memiliki tone yang sama dengan rania, hanya saja mungkin karena reeva adalah gadis yang aktif, paparan matahari membuat kulitnya selama ini terlihat lebih coklat dari rania. Waktu 1 bulan ternyata cukup mengembalikan kulitnya walau belum sebersih kakaknya. Rambut bondolnya yang mulai memanjang, belum memungkinkan untuk disanggul, akhirnya MUA yang meriasnya memakaikan sanggul palsu di kepalanya. Reeva terlihat mulai gelisah, make-up yang tebal dan sanggul palsu di kepalanya terasa gatal, tangannya sudah tak sabar ingin menggaruknya.
"kamu cantik banget ree" celetukan rania mengagetkan reeva yang gelisah, ia menatap kakaknya itu dari cermin yang ada dihadapannya. Rania juga sudah selesai berdandan, mengenakan baju kurung berwarna burgundi, rambutnya juga ditata rapi, sanggul minimalis. Pagi ini rania terlihat sangat cantik, yah rania memang selalu cantik. Reeva meringis kebaya berwarna putih salju yang ia kenakan saat ini, sungguh membuatnya susah bernafas. pujian dari rania barusan sama sekali tidak membuat reeva senang, ingin rasanya ia membuka semua pakaian yang sedang ia kenakan saat ini, reeva merasa sangat tersiksa dan tidak nyaman.
"pria yang akan menikahimu itu tampan banget ree.." bisik rania ketika MUA yang merias mereka ijin sebentar ke kamar mandi. Reeva menolehkan kepalanya yang terasa berat oleh sanggul itu. "dia sudah datang?" tanya reeva singkat tanpa menanggapi bisikan rania, tentang ketampanan birru.
"sudah.." angguk rania, "tapi dia hanya berdua dengan temannya, dan supirnya"
"tadi aku dan ayah yang menyambutnya, wajahnya sungguh luar biasa ree, birru lebih mirip orang turki daripada orang Indonesia, bola matanya berwarna abu-abu, pokoknya ganteng deh" celoteh rania dengan riangnya, "tapi bagiku dia masih kalah dari mas arka hehehhe, maaf yah ree"tawa rania terdengar merdu di telinga reeva yang menatap takjub ke arah kakaknya. Mulut reeva sudah terbuka, namun MUA yang meriasnya masuk dengan tergopoh-gopoh membuat reeva mengatupkan bibirnya.
"mbak ree, kita harus keluar, mempelai pria sudah selesai mengucapkan akad di luar" lapornya seraya membantu reeva berdiri, "astaga.." seru rania berdiri dan membantu reeva berjalan dengan memegangi lengan. "mengapa kesannya terburu-buru sekali, untungnya riasanmu sudah selesai" gerutu rania kesal. Reeva juga kesal, kesan yang pria itu berikan seakan-akan pernikahan ini terpaksa dilakukan. Mereka keluar dari pintu kamar yang terbuka, rania dan MUA yang berjalan menggandeng reeva di sebelah kanan dan kiri. Mata reeva bersirobok dengan mata seorang pria yang berpakaian rapi, mengenakan jas, kernyitan terlihat di kening pria itu, ketika menatap reeva dan rania bergantian. Reeva memahami arti tatapan itu, tapi ia tidak kesal ataupun sedih, baginya sudah terlalu biasa mendapat tatapan heran dan kasihan dari setiap mata yang memandangnya, namun benar ucapan rania, 'suaminya' itu memang tampan.
Reeva duduk dengan tenang, di samping pria tampan yang terlihat kesal itu. Duduknya mulai gelisah, beberapa kali terdengar desahan nafasnya yang berat. Sejak reeva duduk di sisinya sekalipun pria itu tidak melirik ke arah reeva, dengusan kesal itu kembali terdengar ketika kedua pengantin dipersilahkan untuk sungkem kepada orangtua. Reeva duduk bersimpuh di hadapan ayah dan ibunya yang juga kelihatan kesal, gerutuan terdengar dari ibunya yang terlihat cantik dengan kebaya burgundinya. Reeva tidak mengucapkan apapun, ia hanya mencium punggung tangan kedua orangtuanya. Reeva bingung dan tidak tahu apa yang ingin ia katakan kepada kedua orangtuanya.
"kalau reeva ingin tinggal dulu di sini, tidak masalah bagiku, tapi aku tidak bisa, banyak kegiatan yang sudah ku tunda demi pernikahan ini" kata birru tanpa ekspresi, pria itu duduk menyilangkan kakinya. Matanya menatap kedua orangtua reeva yang kesal dan reeva bergantian. Acara akad nikah tidak berlangsung lama, begitu akad selesai birru mengusulkan untuk segera pulang, yang tentu saja ditentang oleh bu nila. "bagaimana denganmu reeva?, apakah kamu tinggal atau ikut?" tanya birru menatap reeva yang hanya diam di samping ayahnya, gadis itu terlihat lebih fresh setelah berganti pakaian, riasan diwajahnya juga sudah bersih. Birru menatap lekat gadis di hadapannya, begitu riasan reeva terhapus, wajah gadis itu terlihat masih sangat belia. Birru menghela nafasnya berat, ia merasa sedikit bersalah menikahi seorang remaja. Saat ini perasaan birru seperti di jebak, namun ia tidak mampu berbuat apapun, apalah daya nasi sudah menjadi bubur, rasa kesal masih menguasainya. Semua mata memandang reeva, menunggu jawaban dari gadis itu, reeva menghembuskan nafasnya sebelum menjawab,"aku ikut saja" jawab reeva singkat tanpa beban. Terlihat wajah bu nila memerah marah, namun tak ada ucapan apapun keluar dari mulutnya, namun ia bangkit menarik tangan reeva, "ayo kita bereskan barangmu terlebih dahulu" ujar sang ibu seraya menyeret reeva menjauhi birru, rania dan ayahnya berjalan mengikuti bu nila dan reeva.
"bisa-bisanya kau menyetujui permintaan pria sombong itu" cecar sang ibu begitu mereka memasuki kamar, ia bertolak pinggang menatap putri bungsunya itu berang. Reeva hanya diam tidak menjawab, ia hanya menarik kopernya yang ternyata sudah rapi. Bu nila memandang reeva dan kopernya, dengusan kesal terdengar "ternyata kau sudah siap-siap yah, pergilah" usir ibunya membuang muka, rania mengelus punggung ibunya menyabarkan, sementara pak danu tiba-tiba tertawa, serentak mereka semua menoleh ke arah pak danu yang masih tertawa," pantas mereka jodoh, sikap dan sifat mereka sangat mirip, dan aku yakin hanya reeva yang sanggup mengatasi pria sombong itu"
Bu nila mendengus kesal, namun ia juga mempercayai ucapan suaminya, dari kecil reeva memang sangat berbeda dengan kakaknya.
Bersambung...