MY DADDY IS MINE

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Luis merangkul tubuh Camilla sambil mencium kening gadis itu. Ia menyesal karena tidak bisa mengenali Camilla lebih awal.

"Maafkan Daddy sayang karena tidak tahu kalau kaulah gadisku. Pantesan saja kamu menolak Daddy mengantarmu pulang karena kamu selalu ingat pesan Daddy untuk tidak dekat dengan pria manapun kecuali daddy." Luis mengenang kembali peristiwa semalam yang membuatnya kagum pada prinsip Camilla.

Tapi yang dirinya tidak habis pikir mengapa Camilla bisa jatuh sakit. Apa yang terjadi pada gadisnya sebelumnya. Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di rumah sakit. Camilla langsung disambut oleh perawat diruang IGD saat Luis membaringkan tubuh lemah Camilla diatas ranjang pasien.

Sementara menunggu Camilla ditangani oleh dokter terkait, Luis kembali menghubungi Alex untuk menanyakan apa yang terjadi pada Camilla sehingga jatuh sakit.

Alex pun tidak mengetahui pasti, namun ia langsung menanyakan Tiffany apa yang terjadi sebenarnya pada Camilla sehingga bisa jatuh sakit. Tiffany menceritakan keadaan yang sebenarnya setelah Alex mengancamnya dengan pemecatan. Apa yang disampaikan oleh Tiffani diteruskan oleh Alex ke Luis. Mendengar ceritanya Alex membuat tubuh Luis hampir ambruk.

"Jadi, Camilla mengejar mobilku ditengah hujan deras?" Itukah sebabnya aku mendengar ada yang memanggil ku dengan sebutan Daddy semalam? Berarti aku tidak sedang halusinasi bukan? Ya ampun, Camilla sayang," lirih Luis mengusap wajahnya dengan kasar.

Setelah ditangani oleh dokter diruang IGD, Camilla di pindahkan ke kamar VVIP. Namun sayangnya Luis tidak bisa menemani gadis itu sampai siuman karena ada urusan mendadak.

Sebelum meninggalkan mantan putri tirinya itu, ia baru mengamati wajah Camilla dengan seksama. Seakan sedang menyimpan pahat cantik nan pucat itu dalam ingatannya. Luis tersenyum menyadari perubahan wajah Camilla yang tidak sama lagi seperti sepuluh tahun yang lalu.

"Mungkin aku yang sudah terlalu tua ataukah gadis ini yang telah menjelma seperti bidadari. Kamu sudah tumbuh dengan baik sayang. Daddy mungkin tidak akan mengenalimu walaupun kamu tidak mengenakkan topeng semalam. Tapi, Daddy bersyukur karena kamu masih mengenali Daddy," ucap Luis lalu mendaratkan ciumannya ke kening Camilla.

"Maafkan Daddy harus meninggalkanmu dalam keadaan sakit. Daddy berjanji akan menemui mu lagi secepatnya. Cepat sembuh ya sayang karena ada banyak hal yang ingin Daddy berbagi denganmu," ucap Luis lalu meninggalkan ruang rawat Camilla.

Ia menemui dokter yang merawat Camilla. Dokter Felicia mendengarkan pesan Luis yang terdengar ambigu baginya.

"Dokter Feli, aku mohon bantuanmu untuk menjaga putriku selama aku pergi dan tolong rahasiakan tentang aku jika nanti dia siuman. Katakan saja bahwa dirinya dibawa ke sini oleh bosnya bernama Alex. Apakah dokter paham maksudku?" ucap Luis terlihat datar namun wajah itu menyiratkan pengaruh yang sangat menakutkan. Ada ketegasan yang mendominasi penuh ancaman.

"Baik tuan. Saya akan melakukan yang terbaik untuk putri anda," ucap dokter Felicia namun hatinya juga terpukau dengan ketampanan seorang Luis.

"Terimakasih dokter. Aku mengandalkanmu." Ingat tadi apa yang aku katakan padamu...!" tegas Luis menatap tajam wajah dokter Feli yang langsung menelan salivanya dengan susah payah.

"Siap tuan." Dokter Feli mengusap dadanya lalu meraup udara sebanyak mungkin. Hawa panas penuh pergolakan diruangan itu. Perawat yang bersamanya hanya menunduk ketakutan.

Luis kembali mengecup kening putrinya lalu membisikkan kata-kata penuh cinta pada Camilla.

Langkah tegap dengan punggung kokoh melangkah cepat sambil menghubungi seseorang. Hatinya tampak kuatir namun wajah tampan itu tetap terlihat tenang. Beberapa mata wanita lajang menatapnya penuh kekaguman seakan mereka sedang melihat dewa Yunani yang sedang turun dari langit untuk menjemput bidadarinya.

...----------------...

Luis sudah berada di pesawat jet pribadinya. Ia sedang mendengarkan penjelasan Mac tentang pergerakan beberapa mafia yang sudah ada di tempat biasa untuk melakukan pertukaran barang.

"Jika ada pengkhianat, langsung tembak di tempat...!" titah Luis.

"Baik tuan...!"

Pesawat itu berhenti di salah satu bandara kecil dan Luis melanjutkan perjalanannya dengan helikopter karena tempat yang didatangi mereka adalah sebuah hutan. Itupun mereka harus menumpang sebuah mobil lagi.

Setelah beberapa jam kepergian Luis, Camilla mulai siuman. Ia meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Nona. Apa yang anda rasakan?" tanya seorang perawat.

Camilla menatap sayu wajah perawat itu lalu menatap ke sekelilingnya.

"Siapa yang sudah membawaku ke rumah sakit, suster?" tanya Camilla lirih.

"Ah itu, nona dibawa oleh seorang lelaki kalau tidak salah namanya tuan...-" suster itu lupa dengan pesan dokter Felicia. Namun ucapannya terpotong oleh Camilla.

"Tuan Alex...?" tebak Camilla.

"Ya benar nona. Itu namanya dan sekarang dia sedang ada urusan dan menitipkan anda pada kami," ucap perawat yang bernama Caroline.

"Ya Tuhan...! Jika Daddy tahu tubuh ku disentuh oleh lelaki lain. Dia pasti akan marah besar. Aku akan memarahi tuan Alex. Berani sekali dia menyentuh tubuhku," kesal Camilla.

Dokter Felicia masuk ke kamar Camilla. Perawat membisikkan sesuatu pada dokter Felicia yang mengangguk paham.

"Selamat malam nona Camilla...! Apakah anda sudah merasa lebih baik?" tanya dokter Felicia.

"Hanya sedikit pusing dokter," ujar Camilla saat dokter Feli melakukan pemeriksaan ulang.

"Demamnya sudah turun. Tolong jaga kesehatan dan jangan sampai setres. Hasil diagnosa pemeriksaan nona akan keluar besok," ucap dokter Felicia.

"Terimakasih dokter. Saya harap besok saya sudah diperbolehkan pulang. Saya harus kuliah," pinta Camilla yang tidak betah ada di rumah sakit. Padahal dirinya sendiri adalah calon seorang dokter.

"Tergantung kondisi anda nona. Semoga besok kondisi anda sudah lebih baik. Minumlah obat secara teratur," ucap dokter Felicia lalu meninggalkan kamar Camilla.

"Ya Tuhan. Aku tidak bisa melakukan kegiatan apapun di sini. Ponselku saja tidak ada. Bagaimana aku harus menghubungi tuan Alex dan memarahinya?" gerutu Camilla mulai merasa bosan.

Dua hari kemudian, Camilla diperbolehkan pulang oleh dokter. Gadis cantik ini sangat senang dan ia ingin segera kabur dari tempat itu agar tidak bertemu dengan tuan Alex. Di saat dokter Feli dan suster Caroline sibuk di ruang kerja mereka, Luis datang dengan membawa budget bunga mawar putih kesukaan Camilla.

Ia ingin memberikan kejutan pada gadisnya itu. Namun ketika membuka pintu kamar itu, tampak kamar itu sudah kosong dan kasur itu terlihat dengan seprei baru yang sudah terpasang rapi. Ia merasa tidak salah kamar. Luis menghampiri salah satu perawat yang bertugas di lantai itu.

"Di mana pasien yang bernama Camilla, suster?" tanya Luis sekaligus memberitahukan nomor kamar gadisnya.

"Maaf tuan. Nona Camilla baru saja turun ke lobby. Mungkin dia bosan menunggu anda, tuan," ucap perawat itu membuat Luis marah.

"Sial....!" Luis segera berlari menuju lift agar ia bisa bertemu dengan Camilla. Saat ia tiba di lobby ia sempat melihat Camilla masuk ke dalam taksi. Langkahnya buru-buru untuk menghentikan taksi tersebut. Namun sayang taksi itu sudah terlebih dulu bergerak pergi.

"Sial....!" maki Luis lalu bergegas ke mobilnya agar bisa menjemput Camilla di apartemen gadis itu. Niat hati ingin memberikan surprise pada putri tirinya itu, namun sayang mereka belum bisa bertemu.