Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.
Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.
Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.
Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.
Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAYANGAN DI KORIDOR
HAPPY READING
Jangan lupa follow akun instagram author @rossssss_011
“Owh, jadi ini murid beasiswanya?”
“Iya, berani banget dia masuk di sekolah ini.”
“Hahah, norak banget.”
“Cantik sih, tapi sayang banget dia kasta rendah di sini.”
“Omongan lo, ada benarnya juga, hahah.”
Wajahnya semakin menunduk dalam, tak berani mengangkat atau sekedar melirik mereka. Langkah kecilnya semakin cepat, seiring bisikan semua siswa di koridor semakin keras mengiringi langkahnya.
Karena keasikan menunduk, hingga pada ujung koridor saat ia hendak menuju tangga lantai dua, tanpa sengaja ia menabrak tubuh siswa lain yang berlawanan arah. Karena tak bisa menahan beban tubuhnya, Syla terjatuh ke lantai.
“Awsss,” rintih Syla. Meringis meplan saat bokongnya mencium lantai.
Semua siswa yang melihat itu menahan nafas, waktu seolah melambat. Mereka sudah tahu ending dari adegan di depan mereka, untuk itu mereka hanya diam tanpa mau mengeluarkan suara.
“Yaelah, kalau jalan tuh lihat ke depan! Bukan nunduk kek orang bodoh!” hardik Jaguar memberikan tatapan nyalang ke pada Syla.
“Neng, lo ngapain sih jalan pake nunduk segala? Lo nabrak bos gue,” timpal Yoyo dengan nada.
Anhar yang sedari tadi diam, mengusap seragam depannya seolah tubuhnya baru saja ketempelan kuman. Ia tahu siapa gadis itu, murid baru yang sudah menarik perhatiannya sejak kemarin.
Ayra berusaha berdiri dengan kerumunan siswa yang semakin banyak, setelah berdiri dia sedikit membungkukkan badanya untuk meminta maaf.
“M-aaf kak, a-ku tadi nggak sengaja,” ucapnya dengan bergetar, bahkan seperti berbisik.
Anhar menahan Jaguar saat hendak maju kembali, mengambil satu langkah di depan Syla. Karena tinggi murid baru itu hanya sebatas dadanya, mengharuskan ia menunduk untuk melihat wajahnya.
“Menarik,” berat, serak basah. Itulah Anhar, dengan tatapan tajam dan dingin.
“Angkat wajah lo,” lanjutnya.
Pemandangan seperti ini, adalah hal yang paling menarik bagi siswa. Perundungan yang dilakukan Anhar atau bahkan siswa lain itu mampu menarik semua etensi mereka seolah dunia mereka hanya tertuju pada satu objek saja.
Syla sudah keringat dingin, berharap akan ada yang datang menyelamatkannya dari situasi ini. “Kak, a-ku benar-benar minta maaf. A-ku nggak sengaja tadi,” lirihnya.
Anhar berdecih, kedua tangannya di masukkan ke dalam saku seragamnya. “Maaf? He?”
“Lo menarik,” bisik Anhar, melangkah meninggalkan Syla yang diam mematung.
Semua siswa yang melihat adegan itu saling menatap, itu bukan ending yang mereka inginkan, dan untuk pertama kalinya Anhar tak melakukan kontak fisik pada korbannya. Menurut mereka ini aneh, dan bertanya apakah Anhar meloloskan murid baru itu begitu saja?
“Lah, bos! Mau ke mana?” pekik Yoyo saat Anhar telah meninggalkan mereka cukup jauh.
“Tumben,” bisik Keylo menatap punggung Anhar.
“Itu serius, tumben dia nggak main fisik?” tanya Haikal, ia juga amat kebingungan dengan sikap bos besarnya.
“Mungkin Anhar pilih-pilih kali, mana mau dia buang waktu sama murid beasiswa kayak gini,” hina Jaguar, ingat jika mulutnya memang sangat licin.
“Cabut,” perintah Keylo.
Seiring kepergian mereka, kerumunan pun ikut bubar. Syla menghela napas panjang, bukan napas lega. Kakinya kembali melangkah, menaiki satu-persatu anak tangga untuk sampai di kelasnya.
&&&
Kelas XII IPA 1 sudah mulai ribut saat suara sepatu menghantam lantai koridor. Tak butuh lebih dari satu detik untuk semua kepala menoleh.
Anhar melangkah masuk pertama, seragamnya rapi, rambutnya sicked back seperti pria dewasa yang terlalu cepat matang. Guru pun kadang segan padanya bukan karena nilainya, tapi karena tatapannya.
“Gila, Anhar lo makin tampan aja,” ucap salah satu siswi dengan wajah berbinar.
Yoyo masuk santai, jaket tidak dikancingkan, rambut panjangnya berantakan seperti ombak liar. Semua tahu dia anak mortir, tapi penampilannya selalu bikin anak-anak orang kaya itu diam sebentar. Kaya atau tidak, gaya tetap nomor satu.
“Yoyo, lo makin keren aja,” lanjut siswi yang lain meremas ponsel di genggamannya.
Jaguar menyusul dengan gaya buzz cut yang terlalu militer untuk anak sekolah biasa. Tapi tidak ada yang berani menolak. Bekas luka di tangan dan bahaya seperti simbol, ini bukan orang yang bisa di ajak bercanda sembarangan.
“Jaguar makin serem dilihat, gue makin cinta sama dia,” goda siswi lainnya.
Vino melangkah masuk tanpa melihat siapa pun. Textured fringe-nya menutupi Sebagian wajah. Bahkan dalam diam, dia seperti sedang menghakimi ruangan. Aura misteri selalu menyelimuti langkahnya.
“Tiap hari, cinta gue makin nambah sama Vino. Tapi dia selalu misterius,” lontar siswi dengan bedana pink.
Haikal terlihat menguap sambil menyeret langkah. Rambutnya kusut dan panjang sedikit, seperti belum tidur dua hari. Tapi saat dia bicara, semua tahu isi kepalanya tidak bisa diremehkan.
“Ma sya Allah, calon imam gue makin hari wajahnya makin berseri,” seru sisiwi dengan seragam ketatnya, hampir membuat lekukan tubuhnya.
Keylo berjalan paling belakang. Buku catatan di tangan, rambut coop pendek acak-acaknya seperti penampilannya, tak menonjol, tapi menyimpan sesuatu. Guru pun tak tahu, siapa dia sebenarnya di luar sekolah.
“Keylo, mundur dikit dong. Tampan lo kelewatan,” pekiknya tertahan, siswi dengan segala aksesoris di pergelangan tangannya.
Siapa sebenarnya mereka hingga begitu disegani semua siswa, bahkan guru pun ikut segan? Nanti kita akan mengenal mereka seiring alur cerita ini berjalan.
&&&
Syla kembali sendiri, dalam ruangan kelas yang hanya beberapa siswi tengah sibuk membuat konten di dekat pintu kelas. Dirinya bahkan tak mengenal teman kelasnya, tak tahu nama mereka.
“Mungkin, sekolah lama lebih baik dari sekolah ini,” lirihnya menatap ke luar jendela kelas. Langit biru tampak cerah, tapi tidak dengan hatinya yang murung.
Gadis dengan rambut sebahu, meninggalkan ruangan kelas. Ia hendak menuju toilet yang berada di lantai satu, koridor kelas begitu ramai karena saat ini adalah waktu istirahat pertama.
“Kalau jalan jangan nunduk! lo hampir nabrak gue,” kesal salah satu siswi, menatap penuh kekesalan pada Syla karena hampir saja ponsel puluhan jutanya jatuh.
Syla mengangkat kepalanya. “Maaf, aku tidak sengaja.”
Tanpa membalas ucapan Syla, dia pergi dengan kekesalan yang masih ada. Sedangkan Syla hanya menatap, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Setelah melewati beberapa kelas, Syla sampai di toilet khusus perempuan. Masuk ke salah satu bilik yang kosong, tanpa Syla sadari, sejak tadi beberapa perempuan mengikutinya hingga Syla masuk ke dalam toilet.
“Lo yakin, dia murid baru itu?” tanya salah satu dari mereka.
Yang di tanya mengangguk cepat. “Iya, gue yakin.”
“Ckkk, malas banget gue ikutan, tapi sayang kalau dia sekolah di sini dengan kebebasan,” timpal siswi lainnya.
“Gue nggak sabar, mau sekarang?” tanya yang lainnya.
“Luna,” panggil Vyna. “Lo ambil ember di sana.”
Luna mengangguk, berjalan cepat mengambil ember kecil yang biasa digunakan petugas kebersihan untuk menampung air bekas mengepel lantai koridor.
“Ada airnya,” kata Luna.
“Ieyuuhhh, jijik banget gue,” lirih Mila.
Luna tersenyum, membuka pintu toilet sedikit agar dapat melihat ke dalam. “Bangus, anak itu udah selesai.”
“Mau langsung di siram, gitu?” tanya Nessa. Anak baik-baik yang salah pergaulan.
Vyna mengangguk. “Ya, begitu dia keluar. Lo langsung siram aja,” jawabanya menatap Luna.
Mau kenalan dengan mereka dulu? Kita mulai dari Vyna, gadis berambut panjang sedikit cokelat, memiliki tatapan tajam. Ada Mila, gadis cantik dengan wajah bulat, rambut sebahu bergelombang. Kemudian ada Luna, gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang. Dan terakhir ada Nessa, si polos yang salah masuk dalam geng Vyna, anehnya dia betah.
Mereka satu kelas, sudah bersama sejak awal masuk menjadi siswa baru di sekolah ini, jika Nessa, baru bergabung saat kelas sebelas.
Di dalam toilet, Syla merapikan kembali seragamnya. Setelah mencuci tangannya, dia keluar tanpa tahu musibah tengah menatinya di luar. Saat pintu toilet terbuka, kaki kanannya melangkah keluar. Dan…
Byuuurr…
Beberapa detik hening, hingga suara tawa memenuhi indra pendengaran gadis dengan seragam yang telah basah dengan air berwarna sedikit hitam.
“Hahah!”
“Aduh, kasian banget sih!”
“Ups, sorry. Kita sengaja solanya.”
“Kasian, tapi lucu. Hahah!”
Syla menutup mata, menarik napas panjang. Menatap seragam putih dengan rok sekolahnya yang basah, sangat basah. Bahkan rambutnya pun tak luput, apa yang harus dia lakukan?
KAYAK BIASA YA BESTIE😌
KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂
SEE YOU DI PART SELANJUTNYA VIA 👇👇👇
PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋