NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternistakan

Istri Yang Ternistakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Penyesalan Suami
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: F A N A

Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.

Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter —4

Seperti perintah Bachtiar, Aiza gegas menuju kamar mandi. Ia tak lagi peduli pada kekacauan yang Nurma lakukan. Sebagai permintaan maafnya, Nurma mengatakan akan menghandle semua tumpahan air pel itu sendiri. Tentu tidak benar-benar sendiri, melainkan menyuruh asisten rumah tangga yang melakukannya.

Kata Nurma, karena Bachtiar sudah pulang Aiza tak perlu lagi khawatir. Para asisten rumah tangga akan kembali melakukan pekerjaan rumah tangga sesuai dengan jobdesk mereka, membuat Aiza terbebas dari runut pekerjaan yang sudah Kamariah atur dan belum diselesaikan oleh Aiza.

Saat sedang menyabuni diri. Aiza membantah sekelibat pemikiran jika tadi Nurma sengaja mengguyur Aiza dengan air bekas pel. Adik iparnya itu pasti nggak sengaja, jika tidak mana mungkin Nurma berinisiatif untuk membereskan tumpahan air pel tersebut?

Usai menyabuni seluruh tubuhnya. Bayangan Bachtiar membuat Aiza tersenyum. Akhirnya sang suami pulang, meski tadi sempat menghardik Aiza yang dinilai kotor malah mau menyalaminya.

‘Nggak ada yang salah dari ucapan, Bang Bachtiar. Aku aja yang nggak tahu diri, udah tahu kotor tapi malah mendekati Bang Bachtiar,’ batin Aiza.

Aiza berusaha mengerti. Apalagi selama menjalin hubungan dengan Bachtiar, Aiza tahu betul jika pria itu sangat peduli pada kebersihan juga penampilan. Jadi tak salah jika tadi Bachtiar menegurnya, karena memang Aiza menghampiri sang suami dalam keadaan basah juga kotor.

Kini Aiza sudah selesai membersihkan tubuhnya. Kemudian mengambil koper berisi pakaiannya. Aiza mengambil satu steel pakaian sederhana yang biasanya ia kenakan di rumah, daster sebatas lutut dengan aksen kerah karet di bagian dada.

Ketika Aiza baru saja selesai memakai underwear yang menutupi dadanya, pintu kamar terbuka. Aiza berjingkat terkejut, sementara Bachtiar menatap lurus ke arah Aiza yang masih belum mengenakan dasternya.

Blushing. Tentu saja Aiza merasa malu. Keadaannya sekarang belum berpakaian sempurna. Meski Bachtiar telah sah menjadi suaminya, akan tetapi mereka belum melakukan hal tersebut. Tapi kini Aiza malah terkesan seperti gadis murahan, berdiri hanya dengan bikini memamerkan keindahan tubuhnya.

“Ck, lain kali jangan sembarangan pakai baju di dalam kamarku. Di sana ada ruang wadrobe, dan kau bisa memakai bajumu di sana tanpa perlu memamerkan tubuh kotormu itu!” dengkus Bachtiar seraya melempar tatapan tajam pada Aiza.

Jleb!

Aiza terpekur. Ucapan Bachtiar barusan begitu menusuk ke dalam hatinya. Seperti orang asing yang sedang menumpang di kamar Bachtiar, padahal keduanya sudah sah sebagai pasangan hidup dan ke depannya hal seperti ini pasti akan sering terjadi.

Gegas mengenakan dasternya. Pemikiran buruk serta rasa sakit hati yang saat ini gadis itu rasakan berusaha ia singkirkan. Aiza kemudian hendak menghampiri Bachtiar. Namun, pria itu malah melengos begitu saja ke kamar mandi tanpa memedulikan Aiza.

‘Ada apa dengan Bang Bachtiar? Kenapa aku merasa sikapnya berubah sejak tadi malam?’ Aiza menatap kamuflase pintu kamar mandi dengan raut sedih.

“Dasar ja lang!” dengkus Bachtiar. Sembari duduk di dalam bathtub pria itu memijat keningnya yang mendadak pusing karena melihat keindahan lekuk tubuh Aiza.

Sebagai lelaki normal, ia sangat takjub pada keindahan yang terpahat pada setiap lekuk tubuh Aiza yang begitu proporsional untuk ukuran seorang wanita. Putih mulus tanpa cela membuat h*srat kelelakian Bachtiar bangkit, untuk segera menyentuh istrinya.

Akan tetapi Bachtiar segera membuang jauh-jauh pikiran tersebut, karena merasa kecewa terhadap Aiza yang diam-diam selama ini sudah berkhianat di belakangnya.

“Dasar munafik!” Bachtiar meninju dinding kamar mandi dengan kepalan tangan. Luapan emosi karena pengkhianatan yang Aiza lakukan. Ia masih tak menyangka jika ternyata gadis polos yang selama ini ia kenal, tak selugu perkiraannya.

Aiza sudah tidur dengan pria lain, dan itu sebelum pernikahan mereka!

“Aaaarrghhh!” geram Bachtiar saat kini memandang sebuah foto yang menampilkan wajah Aiza di pelukan seorang pria.

Wajah pria itu memang tak terlihat karena posisi mukanya yang tenggelam di ceruk leher Aiza. Sementara ekspresi wajah Aiza menunjukkan sebuah kepasrahan, tenggelam akan kepasrahan.

Bachtiar meradang. Andai ia mengetahui hal tersebut lebih awal, mungkin sekarang ia tak akan akan menikahi Aiza. Wanita itu telah kotor, Bachtiar tak akan sudi menyentuhnya.

Apalagi Bachtiar tahu betul daerah lingkungan tempat tinggal Aiza yang dominan dihuni oleh buruh, serta kuli bangunan. Membuat Bachtiar semakin menganggap Aiza hina karena sudah di gauli oleh pria yang secara kasta jauh di bawah Bachtiar.

Asumsi yang tak sepenuhnya benar. Apalagi disimpulkan dari selembar foto yang belum tentu keabsahannya. Namun, kebencian serta kekecewaan yang merajai pikiran Bachtiar, membuat nalar pria itu sulit bekerja.

“Apa aku sudah cantik?” gumam Aiza sembari mematut diri di depan kaca.

Gadis itu melengkungkan kedua sudut bibirnya, berusaha tersenyum usai patah hati karena ucapan Bachtiar.

‘Kamarku, tubuh kotormu itu!’ Kalimat itu terus terngiang di benak Aiza. Membuat wanita muda itu terus bertanya-tanya tentang maksud dari ucapan Bachtiar.

Ketika Aiza mendengar pintu kamar mandi terbuka, ia segera mengalihkan pandangannya ke arah Bachtiar. Sosok tegap tinggi itu tampak begitu tampak begitu sempurna, melangkah penuh keseimbangan melewati Aiza yang sedang duduk di depan meja rias.

‘Aaaaa… kenapa suamiku tampan sekali.’

Aiza tersipu. Memandang dada bidang Bachtiar yang polos membuat wajah gadis itu memanas. Apalagi tadi ia juga sempat bersitatap dengan suaminya, membuat jantung Aiza semakin berdegup tak karuan.

Saat Bachtiar masuk ke sebuah ruangan lain yang terdapat di kamar tersebut, Aiza segera mengikutinya dari belakang—yang mana membuat wanita itu takjub ketika sudah berada di dalam, melihat pemandangan pakaian-pakaian yang berjejer rapi, tergantung di dalam lemari kaca.

‘Oooh… ternyata ini ruang walk-in closet. Pantas saja selama di sini aku tidak melihat ada lemari di sekitar tempat tidur. Ternyata baju-baju juga aksesoris Bang Bachtiar disimpan di sini,’ batin Aiza.

Melihat Bachtiar ingin membuka pintu lemari kaca, Aiza buru-buru mendekat. Gadis itu berkata,- “Sini, Bang, biar aku aja. Bang Bachtiar tinggal tunjuk mau pakai baju yang mana.”

Maksud hati ingin melayani sang suami. Niat baik Aiza malah disambut ketus oleh Bachtiar. “Nggak perlu, aku bisa sendiri!” Terdengar seperti bentakan, sehingga membuat Aiza terdiam.

Apalagi sorot mata Bachtiar yang membelalak membuat nyali Aiza seketika ciut tak lagi berani bersuara.

‘Ada apa dengan Bang Bachtiar? Kenapa sepanjang hari ini ia terus berbicara sangat ketus denganku?’ tanya Aiza dalam hatinya.

Aiza bisa merasakan perubahan sikap Bachtiar yang begitu drastis. Dari yang awalnya sangat lembut, manis, serta rendah hati. Kini berbalik jadi angkuh tak berperasaan.

Apa mungkin karakteristik sekarang merupakan kebenaran dari sifat Bachtiar?

Entahlah… Aiza sendiri tak ingin berpikir terlalu jauh, dengan anggapan mungkin sekarang ini Bachtiar sedang dalam masalah. Masalah pekerjaan mungkin? Sehingga membuat pria itu jadi uring-uringan?

Usai mengeluarkan t-shirt polos putih dari almari, Bachtiar lantas mengenakannya. Akan tetapi ketika Bachtiar mengangkat kedua lengannya, sebuah tanda merah cukup menarik atensi Aiza.

Deg!

Jantung Aiza berdegup kencang. Pasalnya ia tahu betul makna tanda merah tersebut. Sebuah tanda cinta yang terukir usai seseorang memadu kasih. Tapi dengan siapa? Bukankah tadi malam mereka sama sekali tak menghabiskan waktu bersama?

‘Nggak… nggak mungkin. Aku tahu betul seperti apa Bang Bachtiar. Ia nggak mungkin ngelakuin hal seperti itu. Tanda itu… pasti bekas gigitan nyamuk atau serangga karena tadi malam Bang Bachtiar tidur di kantor,’ batin Aiza masih dengan kenaifannya.

“Bang… Bang Bachtiar.” Aiza ingin mempertegas pemikirannya dengan bertanya pada Bachtiar. Namun, respon ketus Bachtiar kembali membuat gadis itu tak berani menyuarakan isi pikirannya.

“Apasih?! Bisa diam nggak? Kau ini cerewet sekali ya, buat aku ilfeel saja!” bentak Bachtiar. Interaksi yang coba dilakukan Aiza membuatnya frustasi, membuat Bachtiar marah tak bisa mengendalikan emosi.

“Lebih baik sekarang kau keluar! Buatkan sesuatu yang bisa dimakan untukku. Daripada terus di sini membuatku marah. Lebih baik melakukan sesuatu yang berguna!” Bachtiar kembali membentak Aiza dengan sorot mata tajam penuh amarah, seolah menggambarkan begitu banyak kebencian di sana.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!