Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kemarahan Felicia
"Kamu sengaja?"
Sheana mengeryit heran, karena tak mengerti ke mana arah pembicaraan Felicia yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Dan yang lebih membuatnya terperangah adalah Felicia bisa berdiri dengan tegak tanpa alat penyangga apapun.
'Jadi dia hanya berpura-pura?' batinnya, sama seperti yang dipikirkan oleh para pelayan yang menonton mereka berdua.
"Jawab, jangan seperti kerbau yang kekenyangan!" cetus Felicia lagi, karena Sheana masih bungkam.
"Sengaja apa, Nyonya?" tanya Sheana dengan polos. Memicu kekesalan Felicia yang naik hingga ke ubun-ubun.
"Jangan berlagak bodoh! Kamu pasti sengaja membuat tes itu menjadi negatif. Kenapa? Kamu ingin lebih lama menikmati kemewahan ini?" ujar Felicia menyudutkan Sheana. Padahal tidak sedikit pun Sheana berpikir demikian. Bahkan jika boleh memilih Sheana lebih baik hidup sederhana, daripada harus berhadapan dengan orang-orang congkak ini.
"Jadi menurut Nyonya begitu?" tanya Sheana masih terlihat santai. Dia tidak merasa bersalah, sebab bukan dia yang memegang kunci keberhasilan.
"Tentu saja, orang miskin dan udik sepertimu pasti senang kan dengan semua yang diberikan oleh suamiku, sampai-sampai kamu melakukan ini semua! Dasar jallang tidak tahu diri!"
Mendengar hinaan itu, ternyata Sheana tak bisa diam saja. Dia langsung berdiri, tak terduga dia berani membusungkan dada di depan Felicia.
"Saya memang orang miskin, Nyonya, tapi mental saya tidak semiskin Anda! Andai saja kalian tidak memilih saya—saya tidak mungkin berada di tempat yang seperti penjara ini. Jadi jaga ucapan, Anda!" balas Sheana dengan mata yang menatap tajam, membela harga dirinya yang sudah diinjak-injak.
Felicia langsung terperangah. Dia tergelak sinis karena ternyata Sheana bisa membalas ucapannya. Dia maju satu langkah.
"Wah, kamu sudah merasa setara denganku ya?" cibir Felicia sambil mendorong bahu Sheana hingga wanita itu bergeser dari tempatnya.
"Tentu saja, saya juga istri Tuan Ruben, bahkan saya yang akan melahirkan penerus untuknya. Sedangkan Anda? Apa yang bisa Anda banggakan selain menjadi istri pertama dan istri yang dicintai?" balas Sheana secara menohok, hingga membuat Felicia kian meradang.
Tangan Felicia terkepal kuat, dengan emosi yang tumpah dia pun langsung mengangkat tangannya ke udara.
Plak!
Satu tamparan berhasil melandas tepat di pipi Sheana yang mulus. Namun, bukannya merasa kesakitan, Sheana justru menarik sudut bibirnya, merasa lucu.
Sementara para pelayan yang melihat itu langsung menutup mulut mereka yang menganga. Mereka semua bingung harus bersikap seperti apa.
"Jangan memasang wajah seperti itu di depanku, jika tidak ingin mendapat yang lebih dari ini!" ujar Felicia dengan penuh penekanan. Namun, bukannya takut, Sheana justru semakin menantang.
"Jika sebenarnya Anda tidak ikhlas Tuan Ruben menikah lagi. Sebaiknya hamillah sendiri, jangan libatkan orang lain di rumah tangga kalian, apalagi sampai melampiaskan emosi kepada orang yang salah!" ujar Sheana dengan santainya.
"KAU!"
Felicia berteriak dan kembali mengangkat tangannya, tapi kali ini ada yang mencekalnya. Luan, datang untuk melindungi Sheana.
"Nyonya, kendalikan emosi Anda. Ini tidak akan berakhir dengan baik," ujar Luan berusaha membujuk Felicia. Dibantu dengan Batari yang memegangi tubuh wanita itu agar tidak menyerang Sheana.
"Tapi mulut sampahnya sudah kurang ajar!" balas Felicia sambil melotot tajam dan kembali mengambil langkah.
"Iya-iya, Nyonya, kalian hanya salah paham. Biar nanti Bibi yang bicara dengan Nyonya Sheana," timpal Batari seraya mengajak Felicia untuk pergi dari ruangan itu. Jika terus-menerus disatukan, yang ada atmosfer di sekitar mereka akan semakin naik.
"Dasar sialann!" umpat Felicia pada Sheana sambil menepis tangan Luan dengan kasar.
Setelah kepergian Felicia, tinggallah Sheana dan Luan. Luan bisa melihat pipi Sheana yang memerah dengan setitik daraah di ujung bibir.
"Tunggu di sini ya, saya ambilkan kompres," kata Luan kepada Sheana yang sedari tadi memilih bungkam.
****
Luan membawakan air dingin dan handuk kecil untuk mengompres luka Sheana. Saat ingin membantu wanita itu, Sheana langsung menolak dengan mengambil alihnya. Dia tidak ingin sekali lagi membuat orang bertanya-tanya.
"Aku tidak ingin ada gosip," kata Sheana memberi pengertian.
Luan tak memaksa, tak ingin membuat Sheana jadi berubah ilfeel padanya.
"Maaf, Nyonya, kalau boleh tahu sebenarnya apa yang diributkan oleh Nyonya Felicia?" tanya pemuda itu. Karena sejak keluar dari mobil, dia lihat wajah Felicia sudah bersungut-sungut.
"Aku juga tidak mengerti, begitu datang dia langsung marah-marah tidak jelas," jawab Sheana apa adanya. Entah karena kecemburuan? Atau justru ada hal lain yang Sheana tak sadari, karena tiba-tiba Felicia telah membangun dinding permusuhan dengannya.
Felicia telah terjebak pada permainannya sendiri. Dia pikir dengan cara seperti ini, perasaannya tidak akan terganggu, nyatanya sedikit saja Ruben memberikan perhatian pada Sheana, dia sudah meradang. Ya, karena sejatinya wanita mana yang rela untuk dimadu?
"Kalau begitu Nyonya tidak perlu terlalu stres memikirkannya. Saya akan melindungi Anda jika Nyonya Felicia datang lagi," ujar Luan yang membuat Sheana beralih menatapnya.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri kok," balas Sheana sambil menggembungkan pipinya, tak ingin bergantung pada orang lain.
"Saya bekerja disini untuk Anda, Nyonya, jadi sudah tentu majikan saya adalah Anda. Lagi pula Nyonya kan sedang program kehamilan, tidak baik jika banyak pikiran dan buang-buang energi untuk marah-marah seperti tadi," jelas Luan yang langsung dibenarkan oleh Sheana. Jika dia tak kunjung hamil, maka dia akan semakin lama terpenjara.
Akhirnya wanita itu hanya tersenyum, tak menampik ucapan yang baru saja Luan keluarkan.
'Aku masih beruntung berada di rumah ini. Andai Tuan Ruben membawaku ke rumah utama. Aku tidak yakin bisa lolos dari penghinaan-penghinaan Nyonya Felicia. Apalagi aku juga tidak tahu bagaimana bentuk mertuaku. Cih, mertua? Orang seperti apa mereka?'
*
*
*
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata