Nostalgia Generasi Kedua Bersama Trio Rusuh
Mike Cahill, Abimanyu Giandra dan Edward Blair adalah sahabat berdasarkan pertemuan yang agak Membagongkan. Mike dan Edward adalah saudara ipar sementara Abimanyu sahabat Stephen Blair, adik Edward.
Cerita ini cerita komedi unfaedah dan nantinya akan berlanjut ke Vivienne Neville dan Jammie Arata ( edisi revisi ).
Novel ini akan up tergantung wangsit ya jadi bisa tidak setiap hari up. Kan ceritanya nostalgia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rhea Greesa Giandra
"Mas Abi ...."
Abimanyu Giandra
Abimanyu yang berada di ruang kerjanya, mendongakkan wajahnya. Kacamata bacanya dia letakan diatas meja.
"Ada sayangku?" senyum Abimanyu.
"Boleh aku bicara serius?" pinta Dara.
Jantung Abimanyu berdegup kencang karena Dara jarang bicara dengan kalimat dan nada seperti ini. Apa aku melakukan kesalahan? Aku tidak selingkuh dari Adara? Aku tidak bawa uang haram ke rumah. Berbagai macam pikirin berkecamuk di otak Abimanyu.
"Boleh Sayang," jawab Abimanyu akhirnya. "Sini, duduk di pangkuan aku."
Adara pun menurut dan berjalan ke tempat Abimanyu duduk lalu berada diatas pangkuannya. Lengannya merangkul leher suaminya yang reflek memeluk punggung dan pinggangnya yang melebar karena kehamilannya di usia delapan bulan.
"Ada apa istriku yang cantik?" senyum Abimanyu sambil menatap wajah penuh Dara.
"Mas, tadi G ngomong kalau mau punya adik namanya Rhea."
Abimanyu melongo. "G bilang gitu? Rhea?"
Dara mengangguk.
"G dapat dari mana?"
"Katanya dapat dari buku-buku novel aku."
Abimanyu mendelik. "G baca novel kamu?"
"Bukan sayang, dia baca cover novelku yang pengarangnya Nicholas Rhea. Nggak tahu gimana, kok G suka nama Rhea."
Diam-diam Abimanyu merasa lega karena yang jadi topik pembicaraan serius ternyata nama anak perempuan mereka yang akan lahir.
"Jadi G maunya adiknya namanya Rhea?"
Dara mengangguk.
"Terus ini yang mau kamu bicarakan secara serius?" tanya Abimanyu lagi dengan wajah gemas.
Dara mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu tuh ...." Abimanyu mencium panas bibir Dara lalu menjalar ke rahang istrinya, ceruk leher dan tangan pria itu pun masuk kedalam daster hamil Dara.
"Memangnya ... Mas Abi ... ngiranya apa ...." ucap Dara dengan nafas tersengal karena rayuan Abimanyu.
"Sesuatu yang bukan ini ...." bisik Abimanyu. Pria itu mengangkat tubuh Dara keatas meja kerjanya. "Tunggu sebentar."
Dara duduk diatas meja kerja Abimanyu dan menyingkirkan semua berkas penting sementara suaminya mengunci pintu ruangannya. Abimanyu melepaskan sweater nya dan Dara selalu menahan nafas setiap melihat tubuh sempurna suaminya.
"Aku mau nengok Rhea," bisik Abimanyu sambil mencium bibir Dara.
***
Kamar Edward dan Yuna
"Dara bilang gitu?" tanya Edward sambil memeluk tubuh Yuna dari belakang saat mereka hendak tidur.
"Iya ... Aku bilang itu realistis, Mr Edward."
Edward membalikkan tubuh istrinya dan keduanya saling berpandangan.
"Kamu tahu, aku sudah membuat rencana," ucap Edward dengan wajah yakin.
Yuna menatap wajah tampan suaminya. "Rencana apa, Mr Edward? Jangan aneh-aneh deh!"
"Nggak lah! Aku sudah aneh jadi tambah satu lagi juga bukan masalah," jawab Edward kalem, "Aku akan doktrin D supaya tetap menunggu anaknya Abi. Harus setia sampai dia dewasa !"
Yuna melongo. "Kamu tidak boleh seperti itu! Nanti jadi beban D! Kita kan belum tahu karakter anaknya Abi kan?"
"Yakin anaknya Abi akan mirip Dara! Tidak mungkin mirip Abi ... Soalnya Abi itu tukang julid, anaknya kan didikan Dara jadi tidak bakalan julid!" jawab Edward dengan gaya yakin.
Yuna hanya mencubit hidung Edward. "Aku tidak mau tahu kalau ternyata D dan anaknya Dara tidak jodoh terus kamu ngereog!"
"Lho, kalau aku ngereog kan ada Abi jadi sumber keisengan aku," jawab Edward.
***
Hari-hari pun berlalu dan Abimanyu semakin massive untuk melindungi putrinya dari kejaran Edward yang sudah main klaim ditambah ada surat resmi bahwa putri Abi akan menjadi istri Duncan di masa depan.
Hari ini Dara melahirkan putrinya ditemani oleh Abi di dalam ruang bersalin. Edward dan Yuna yang sudah dua hari sebelumnya berada di Jakarta ikut menemani Ghani yang hanya bersama bu Tarsih di kamar rawat Dara.
"Bu Talsih, mommy sama adek masih lama?" tanya batita imut itu.
"Kayaknya masih lama mas," sahut bu Tarsih yang gemas dengan tuan kecilnya.
Semenjak Dara hamil anak kedua, dia selalu membahasakan 'mas' ke Ghani lalu 'adek' ke debaynya dan akhirnya berlaku ke semua pelayan di rumah.
Sekarang di rumah hanya tinggal keluarga Abi karena Antasena sudah menikah dengan Naina dan memilih tinggal di rumahnya sendiri. Naina sendiri pindah mengajar di sebuah Universitas swasta di Jakarta. Antasena sendiri tidak masalah Naina mengajar pula mereka belum dikaruniai anak.
"G sabar lah nunggu mommy Dara sama baby girl. Kan prosesnya lama," sahut Duncan yang memang diminta Edward menemani little brother sembari membaca komik Kungfu Boy.
"Tapi mas dah ga sabal!" sahutnya sambil cemberut.
"Harusnya yang ga sabar tuh Abang, G. Kan Abang dah minta duluan adiknya G buat Abang D," goda Duncan.
"Abang jahat! Itu adik emas!" teriak Ghani hampir menangis.
"Yeee waktu G bayi, adik G dah Abang cup dulu!" Duncan semakin gemas menggoda little bro nya yang sudah mulai memerah pipi dan hidungnya mau menangis.
"Bu Talsssiihh ! Abang nakal!" akhirnya melengking lah suara tangisan Ghani.
"Lho lho kok G nangis?" suara Naina yang baru saja datang membuat Ghani menghambur ke tantenya yang langsung menggendong batita itu.
"Abang jahat aunty! Adek G mau diambil!" adunya sambil nangis kejer di ceruk leher Naina. Antasena yang berada di belakang istrinya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat siapa yang menjahili keponakannya.
"D, kamu kok jahil banget sih sama G?" tegur Antasena ke bocah bule bermata biru itu.
"Gemes soalnya Oom," kekeh Duncan.
"Haaaiissshhhh, kamu tuh kayak mamamu. Nakal!" sahut Antasena sambil mengacak-acak rambut Duncan yang nyengir jahil.
Naina masih berusaha membujuk Ghani supaya berhenti menangis dan akhirnya berhasil ketika Naina menyetelkan anime detektif Conan.
"Astagaaaaa G, kamu tuh! Kok bisa sih bikin mommy mu ngidam nonton Conan." Antasena teringat waktu Dara hamil Ghani, setiap hari selalu nonton anime itu. "Yank, jangan yang ada pembunuhan lho ya."
"Nggak mas. Ini yang kasus yang nggak ada pembunuhannya, mbak Dara dah kasih kodenya," sahut Naina yang masih memangku Ghani.
"Ya udah, soalnya mas Abi dah parno takut Ghani jadi detektif beneran!" kekeh Antasena.
Tak lama Edward dan Yuna masuk ke dalam kamar Dara dan disusul oleh ibu cantik yang baru saja melahirkan putrinya ke dunia yang didampingi oleh suami tampannya. Dara tampak lelah di tempat tidur yang didorong oleh suster dan bidan.
"Mommy!" jerit Ghani begitu melihat mommynya.
"Kamu nggak nangis kan mas Ghani?" tanya Dara pelan. Proses kelahiran keduanya ini memang agak susah dibandingkan waktu Ghani karena baby girlnya lumayan besar. Waktu Ghani lahir beratnya 3,5kg sedangkan baby girlnya ini 3,9kg.
"Nangis," jawab Ghani.
Abi langsung menggendong Ghani karena terkejut mendengar dia menangis. "Lho mas Ghani kenapa nangis?"
Ghani menunjuk Duncan dengan muka marah. "Abang D mau ambil adik G! G Ndak suka! Itu adik G!"
Sontak semua orang dewasa yang di ruangan itu tertawa melihat ekspresi Ghani yang marah sambil bersidekap dalam gendongan Daddynya menatap abangnya tajam.
"Boy, nggak ada yang mau ambil baby girl adiknya G kok," bujuk Abi.
"Benel dad?" wajah Ghani langsung sumringah.
"Iyalah. Kan adek punya Daddy, mommy dan mas Ghani," sahut Abi sambil melirik Edward tajam.
"Wait and see saja Bi," kekeh Edward.
"Anakku baru brojol, Ed!" sarkasme Abi. Yuna dan Dara hanya menghela nafas panjang melihat keributan tanpa ending yang jelas diantara keduanya.
"Selamat siang bapak ibu dan adik-adik, permisi ini baby girlnya," salah seorang suster membawa boks bayi cantik ke sebelah tempat tidur Dara.
"Wah cantiknya!" seru semua orang disana.
"Sudah kamu IMD kah Ra?" tanya Yuna.
"Sudah mbak tadi di ruang bersalin. Alhamdulillah Asiku lancar sama seperti jaman Ghani," jawab Dara sambil mengelus pipi putrinya.
"Namanya siapa mbak?" tanya Naina yang jadi kepingin memiliki anak secepatnya.
"Rhea Greesa Giandra. Artinya putri cantik yang keibuan dan pintar serta sangat dicintai," jawab Abi bangga.
"Namanya adek Lea kan dad?" celetuk Ghani.
Abi hanya mendelik. "G, celadmu harus dibenerin deh. Masa adikmu jadi kayak princess Leia di Star Wars namanya?"
"Lea, Dadddyyyy!" eyel Ghani
Dara hanya tersenyum mendengar protes sang putra karena nama Rhea adalah usulnya.
Duncan menatap bayi cantik yang masih tertidur itu.
"Halo Rey. You are mine since you were born," bisiknya sambil tersenyum smirk.
***
Ghani tetap mengeyel nggak mau pulang bareng Bu Tarsih dan Antasena. Dia mau tidur dengan mommynya. Untung Abi sudah meminta tempat tidur besar untuk istrinya jadi Ghani muat disana. Abi juga meminta ekstra bed demi batita imutnya.
"Nanti kalau sudah bobok, pindah saja mas ke tempat tidur." Dara paham sekali Ghani di fase kecemburuan anak sulung yang mendapat seorang adik. Meskipun sejak hamil dia selalu memberikan pengertian pelan-pelan tapi tetap saja fase itu ada.
"Mommy, tadi Abang D bilang kalau dek Lea mau diambil. G ga kasih," cerita Ghani.
"Memang tadi Abang D bilang apa nak?" tanya Dara sambil mengusap-usap kepala putranya.
"Kata Abang, adek sudah dicup dali G bayi," lanjut Ghani sambil memainkan baju mommynya.
"Dicup?" tanya Abi bingung.
"Maksudnya sudah di klaim mas," jawab Dara.
"Haiissshh, mereka berdua itu Yaaaa!" sahut Abi gemas.
"Terus mas Ghani bilang apa sama Abang?" tanya Dara lembut.
"Katanya adik Lea..."
"Rhea sayang," protes Abi.
"Lea."
"Rrrrhhhheeaaa." Abi menekankan huruf 'R'.
"Llllleeeeaaa!" balas Ghani sambil menatap judes Daddynya.
Dara terkikik melihat kedua pria kesayangannya saling ribut.
"Sudah nanti G bisa bilang R mas," bujuk Dara demi melihat hidung Ghani mulai memerah menahan tangis.
Kedua prianya sama-sama keras kepala.
"Trus Abang bilang apalagi?" bujuk Dara ke Ghani.
"Iya Abang bilang nanti mau ambil adek G," jawab Ghani sambil beringsut dalam pelukan mommynya.
"Tidak ada yang mengambil adek mas Ghani kok. Abang Duncan cuma godain soalnya kan nanti mas Ghani mainnya sama adik Rhea jadi Abang kesepian tuh," ucap Dara lembut berusaha memberikan pengertian agar Ghani tidak marah kepada Duncan.
Tak lama Ghani pun tertidur dalam pelukan Dara.
"Mas, kayaknya kita harus sudah waspada deh sama mas Edward dan Duncan," bisik Dara takut membangunkan Ghani.
"Hu um. Mereka berdua benar-benar pengen jadi besan dan menantuku."
***
Yuhuuu up malam yaaaa gaaeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
sabar ya bu yuna, cabesmu 11/12 sama suamimu🤭