NovelToon NovelToon
The Path Of The Undead That I Chose

The Path Of The Undead That I Chose

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Roh Supernatural / Kontras Takdir / Summon
Popularitas:345
Nilai: 5
Nama Author: Apin Zen

"Dalam dunia yang telah dikuasai oleh iblis, satu-satunya makhluk yang tersisa untuk melawan kegelapan… adalah seorang yang tidak bisa mati."



Bell Grezros adalah mantan pangeran kerajaan Evenard yang kini hanya tinggal mayat hidup berjalan—kutukan dari perang besar yang membinasakan bangsanya. Direnggut dari kematian yang layak dan diikat dalam tubuh undead abadi, Bell kini menjadi makhluk yang dibenci manusia dan diburu para pahlawan.

Namun Bell tidak ingin kekuasaan, tidak ingin balas dendam. Ia hanya menginginkan satu hal: mati dengan tenang.

Untuk itu, ia harus menemukan Tujuh Artefak Archelion, peninggalan kuno para dewa cahaya yang dikabarkan mampu memutuskan kutukan terkelam. Dalam perjalanannya ia menjelajah dunia yang telah berubah menjadi reruntuhan, menghadapi para Archfiend, bertemu makhluk-makhluk terkutuk, dan menghadapi kebenaran pahit tentang asal usul kekuatannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia di Balik Topeng

Pertarungan di jalan Desa Varrik berakhir dengan darah hitam mengalir di celah batu. Nafas Bell teratur, namun matanya tak lepas dari bayangan yang sejak tadi mengikuti mereka.

Kabut mulai merenggang, dan dari atap rumah tua, sosok bertopeng itu akhirnya turun. Topengnya terbuat dari besi gelap, diukir simbol lingkaran retak. Mata di baliknya memantulkan cahaya merah samar, seperti bara yang nyaris padam.

Bell menegakkan pedang. “Kau yang memimpin mereka?”

Sosok itu tidak langsung menjawab. Ia melangkah pelan, suaranya terdengar seperti gema dari sumur dalam.

“Bell Grezros… pangeran yang menolak takdirnya. Sudah berabad-abad aku menunggu saat ini.”

Eryndra mengangkat busurnya. “Kalau kau musuh, selesaikan sekarang.”

Tangan sosok bertopeng itu terangkat, namun bukan untuk menyerang—melainkan melepas topengnya sedikit, hanya cukup untuk menampakkan sebagian wajah. Kulit pucat itu penuh retakan gelap, seperti retakan batu yang menyala dari dalam.

“Aku yang memberimu pedang itu,” katanya lirih, “dan aku yang menyelamatkanmu malam ketika Evenard jatuh. Tapi aku bukan penolongmu… Aku bagian dari kutukanmu.”

Bell menegang, ingatan kabur dari malam pembantaian kerajaan mulai muncul—kilasan pedang, teriakan, dan tatapan mata merah itu.

“Kenapa?” tanya Bell dingin.

“Karena kau akan membawaku… kepada fragmen terakhir.”

Sebelum Bell sempat merespon, sosok itu menghilang ke dalam kabut, meninggalkan hanya suara bergaung:

“Carilah aku di Menara Umbra… jika kau berani.”

Lythienne menatap Bell, matanya penuh tanya.

“Bell… siapa dia?”

Bell hanya terdiam, menggenggam pedangnya lebih erat. Di dalam dirinya, ada sesuatu yang mulai bergetar—campuran antara amarah dan rasa takut.

Kabut di Desa Varrik perlahan berubah menjadi pusaran tipis yang berputar mengitari jalan berbatu. Udara menjadi berat, seakan setiap tarikan napas memikul beban tak kasatmata.

Bell, Eryndra, dan Lythienne melangkah hati-hati. Bayangan rumah tua memanjang, namun anehnya… langkah mereka seperti tidak mendekati ujung jalan.

Tiba-tiba, bisikan samar terdengar di telinga Lythienne—suara perempuan yang lembut namun menggema seperti dari mimpi.

“Kau… yang terpilih…”

Lythienne menoleh, dan di sana, di antara kabut, ia melihat siluet pintu besar berukir simbol pohon bercahaya. Tidak ada yang lain melihatnya.

“Bell… Eryndra…” panggilnya pelan. Tapi saat ia melangkah, tanah di bawahnya retak seperti kaca, dan sebelum mereka sempat menggapainya—

—Lythienne menghilang.

Bell berlari, pedangnya terhunus. “LYTHIENNE!” teriaknya. Tapi yang tersisa hanyalah kabut, menutup celah retakan seperti menelan seluruh kejadian itu.

Eryndra menggertakkan giginya. “Itu… bukan sihir biasa. Aku tak merasakan aliran mana, tapi ada sesuatu yang menariknya keluar dari dunia ini.”

Bell menatap ke depan, matanya suram. “Menara Umbra… sepertinya mereka sudah memulai permainan mereka.”

Di tempat lain, Lythienne terbangun di ruangan gelap penuh cahaya bintang, meski tidak ada langit di atasnya. Dari kegelapan, langkah kaki mendekat. Sebuah suara dingin berbicara di belakangnya:

“Selamat datang di ruang antara waktu… pengembara kecil.”

Langkah kaki itu berhenti tepat di belakang Lythienne. Ia tak berani menoleh. Udara di sekitarnya dingin—bukan dingin angin, tetapi dingin yang menusuk tulang, seperti berdiri di antara bisikan kematian.

“Apa ini…?” gumamnya, suaranya nyaris tenggelam di keheningan.

Sosok di belakangnya bergerak, perlahan berjalan mengitari. Ia mengenakan jubah hitam panjang dengan hiasan benang perak membentuk rasi bintang yang berputar perlahan di permukaannya. Wajahnya tertutup topeng putih pucat tanpa lubang mata, namun Lythienne merasa tatapannya menembus jantungnya.

“Ruang ini adalah simpul di mana waktu dan takdir bersilang,” ucapnya. “Kau diundang… bukan sebagai tawanan, melainkan sebagai ujian.”

Lythienne mundur satu langkah, tangannya mencari gagang belatinya, tapi saat disentuh, senjatanya tak ada—seakan ditarik keluar dari keberadaannya.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanyanya, mencoba terdengar tegas.

“Yang kuinginkan? Hanya melihat… apakah kau akan tetap berdiri di sisi mayat hidup itu.”

Lythienne terdiam. Ia sadar yang dimaksud adalah Bell. “Kau bicara seolah Bell ancaman.”

Sosok itu condong ke depan, topengnya nyaris menyentuh wajah Lythienne. “Karena dia memang ancaman. Dia pembawa fragmen, dan fragmen itu haus… tidak hanya akan memakan musuhnya, tapi juga sahabatnya.”

Cahaya bintang di ruangan itu tiba-tiba berputar cepat, menciptakan jalur cahaya yang membuka pemandangan—Bell sedang berjalan di Desa Varrik, matanya redup, dan aura hitam samar keluar dari tubuhnya.

“Lihatlah, gadis peri… bahkan ia tidak sadar bahwa kutukannya semakin tumbuh.”

Lythienne merasakan dadanya sesak. Apakah ini kenyataan? Atau hanya ilusi yang ditanamkan untuk memecah belah mereka?

Namun sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, sosok bertopeng itu mengangkat tangan, dan dunia bintang runtuh menjadi kegelapan pekat.

“Buktikan pilihanmu, atau biarkan dirimu hilang di sini.”

Langkah Bell terhenti di tengah jalan berbatu Desa Varrik. Udara di sana terasa aneh—bukan dingin seperti malam biasanya, tetapi seperti udara kehilangan nyawanya.

“Lythienne…” Bell memanggil pelan, namun tak ada jawaban. Eryndra yang berjalan di sampingnya sudah lebih dulu meraih gagang pedangnya.

“Kau juga merasakannya?” tanya Eryndra.

Bell mengangguk. “Seperti… dia terhapus dari dunia ini. Bukan diculik, tapi benar-benar hilang.”

Mereka berdua memeriksa jalur setapak yang biasa dilewati Lythienne. Tanahnya basah, ada bekas jejak kaki… tapi berhenti begitu saja di tengah jalan. Tak ada tanda perkelahian, tak ada bekas darah—hanya keheningan yang mencekam.

Dari arah reruntuhan rumah tua di ujung desa, terdengar suara langkah pelan. Sosok pria tua muncul, membawa lentera yang redup.

“Kalian mencari peri itu?” suaranya serak, matanya berkilat aneh.

Bell menatapnya tajam. “Apa yang kau tahu?”

Pria itu tersenyum tipis, memperlihatkan gigi yang tak sempurna. “Ruang antara waktu telah membawanya… ke pengadilan takdir.”

Eryndra maju satu langkah, menodongkan pedangnya. “Bicaralah jelas, atau aku—”

Pria itu mengangkat tangannya, dan lentera di genggamannya berubah menjadi bola cahaya biru yang mengambang.

“Jika kalian ingin menjemputnya, kalian harus melangkah melalui Gerbang Lupa di ujung hutan. Tapi hati-hati… yang masuk tidak selalu bisa kembali dengan jiwa utuh.”

Bell menatap cahaya itu, matanya sedikit berkilat. Fragmen di dalam dirinya bereaksi—resonansi samar, seakan mengakui kebenaran kata-kata pria tersebut.

“Kita harus cepat,” gumam Bell.

Eryndra mengangguk. “Kalau itu jalan satu-satunya, kita masuk.”

Namun saat mereka melangkah, pria tua itu berbisik pelan—cukup keras untuk Bell mendengarnya:

“Kadang… yang hilang tidak ingin ditemukan.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!