NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupan Elena

Titik Balik Kehidupan Elena

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Keluarga
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.

Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.

Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Cinta satu malam

“Kau aman di sini. Tidak ada yang bisa masuk tanpa izin,” ucap pria itu sambil melepas jasnya dan melemparkannya ke sandaran sofa. “Mereka tidak akan menemukanmu kecuali aku mengizinkan.”

“Kau bisa saja mengizinkan,” kata Elena tajam.

Pria itu menoleh dan tersenyum tipis. “Kalau aku ingin menyerahkanmu, aku sudah melakukanya tadi.”

Elena menghela napas, lalu mendekat ke jendela. Tirai sedikit tersingkap, dan dari balik kaca ia bisa melihat gemerlap lampu jalanan yang terasa begitu jauh dan dingin.

“Siapa namamu?” tanya pria itu.

“Veronica.”

“Itu nama asli, atau?” tanya pria itu lagi.

Elena berbalik, melipat tangan di depan dada. “Kalau aku bilang asli, apakah kau akan percaya?”

Untuk sekarang, menyembunyikan nama asli serta asal usulnya lebih penting. Lagipula ini akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.

“Aku Andreas,” kata pria itu pada akhirnya.

Elena tidak menjawab, dia berjalan ke sofa dan duduk perlahan. Tubuhnya mulai terasa lelah setelah berlari dan bersembunyi.

Andreas menuangkan dua gelas minuman dari minibar. Menyerahkan salah satu gelas itu kepada Elena.

Elena menerimanya, tapi tidak langsung diminum. Beberapa detik sunyi berlalu, hanya suara detak jam di dinding.

“Jadi…” Elena menatap pria itu, “apa kau sering menyelamatkan wanita asing dan menyembunyikannya di kamar pribadimu?”

Andreas tersenyum miring. “Hanya ada satu wanita pembawa masalah dengan mata setajam pisau. Beruntung sekali wanita itu bertemu denganku lebih dulu."

Elena tertawa kecil, kalimat itu pasti tertuju padanya.

Andreas duduk di sofa seberangnya, menyesap minumannya perlahan. Matanya tak lepas dari Elena, seolah tengah menilai lebih dari sekadar wajah lelah atau pakaian yang ia kenakan.

“Kau belum minum,” katanya tenang.

Elena menatap gelas di tangannya. “Aku tidak minum dari orang asing.”

“Bijak,” jawab Andreas singkat, lalu menambahkan, “Tapi kalau aku mau mencelakakanmu, kau sudah tergeletak di lorong belakang sejak sepuluh menit lalu.”

“Bukan berarti aku akan langsung menyerah begitu saja,” balas Elena, lalu akhirnya menyesap sedikit minuman di tangannya. Hangat dan pahit, seperti malam ini.

“Jadi, siapa yang ingin membunuhmu?” tanya Andreas.

"Sepertinya kita tidak sedekat itu untuk membahas masalah pribadi," balas Elena di iringi senyum miring.

Mendengar jawaban itu, Andreas tersenyum tipis. Dia sangat suka dengan tipe wanita seperti ini. "Baiklah. Tidak masalah jika kau tidak ingin mengatakannya," balasnya.

Dua jam lebih mereka mengobrol ringan, tanpa mengusik privasi satu sama lain. "Sepertinya kau sudah mabuk, kau bisa tidur di sini malam ini," ucap Andreas kepada Elena yang sudah setengah sadar akibat alkohol.

Pada akhirnya Elena menghabiskan tiga gelas minuman keras tersebut, meskipun toleransi alkoholnya rendah. Dia hanya ingin melupakan masalah hidupnya sesaat.

Andreas menggendong Elena yang berbaring tak nyaman di atas sofa. Pria itu membawa Elena ke arah kasur yang biasa dia tempati jika berkunjung ke sini.

“Aku tidak ingin sendiri malam ini,” ucap Elena pelan, nyaris berbisik.

Andreas menatap wanita digendongannya sejenak. “Kau yakin?”

Elena menatap Andreas dengan sayu. Sebagai jawabannya, dia meraih kerah kemeja pria itu dan menariknya turun. Bibir mereka bertemu, panas, dalam, dan tanpa ragu sama sekali. Ciuman mereka tidak terburu-buru, tapi juga tidak pelan.

Andreas meletakkan Elena di atas kasur tanpa melepaskan tautan bibirnya. Dia mengukung tubuh mungil Elena, ciumannya beralih ke leher dan tulang selangka wanita itu.

Tangan Andreas menyusuri pinggang Elena, lalu naik ke punggungnya, membuka kancing satu per satu tanpa melepaskan bibir dari lehernya. Nafas Elena terputus-putus saat jemari pria itu menyentuh kulitnya, seolah membakar jalur nafsunya.

Mereka saling melepas pakaian, Andreas menunduk dan mencium setiap lekuk tubuhnya dengan lembut. Dada Elena naik turun, matanya terpejam, tapi tubuhnya justru semakin merespons.

“Aku belum pernah…” gumam Elena pelan.

Andreas mengangkat wajahnya, menatapnya dengan serius. “Aku tahu.”

Pria itu mencium Elena lagi, dan ketika tubuh mereka akhirnya bersatu, tidak ada yang ditahan. Suara, napas, cengkeraman tangan di punggung, desah yang tercampur dengan ketukan jantung mereka.

Semua terasa seperti pelarian, tapi juga pelampiasan. Tidak ada janji, tidak ada masa depan. Hanya malam ini, hanya mereka.

Dan saat semuanya memuncak di antara peluh, erangan, dan sentuhan yang semakin intens, Elena tidak menyesal dengan keputusan yang dia ambil saat ini.

...****************...

Cahaya matahari pagi menyusup masuk lewat celah tirai kamar, Elena membuka mata perlahan. Suara napas teratur di sampingnya menjadi satu-satunya yang ia dengar.

Andreas masih tertidur. Tubuhnya setengah tertutup selimut, wajahnya lebih tenang dari yang pernah ia lihat semalam.

Elena duduk perlahan di tepi ranjang, kakinya menyentuh lantai dingin. Dia berdiri dengan keadaan telanjang, tapi tidak merasa malu. Ia mengambil kemeja yang semalam ia kenakan dari lantai, menyusupkannya ke tubuh lalu mencari jeansnya yang terlempar ke dekat kursi.

Bagian bawahnya terasa sakit, tapi tangannya tetap bergerak cepat dan tenang. Ia menoleh sekali ke arah tempat tidur, Andreas masih menutup kedua matanya.

Dia tidak bisa terus berada di sini. Apa yang terjadi semalam hanyalah pelarian. Kesenangan sesaat, nafsu yang menyamar sebagai pelindung.

Dengan langkah mantap, Elena keluar dari kamar yang menjadi saksi bisu cinta satu malamnya bersama pria asing.

Begitu sampai di pintu klub, Elena berhenti sejenak. Menengok ke langit yang mulai terang, lalu melangkah pergi tanpa menoleh.

30 menit setelah kepergiannya, Andreas akhirnya terbangun. Pria itu mendesah pelan begitu menyadari jika wanita yang menghabiskan malam panas dengannya pergi tanpa satu patah kata.

Dia tahu Elena bukan wanita biasa. Dia bukan gadis yang akan menempel hanya karena merasa dilindungi. Tapi rasanya ada ruang yang mendadak kosong, wanita itu sudah berhasil menarik perhatiannya saat pertama kali bertatapan mata.

Andreas berdiri dan mengenakan celananya, lalu pria itu mengambil ponselnya yang semalam ia letakkan di atas meja.

Dia membuka CCTV klub yang terhubung langsung ke ponselnya. Ia memutar rekaman beberapa waktu terakhir.

Dan di sana...

Tampak Elena melangkah keluar dengan kemeja yang semalam ia kenakan. Rambutnya diikat tergesa, langkahnya cepat dan tanpa ragu. Dan akhirnya wanita itu menghilang dari sudut kamera.

Andreas terdiam, tapi tak lama kemudian pikirannya mulai bekerja lagi. Tentang siapa sebenarnya wanita itu, tentang siapa yang mengejarnya, dan kenapa. Meski hanya semalam, dia merasa seperti harus tahu lebih.

“Kau bodoh kalau berpikir aku akan berhenti di sini,” gumamnya.

Pria tersebut menekan sebuah nama yang tersimpan dalam kontak—orang kepercayaannya. “Cari dia, namanya Veronica. Aku ingin tahu ke mana dia pergi, dan siapa yang masih mengincarnya.”

Ia memutus panggilan sebelum orang itu sempat menjawab, matanya menatap ke luar jendela kamar.

Jika Elena berpikir hanya pertemuan satu malam, maka Andreas berpikir sebaliknya.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca🤗

1
neur
lanjuuuut KK 👍😎
Cha Sumuk
kirain setelah klr dr penjara lebih badas dn jd wanita tangguh eh ga taunya lemah lembek mf ga lnjut bc lh bikin greget aja
Sindy Puspita: Sebelumnya terima kasih sudah mampir🤗 kalau ada waktu lagi, bisa baca bab 10 ke atas ya kak, nnti bisa lihat balas dendam Elena di mulai
total 1 replies
Sindy Puspita
Yang mau ikutan ngelabrak si Sophia besok kumpul di pertigaan rumahnya Elena ya🤭
tutiana
cepetan Ndree,,, awas hilang jejak lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!