Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.
Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.
Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.
Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.
Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Menikmati Kemenangan.
Bab 27. Menikmati Kemenangan dengan Makanan Lezat.
Asap masih mengepul dari kawah tempat Skorax menghembuskan napas terakhirnya. Udara dipenuhi aroma belerang dan darah yang mengkristal, menciptakan kabut tipis berwarna merah gelap yang menggantung seperti selubung kematian di atas Lembah Lethe. Jeno berdiri di tengah kehancuran, napasnya teratur meski darah segar mengalir dari pelipis dan sudut mulutnya.
Tetapi ketegangan yang mulai mencair langsung berubah. Tim Serigala Pemburu berteriak kegirangan ketika levelnya meningkat drastis setelah membunuh dua ekor Wyvern. Dan juga mendapatkan gelar "Pemburu Wyvern". Tapi kegembiraan hanya sesaat ketika melihat Jeno terluka, tapi luka luar yang tidak berbahaya.
"Kak Jeno..." Doru bergerak maju dengan langkah hati-hati, tongkat penyembuhnya berkilau kehijauan. Matanya mengamati luka-luka di tubuh Jeno dengan keprihatinan yang tulus. "Izinkan saya mengobati luka-luka itu."
Jeno menoleh, seringai tipis masih menempel di bibirnya. "Silakan. Aku tidak akan menolak bantuan penyembuhan dari penyihir berbakat."
Doru mengangkat tongkatnya, mata terpejam dalam konsentrasi mendalam. "Cahaya suci, nafas kehidupan, alirkan energi penyembuhan melalui hambamu. HEALING POWER."
Lingkaran sihir hijau keemasan mekar di sekitar Jeno, cahayanya hangat dan menenangkan. Luka-luka di tubuhnya mulai menutup, kulit yang robek menyatu kembali, darah yang mengering rontok seperti kerak.
"Terima kasih," ucap Jeno sambil menggerakkan bahu, merasakan otot-ototnya yang kembali normal. "Sihir penyembuhanmu cukup impresif untuk ukuran penyihir tingkat minor."
Doru tersenyum, meski wajahnya masih pucat karena kelelahan magi. Sementara itu, Rinka berdiri di samping dua bangkai Wyvern yang berhasil ditumbangkan timnya, pencapaian yang seharusnya membanggakan, tapi sekarang terasa seperti tetesan air di samping tsunami kehancuran yang diciptakan Jeno.
"Dua ekor," gumamnya sambil menendang salah satu bangkai dengan frustrasi. "Hanya dua ekor dari ratusan Wyvern. Dan kita bahkan tidak bisa membawa mereka pulang." Ia menatap bangkai-bangkai itu dengan mata yang berkilat, bukan dengan kebanggaan, tapi dengan perhitungan ekonomis yang tajam. "Daging Wyvern dijual 50 koin perak per kilogram di pasaran. Tulang dan sisiknya bahkan lebih mahal lagi."
Jeno mengangkat alis, rasa penasaran yang tulus muncul di wajahnya. "Berapa nilai satu ekor Wyvern dewasa?"
Ren tertawa, suara yang masih bergetar karena adrenalin belum sepenuhnya mereda. "Satu ekor Wyvern biasa? Sekitar 100 koin emas. Tapi Skorax..." Ia menatap kawah tempat Wyvern Alpha tergeletak tak bernyawa. "Monster sebesar itu bisa bernilai 300, bahkan 500 koin emas."
"Dan kau baru saja menguangkan ribuan koin emas dalam hitungan menit," tambah Kael dengan nada yang bercampur kagum dan kesal.
Jeno terdiam sejenak, kemudian tersenyum, bukan seringai predator seperti sebelumnya, tapi senyuman yang hampir... manusiawi. "Kalau begitu, aku akan menyimpan bangkai yang kalian tumbangkan."
Tanpa menunggu jawaban, ia mengaktifkan sistem Item Box. Lingkaran cahaya biru muncul di udara, dan kedua bangkai Wyvern menghilang terserap ke dalam dimensi penyimpanan. Ia juga menyimpan semua Wyvern yang dikalahkan, tidak ketinggalan kristal sihir merah.
Jeno memberikan sepuluh butir kristal sihir kepada Tim Serigala Pemburu. Mereka menerimanya dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih.
"Sekarang," Jeno menatap gua raksasa tempat Skorax keluar, mulut gua menganga yang mengarah ke kedalaman gunung, di mana masih tercium aroma sesuatu yang lebih gelap dari sekadar belerang. "Ada yang ingin kuperiksa di dalam sana."
Tim Serigala Pemburu saling bertukar pandangan. Rasa senang berubah menjadi ketakutan di mata mereka, tapi sesuatu yang lain mulai mengambil alih, keingintahuan, dan mungkin, kepercayaan yang tumbuh terhadap kekuatan Jeno.
"Kami..." Rinka menarik napas dalam. "Kami mau ikut. Tapi..." Ia melirik teman-temannya yang jelas kelelahan. "Bisakah kami beristirahat sebentar? Mana kami hampir habis, dan stamina juga."
"Tentu saja." Jeno mengangguk, kemudian sesuatu melintas di matanya ketika muncul ide keinginan untuk membuat teman barunya senang. "Kalian lapar?"
Sebelum ada yang sempat menjawab, Jeno membuka interface sistem yang tidak terlihat oleh mereka. Menu "Universal Market" muncul di hadapannya, pilihan-pilihan makanan dari berbagai dimensi terpajang seperti katalog surga kuliner.
[Order confirmed. Delivery in 3... 2... 1...]
THUD!
Sebuah kardus besar bermaterialisasi di samping Jeno, jatuh dengan bunyi tumpul yang membuat semua orang terlonjak.
"Apa itu?" Doru mengangkat tongkatnya secara refleks, mata waspada menatap kardus misterius.
Jeno membuka kardus dengan gerakan dramatis, dan keluar aroma daging panggang bercampur keju leleh, rempah-rempah eksotis, dan sesuatu yang membuat air liur secara otomatis terproduksi dalam mulut. Enam pasang mata melebar, hidung mengendus-endus udara seperti binatang yang mencium mangsa.
"Pizza margherita, ayam goreng tepung keju, sandwich selai berbagai rasa, dan..." Jeno mengeluarkan kaleng-kaleng berkilau. "Minuman berkarbonasi rasa buah. Silakan."
Luna, yang sejak tadi berdiam dalam wujud serigala perak, tiba-tiba berubah. Cahaya lembut menyelubungi tubuhnya, dan ketika reda, seorang wanita dengan kecantikan yang memukau berdiri. Rambut perak panjangnya bergelombang seperti sutra, mata biru safirnya berkilat, dan tubuhnya... bahkan dalam balutan gaun putih sederhana yang terbentuk dari energi magi, setiap lekuk tubuhnya memancarkan aura yang membuat tiga pria di Tim Serigala Pemburu menelan ludah secara bersamaan.
"Makanan ini..." Luna berkata dengan suara yang lembut seperti lonceng perak, "baunya mengingatkan saya pada hidangan para dewa."
Rinka dan Doru sebagai sesama wanita, langsung merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan menggelitik perut mereka. Bukan karena lapar.
"Cantik sekali..." bisik Ren, hampir tanpa sadar.
"Seperti bidadari turun dari langit," tambah Kael.
"Aku rasa aku jatuh cinta," Toma bergumam.
"HEY!" Rinka dan Doru berteriak bersamaan, wajah mereka memerah, entah karena malu atau kesal.
Jeno mengambil sepotong pizza, gigitan pertamanya menghasilkan suara kepuasan yang dalam. Luna mengikuti, mata biru safirnya melebar ketika rasa keju leleh dan daging berbumbu menyentuh lidahnya.
"Ini..." Ia menatap pizza dengan ekspresi yang hampir religius. "Ini yang terbaik yang pernah kumakan dalam seribu tahun hidupku."
Tim Serigala Pemburu tidak memerlukan undangan kedua. Mereka menyerbu makanan seperti pasukan yang baru saja selamat dari pertempuran. Ekspresi wajah mereka berubah dari skeptis menjadi terkejut, kemudian menjadi kebahagiaan murni.
"Makanan apa ini?!" Ren berteriak sambil mengunyah ayam goreng dengan mata berair bahagia.
"Rasanya seperti... seperti daging yang diberkati para dewa!" Doru menambahkan.
Atmosfer yang tadi mencekam dan dipenuhi aroma kematian tiba-tiba berubah menjadi piknik yang menyenangkan. Tawa dan pujian beterbangan di udara, menggantikan ketegangan yang menggantung sejak mereka tiba di Gunung Sesat.
"Jika kau terus memberikan makanan seperti ini," Rinka berkata sambil menyeka keju dari sudut bibirnya, mata berkilat dengan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa terima kasih, "aku akan mengikutimu sampai ke ujung dunia."
Kemudian, dengan keberanian yang mungkin dipicu oleh euforia kuliner, ia menambahkan dengan nada menggoda: "Bagaimana kalau kau menjadi kekasihku, kak Jeno? Aku janji akan jadi istri yang baik."
CRASH!
Luna menjatuhkan potongan pizza yang sedang dimakannya. Mata biru safirnya berkilat dengan sesuatu yang berbahaya.
"Tuan Jeno adalah MILIK-KU," ucapnya dengan suara yang tetap lembut tapi mengandung otoritas yang membuat udara bergetar. "Hanya aku yang berhak menjadi pendamping tuanku."
Jeno tersedak minumannya. "Luna, apa yang—"
Ia teringat dengan misinya sehingga mengurungkan niat untuk menegur.
"Tapi aku ingin memiliki banyak istri," Jeno berkata secara refleks, kemudian langsung menyesali kata-katanya ketika melihat ekspresi Luna yang marah. "Maksudku, seorang pria kuat seharusnya memiliki banyak pendamping yang kuat juga, bukan?"
Tetapi, ucapannya semakin membuat Luna melotot. Dalam hatinya. "Astaga, kenapa aku malah memperburuk situasi?"
Luna bangkit, berjalan dengan gerakan yang mengalir seperti air, kemudian duduk di pangkuan Jeno dengan gerakan yang sangat posesif. Wangi rambutnya yang seperti bunga liar di pagi hari membuat Jeno menegang.
"Tuan," bisiknya menggoda di telinga Jeno, suara serak yang membuat lima orang lainnya menelan ludah, "makhluk suci seperti aku bisa menjadi pasangan ras mana pun, jika kita menginginkannya. Pertanyaannya adalah..." Jarinya menelusuri dada Jeno dengan perlahan. "Apakah tuan menginginkannya?"
Jeno terbatuk-batuk, wajahnya memerah. Ia tidak menyangka ekspresi Luna berubah seketika. Dalam hati, "ini sudah terlalu jauh! Aku tidak mungkin berpacaran dengan Lupharion! Itu... itu..."
"Aku..." Jeno berusaha menemukan kata-kata yang tepat tanpa menyinggung makhluk primordial yang sangat kuat dan sekarang sedang duduk di pangkuannya. "Aku lebih tertarik pada... manusia. Atau demi-human. Sesuatu yang... lebih..."
"Manusiawi?" Luna menyelesaikan dengan nada yang sedikit dingin. "Bukannya sekarang aku sudah jadi manusia?"
"Ya, itu... Kamu manusia cantik," Jeno mengangguk cepat agar tidak membuat Luna marah.
Rinka dan Doru saling bertukar pandangan, kemudian berkata bersamaan: "Kalau begitu, kami bersedia!"
"TIDAK TAHU MALU!" Ren, Kael, dan Toma berteriak bersamaan, tapi ada sedikit kekaguman dalam suara mereka.
Luna bangkit dari pangkuan Jeno, berdiri dengan postur yang menekankan setiap lekuk tubuhnya. "Baiklah," katanya dengan suara yang berbahaya manis. "Jeno memang milik-ku. Tapi..." Ia menatap Rinka dan Doru dengan mata yang menilai. "Kalian bisa jadi... selir." Ia kembali duduk di pangkuan Jeno dengan senyuman penuh kemenangan.
"SELIR?!" Rinka dan Doru berteriak bersamaan, wajah mereka merah padam.
Jeno menutup wajah dengan telapak tangannya. Dalam hati. "Bagaimana situasi bisa berubah jadi seperti ini? Aku hanya ingin beristirahat sebentar sebelum menjelajahi gua... Wanita sulit dipahami!"
Suara tawa kristal Angelina bergema di kepalanya, suara yang hanya bisa didengar Jeno.
"Ini sangat menghibur," komentar asisten sistemnya. "Tidak kusangka Tuan akan terjebak dalam situasi harem sejak awal petualangan."
"Angel," Jeno bergumam dalam hati, "kau sistem yang mesum."
"Aku hanya mengobservasi," Angelina tertawa lagi. "Tapi kurasa Tuan perlu segera mengalihkan perhatian mereka sebelum situasi benar-benar tidak terkendali."
Jeno mengangkat tangan, berusaha meredakan situasi. "Baiklah, baiklah! Mari kita fokus pada hal yang penting dulu." Ia bangkit, mengabaikan tatapan kecewa dari Luna yang kehilangan tempat duduk empuknya. "Aku baru saja mendapat skill baru setelah mengalahkan Skorax."
Interface sistem muncul di hadapannya, menu skill berkilau dengan tambahan baru:
[SKILL BARU DIPEROLEH:]
Gravity Manipulation Rank S. Level 1/10
- Deskripsi: Kemampuan memanipulasi medan gravitasi dalam radius terbatas. Efek meningkat seiring level skill.
- Efek saat ini: Gravitasi +50%, mengurangi sihir lawan -50% dalam radius 15 meter.
Healing Rank S. Level 1/10
- Deskripsi: Kemampuan meregenerasi diri secara otomatis dan menyembuhkan rekan yang diinginkan.
- Efek saat ini: Memulihkan luka luar 50%
Dominasi Telepatik Rank S. Level 1/10
- Deskripsi: Melakukan komunikasi pikiran sejauh 150 meter dari rekan.
Semburan Belerang Hitam Rank S. Level 1/10
- Deskripsi: Sihir yang mengeluarkan api hitam pada multi target.
Pemutus Sihir Rank S. Level 1/10
- Deskripsi: Membatalkan sihir lawan secara instan.
"Skill apa?" Tanya Luna dengan ekspresi wajah penasaran.
"Gravitasi dan Penyembuh," Jawab Jeno yang hanya menyebutkan dua skill saja agar tidak banyak pertanyaan, matanya berkilat dengan kemungkinan-kemungkinan baru. "Ini bisa berguna."
Luna, yang masih sedikit kesal dengan Rinka dan Doru, teralihkan perhatiannya dari diskusi tentang status hubungan mereka, ia memeluk lengan Jeno dengan anggun. "Skill itu sangat langka, Tuan. Bahkan di antara Naga Kuno, hanya yang paling kuat yang bisa memanipulasi gravitasi."
"Yang berarti," Jeno menatap gua Skorax dengan minat yang baru, "apa pun yang ada di dalam gua itu, kemungkinan besar berkaitan dengan sumber kekuatan gravitasi Skorax."
Rinka dan Doru, yang masih tersipu karena diskusi tentang selir, berusaha mengembalikan fokus mereka. "Jadi... kita benar-benar akan masuk ke dalam gua itu?"
"Tentu saja," Jeno tersenyum, kali ini seringai predator kembali muncul. "Bagaimanapun juga, petualangan sejati baru saja dimulai."
Ia menatap Tim Serigala Pemburu yang sudah mulai pulih berkat makanan lezat dan istirahat singkat. "Kalian siap untuk melihat apa yang bersembunyi di kedalaman Gunung Sesat? Sesuatu yang mungkin lebih berbahaya dari Skorax?"
Lima pasang mata menatap mulut gua yang gelap, kemudian kembali ke Jeno. Dalam mata mereka, ketakutan masih ada, tapi sekarang bercampur dengan sesuatu yang lain. Kepercayaan. Keingintahuan. Dan mungkin, sedikit kegembiraan karena menyadari bahwa mereka sedang mengikuti seseorang yang bisa melindungi mereka.
"Kami siap," kata Rinka, suaranya lebih kuat dari sebelumnya.
"Selama ada makanan enak dan perlindungan dari Lupharion cantik," tambah Ren dengan nada semangat.
Luna tersenyum, tapi bukan senyuman manis, tapi seringai yang menunjukkan taring putih. "Oh, kalian akan mendapat perlindungan. Pertanyaannya adalah: apakah kalian siap untuk melihat apa yang akan terjadi ketika Tuan Jeno benar-benar serius?"
Tim Serigala Pemburu berpikir Lupharion lebih kuat dari Jeno. Oleh karena itu, mereka mengandalkan Luna karena sesama Ras Beastkin.
Angin dingin bertiup dari mulut gua, membawa aroma yang lebih gelap dari belerang: aroma sesuatu yang sangat tidak nyaman, dan sangat menyesakkan dada. Mereka merasa ada sesuatu di dalam gua yang sangat mengerikan.
Situ Sehat ??!