NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 9

...-Jangan main-main sama hatiku, aku cuman punya satu hati dan itu sudah sangat lelah sekali-...

...***...

Teriakan Ayara menarik perhatian Emran. Pemuda berkacamata ini lekas keluar dari minimarket.

Mengenali yang berteriak adalah temannya, Emran langsung berlari menghampiri dan hendak menghajar Barrata. Beruntung Yara langsung menarik tangan Emran.

"Enggak, Emran. Ini salah paham, aku kenal dia." Mengingat Barra adalah seorang artis, Yara langsung memasang badan, melindunginya yang menutup wajah. Rasa perih sangat terasa, Barra rasanya ingin berteriak kuat-kuat, namun, dia tahan.

"Bukannya tadi kamu minta tolong!" ujar Emran.

"Aman, aku salah liat tadi, dia kenalan aku," ujar Yara berusaha meyakinkan Emran.

Emran mundur selangkah, memerhatikan wajah pria yang tertutup kedua tangannya itu. Pria itu nampak kesakitan, "Dia kenapa?"

"Anu ...." Sembari memilin ujung kerudung besar yang dia kenakan. Yara sungguh sangat merasa bersalah pada Barra. "Aku menyemprotnya dengan cairan merica."

Seketika Emran bertepuk tangan, dia juga terkekeh.

"Kamu hebat." Dua jempol Emran hadiahkan untuk Yara, sementara Barra masih merintih kesakitan.

"Aku permisi, dia harus segera diobatin." Gadis manis pemilik tinggi tak seberapa ini menarik lengan Barra, dan melangkah pergi dari hadapan Emran. Sang sahabat melambaikan tangan dan masih dengan tawa.

"Saya mau dibawa kemana?!" Terseok-seok Barra ditarik paksa oleh Yara. Gadis ini seolah berlomba dengan waktu, sebab tak ingin membuat cidera di wajah sang aktor ternama.

Sesampainya di rumah, dia mendudukkan Barra di ruang tamu, menghidupkan kipas angin dan meletakkannya di hadapan pria ini.

"Ini nggak membantu, setidaknya saya harus mandi, Bu Yara." Penuturan Barra membuat mata Yara terbelalak. Bagaimana bisa terkena semprotan merica mengharuskan dirinya mandi. Sedangkan keadaan Barra sekarang terlihat tak seburuk dugaan Yara

"Ma ... mandi?" Yara tergagap.

"Ini panas, pedas, selain muka, badan saya juga kena cairan merica. Gimana kalau badan saya luka? Anda bisa tanggung jawab?"

Rentetan celoteh Barra menyumbat tenggorokan Yara, dia kesulitan menelan air ludah. Gadis ini juga terlihat mengusap wajah. Tak terbayangkan jika apa yang Barra katakan terjadi, sebab orang yang telah dia celakai adalah seorang artis.

Penuh tekanan Yara mengulum bibirnya yang nampak kering, dalam rasa ketakutan dia mengipas wajah Barra dengan kedua tangan, berharap dapat menambah angin yang menyapu wajah Barra.

"Pak Barra, kalau memang harus bertanggung jawab, saya siap kok. Tapi, kita tau saya orang susah. Saya bakal ganti rugi dengan cara mencicil, sampe seumur hidup pun bakal saya cicil." Yara diam sejenak, memerhatikan wajah Barra. "Ngomong-ngomong, wajah anda nggak terlalu parah kok, cuman merah di pipi sampe rahang doang. Itu juga sedikit, sedikiiitt banget."

"Jadi maksud anda kalau cuman cidera sedikit nggak perlu tanggung jawab, gitu?" tatapan mengintimidasi seorang Barra mulai menghujani Yara, membuat gadis ini langsung menunduk.

"Enggak. Saya tanggung jawab kok. Sekarang saya harus apa?"

"Bantu kompres muka saya," pinta Barra.

"Ehem." Yara berdehem "maaf sebelumnya, Pak. Saya tau ini kesalahan saya, tapi kita bukan mahram, nggak boleh bersentuhan."

Ada senyuman kecil yang terbit di wajah Barra, namun, Yara tak melihatnya. "Kenapa?" tanya pria ini kembali memasang wajah datar.

"Nggak boleh, bukan mahram. Anda ngerti 'bukan mahram' nggak?"

Kembali sebuah senyuman kecil terbit di wajah Barra.

"Persetan dengan mahram atau bukan. Yang jelas sekarang kita cuman berdua, dan semua orang tau saya pria mapan dengan wajah yang tampan. Anda nggak tertarik untuk mendekati saya?"

"Enggak!" jawab Yara tegas.

"Kenapa?"

"Tidak semua tanya harus ada jawabannya, Pak Barra," ujar Yara lagi.

Barra berdiri, dia mendekati Yara Wanita dengan kerudung besar berwarna abu-abu ini berjalan mundur demi menjaga jarak dari dirinya. Langkah mundur itu terhenti setelah tubuhnya menyentuh dinding, dan Barra pun menghentikan aksinya saat itu juga.

"Ibu guru Yara, oh salah. Nona Ayara ... terus terang saya tertarik dengan anda. Kalau enggak, mana mungkin saya jagain anda dari belakang pas pulang dari rumah saya."

Glek ... Yara menelan air ludah yang terasa berat.

"Ma ... maaf, Pak. Kalau keadaan Bapak sudah lebih baik, silakan pulang. Jangan sampai kita kepergok warga berduaan di jam segini."

Barra tertawa singkat, memperlihatkan pesonanya di hadapan Yara. "Sudah, nggak usah tegang. Saya bakal balik. Dan terimakasih sudah nemenin Arum main hari ini."

"Hem," sahut Yara canggung.

Barra melangkah hendak pergi dari rumah Yara, namun, gadis itu memanggilnya dan bicara. "Lain kali jangan ngomong kayak gitu sama perempuan. Takutnya Bapak bikin hati orang lain berharap. Main-main sama perasaan orang lain itu nggak baik, Pak."

"Main-main? Maksud anda tadi saya bercanda? Saya serius dengan ucapan saya tadi, Nona Ayara." Dalam sekali, tatapan Barra pada Yara membuat gadis ini merasakan panas di wajahnya.

Pandangan mereka beradu, Yara dengan berani menatap dalam pada manik pekat Barra.

"Aku serius, Yara. Aku beneran ada rasa sama kamu."

Tak ada kata 'Saya' juga 'Anda'. Barra seolah memutus batas yang semula ada di antara mereka.

Gadis itu terdiam, ia kehabisan kata-kata.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Jada diri kamu baik-baik. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Yara membiarkan Barra menghilang dari balik pintu.

Sedetik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Yara berjalan menuju sofa dan mendudukkan diri di sana. Wajahnya terasa panas setelah bicara banyak dengan Barra. Sungguh, dia tak menyangka seorang Barrata berkata tertarik dengan dirinya. Ck! Dasar hatinya lemah, baru segitu saja sudah salah tingkah. Mengingat kehidupan dirinya dan Barra sangat jauh berbeda, cepat-cepat Yara menyadarkan diri dengan menepuk kedua pipinya.

Saat itu pintu rumahnya kembali terbuka, lagi-lagi jantungnya nyaris merosot ke lantai.

"Aish! Latif. Nggak bisa apa kalau masuk rumah tu ngucap salam!" hardik Yara sembari memegangi dada.

"Galak banget sih, Neng. Iya deh lain kali bakal ucap salam. Sekarang kita makan dulu, yuk. Nih, aku bawa terang bulan sama nasi goreng. Kita makan sama-sama, ya."

"Kamu dapat dari mana?"

"Beli, memangnya ada yang mau ngasih cuma-cuma?"

"Duit dari mana?" tanya Yara lagi.

"Ya ... uang aku dong," jawab Latif yang membuat kening Yara berkerut.

Melihat kerutan di kening keponakannya, Latif lantas berkata. "Tenang saja, ini dibeli pakai uang halal. 100 persen halal."

"Yakin?"

"Yakin dong," jawab Latif lebih meyakinkan.

Yara terlihat masih ragu, lantas Latif kembali berkata. "Kita makan aja dulu, nanti aki cerita dapat duitnya dari mana."

"Yang pasti uang halal?" tanya Yara lagi dan lagi.

"Iya, yakin. Mau aku bersumpah?"

Kedua tangan Yara langsung bergerak cepat, menolak tawaran sang paman. "Nggak usah."

Latif tersenyum, dia menuju dapur untuk mengambil beberapa piring dan sendok. Di tengah malam itu mereka berdua menikmati nasi goreng dan kue terang bulan bersama. Mereka saling bercerita dan sedikit bercanda. Setidaknya Yara tertawa saat Latif melontarkan canda.

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen dan saran yang membangun, ya....

1
ZasNov
Ngalah aja dulu Barra, daripada Yara ngambek & kabur lagi..
ZasNov
Ga yakin deh, kayaknya bakalan bocor mih kabarnya 😆🤣
ZasNov
Hadeuh Yara, ngakak deh 🤣🤣🤣
ZasNov
Heh Emran, jangan aneh. Masa bawa kabur istri orang 😖
ZasNov
Nah kan, malah jadi tau dari orang lain bukan suami sendiri
ZasNov
Barra pasti ingin melindungi Yara supaya tidak stres dengan pemberitaan diluar sana. Tapi Yara juga butuh penjelasan biar ga bingung..
ZasNov
Wajar kalau keluarganya emosi, kasian Yara jadi dibenci netizen.. 😖
ZasNov
Jangan takut karir hancur ya Barra, yang terpenting kamu tidak sampai menyakiti Yara..
ZasNov
Waduh heboh nih, wartawan bakalan cari info nih tentang Yara..
ZasNov
Mana yang suka sama Yara bukan cuma Jefrey, sekarang tambah Arvin sama Hariz juga 😆
ZasNov
Hariz kayak udah jadian aja sama Yara 😆
Istri orang tuh, tar kamu patah hati...
ZasNov
Nah lho, Yara keceplosan bilang udah nikah. Tapi malah Nanda yang ga percaya 😄
ZasNov
Waduh jawaban Yara bisa bikin geer sekaligus salah paham nih 😅😆
ZasNov
Arvin cari masalah sih, orang lagi kesel dibikin tambah kesel 😆🤣
ZasNov
Jelas cemburu banget, Barra pasti ngerasa kalau Yara masih ada perasaan ke Jefrey..
ZasNov
Perasaan Yara sm Jefrey ternyata masih ada & sulit dihapus.. 😖
ZasNov
Wah Jefrey sama Barra ada di tempat yang sama.. Tar mereka bakalan ketemu ga ya? sama pasangannya masing2 jg gt 😄
ZasNov
Waduh Hariz, kamu cari mati nih. Bisa murka Boss kamu 😆
ZasNov
Ganggu aja nih, tamu tak diundang 😮‍💨
ZasNov
So sweet, udah jadi pasangan suami istri seutuhnya 🥰🤍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!