Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Balas Satu Persatu
"Nona Anna maaf, saya sudah berusaha memberitahu nona ini, kalau..."
"Nona ini, nona ini? memangnya kamu tidak tahu siapa aku? menyebalkan! aku Gina Wiguna"
"Gina, kenapa marah-marah?" tanya Anna yang mencoba menahan dirinya.
Sebenarnya dia sudah sangat kesal pada Gina. Wanita itu sungguh bermuka dua. Anna memperlakukannya sebagai sahabat, bahkan nyaris sudah seperti saudara. Tapi Gina, malah menusuknya dari belakang. Bahkan memberinya racun dan membakarnya hidup-hidup.
Dengan tangan terkepal, Anna masih berusaha untuk tersenyum pada Gina.
"Jika ingin pakaian ini, ambil saja! aku akan pilih yang lain" kata Anna dengan santai.
Gina tersenyum senang. Dia bahkan mendorong manager butik itu dan merampas gaun yang tadi mereka ributkan.
Brukk
"Sudah aku katakan kan? aku adalah sahabat Anna. Dia akan memberikan apapun yang aku mau. Kamu ini pelayan bodohh, mana atasanmu. Biar aku adukan sikap lancangmu ini dan kamu dipecat!"
Gina semakin besar kepala.
Anna membantu manager itu untuk bangkit.
"Berikan gaun itu padanya, tambahkan beberapa zamrud lagi dan berlian untuk kancingnya. Kirim tagihannya ke perusahaan Wiguna. Ini adalah balasan yang sangat bagus untuknya yang telah bersikap semena-mena untukmu. Paham kan?" bisik Anna pada manager itu sementara Gina tengah melihat betapa cantiknya gaun pilihan Anna itu.
Manager itu mengangguk paham. Dia segera pergi, dan Anna menghampiri Gina.
"Gaun itu memang lebih cocok untukmu. Aku tidak mau terlihat mencolok. Aku mau pakai gaun yang itu saja!" tunjuk Anna pada gaun berwarna pastel kehijauan yang ada di depannya.
Gina pun mengikuti arah telunjuk Anna. Gina tersenyum, gaun itu sangat sederhana.
'Bodohh, gaun itu akan membuatmu terlihat seperti tamu. Bukan yang punya acara. Bagus! pakai saja itu Anna. Kamu memang tidak akan pernah tampil lebih baik dariku!' batin Gina senang.
"Itu juga bagus. Itu sangat cocok untukmu!" kata Gina.
Gina mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan bayar dulu. Kamu mau kemana setelah ini?" tanya Gina.
"Aku mau kuliah, kamu tidak pergi?" tanya Gina.
Anna menggelengkan kepalanya.
"Aku masih sakit kepala, kata ayah, aku sudah di ijinkan tidak masuk sampai lusa. Kalau begitu hati-hati di jalan"
"Tentu saja! oh ya... tolong bungkuskan ini untukku ya!" kata Gina menyerahkan gaun di tangannya pada Anna.
Anna menerima gaun itu sambil tersenyum.
"Oke, aku akan minta kasir membungkusnya dengan hati-hati dan mengirimkan ke rumah mu!" kata Anna.
Ucapan Anna itu terdengar tulus, dan ekspresi wajahnya terlihat sangat polos.
Gina makin bersorak dalam hatinya.
'Heh, dasar bodohh. Dia masih sangat penurut dan polos. Dia bahkan memberikan gaunnya yang mahal untukku. Tidak tahu saja dia, bahkan kekasihnya adalah ayah dari anak yang aku kandung' batin Gina yang segera pergi meninggalkan tempat itu.
Anna menuju ke kasir, dimana manager tadi ada di sana.
"Ingat apa yang aku katakan tadi kan? lakukan seperti itu. Kirim tagihannya ke Tommy Wiguna!"
"Baik nona"
"Dan bungkuskan aku setelan jas dengan kemeja yang senada dengan gaun itu!" Tunjuk Anna pada gaun yang lain, bukan gaun pastel tadi. Tapi pada gaun berwarna merah hati, modelnya terlihat sangat cantik, seperti bangsawan Portugis.
"Baik nona"
"Ini kartunya, ambil sepuluh persen dari harga pakaian untuk tips-mu!"
Manager itu segera terperangah. Sepuluh persen dari 300 juta. Dia benar-benar terkejut.
"Terimakasih banyak nona!"
Anna tersenyum.
'Paman Tommy, ini adalah hadiahku. Karena sudah memberi pekerjaan pada Ferdi. Paman harus bayar mahal gaun itu, aku pesan dengan harga 450 juta, tapi kamu akan bayar tiga kali lipat dari itu' ujarnya senang dalam hati.
Anna membalas satu persatu, untuk orang-orang yang sudah dia perlakuan sangat baik. Tapi malah memperlakukan dirinya sangat kejam di akhir hidupnya.
**
Malam harinya, setelah makan malam. Anna buru-buru meninggalkan meja makan.
"Anna, ada paket dari butik. Sudah ada di kamarmu!" kata Fania.
Sambil berjalan dengan cepat ke kamarnya, dia menyatukan jempol dan telunjuk tangannya membentuk lingkaran dan mengedipkan sebelah matanya.
Fania hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Bu, aku rasa otaknya bermasalah setelah dia jatuh ke kolam"
"Kamu bicara apa sih, Anton?" tanya Fania yang kurang senang sebenarnya, Anton mengatakan hal seperti itu tentang adiknya.
"Aku bicara benar, Bu. Di mobil, tadi pagi. Dia memblokir nomor Ferdi. Itu adalah hal paling tidak mungkin yang akan di lakukan oleh Anna kan?" tanya Ferdi.
Fania segera menunjukkan keheranan. Benar juga, hal itu adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan oleh Anna. Jika Ferdi tidak menghubunginya satu hati saja, dia akan uring-uringan, dia akan memarahi para pelayan, dan akan mogok makan. Sampai pada akhirnya, Fania yang harus memberikan Anna kartu kredit untuk menyenangkan Ferdi, supaya menghubungi Anna lagi.
"Benarkah?" tanya Rio.
Anton mengangguk cepat.
"Iya"
"Tapi itu bagus, aku memang tidak suka si Ferdi itu. Semoga saja, ini bukan hanya rencana Anna untuk memberi kejutan pada pria itu"
Anton mengangguk setuju dengan apa yang ayahnya katakan.
Anna sudah berada di kamarnya, dia melakukan panggilan video dengan Frans.
"Mas..."
[Anna, sebentar. Aku masih di pabrik. Aku akan minta ijin keluar, sebentar ya!]
Anna mengangguk dengan cepat. Tapi, karena panggilan itu belum berakhir. Anna bisa mendengar kalau sepertinya mandor Frans marah pada Frans, karena dia minta ijin keluar.
Setelah beberapa saat, suara mesin tak lagi terdengar. Frans tersenyum pada Anna.
"Mas dimarahi ya? maafkan aku!" kata Anna yang merasa bersalah, gara-gara dia menelepon Frans, pria itu malah di marahi atasannya.
[Tidak Anna, cara bicara pak Willy memang seperti itu. Dia tidak marah]
Anna tahu Frans berbohong.
'Tunggu aku tunjukkan semua lukisanmu itu pada paman Matthew mas. Kamu tidak perlu kerja susah payah begini lagi' batin Anna.
"Mas, besok aku ke rumah ya. Tapi aku tidak mau bertemu Ferdi, jadi telepon aku jika Ferdi sudah pergi dari kontrakanmu..."
[Anna, maaf. Besok aku harus bekerja]
Anna terdiam. Tapi dia punya ide lain.
"Em, baiklah. Kapan mas istirahat? aku akan datang saat istirahat siang!"
[Jam 1]
"Baiklah, aku akan ke perusahaan pengiriman barang itu jam 1. Aku tunggu di depan gerbang ya mas"
[Anna, tapi...]
"Sampai bertemu besok, jangan terlalu lelah. Mas harus sayangi tubuh mas juga. Kalau tidak, siapa yang akan aku peluk di masa depan nanti"
Tut Tut Tut
Anna menutup panggilan video itu. Anna memegang kedua pipinya dengan tangannya.
"Ya ampun, apa yang sudah aku katakan? aku cegil sekali" gumamnya dengan pipi yang sudah merona merah.
Sementara di tempatnya berada. Frans juga masih terlihat kaget. Tapi beberapa detik kemudian, lesung pipi di wajahnya terlihat.
"Anna, jika ini hanya permainanmu untuk memberi kejutan Ferdi. Aku sama sekali tidak keberatan!" ujarnya dengan ekspresi penuh makna.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣