Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11_Persaingan
Raya tidak percaya dengan apa yang saat ini di lihatnya. Key si kutu buku dengan kacamata bulatnya berubah menjadi pria tampan seperti pangeran tak bersayap. Pangeran tak bersayap? Gadis itu tersenyum menertawakan dirinya sendiri. Memangnya ia pernah melihat pangeran tanpa sayap? Dimana mana mereka mengistilahkan seseorang seperti 'Malaikat tak bersayap' bukan Pangeran tanpa Sayap.
Raya menopang dagu dengan kedua tangannya, matanya terus menatap key yang sedari tadi fokus pada buku tebalnya. Hanya penampilannya saja yang berubah tapi sikap dan kebiasaannya tidak sama sekali berubah. Matanya terus memperhatikan wajah Key, hidungnya mancung, alisnya tebal dan matanya? Sangat menyejukkan. Raya merasa nyaman saat matanya tenggelam kedalam mata milik key.
Alisnya berkerut mengingat sesuatu yang membuat kepalanya berfikir keras " Key. Dia pria itu?!" Gumamnya pelan.
" Key," Mata key teralihkan dari buku yang sedang di bacanya, menoleh kesamping kanan mendapati orang yang baru saja memanggilnya.
" Lo, lo yang nabrak gue malam itu kan?" Tanya Raya memastikan. Ia sangat yakin jika yang waktu itu menabraknya adalah Key. Bahkan jika di ingat-ingat kembali dan di lihat dari samping key Sangat mirip dengan pria itu.
" Lo masih inget kejadian itu?" Tanya Key balik. Mata Raya berbinar, bahkan gadis itu tersenyum merekah membuat siapa saja akan terpesona akan pesonanya.
" Tentu. Jadi lo pria yang waktu itu nabrak gue? Astaga pantesan aja gue merasa nggak asing pas liat muka Lo waktu itu," Tutur Raya.
" Terus?" Key mengangkat alisnya setengah meminta penjelasan dari pertanyaan Raya.
" Lo tuh kebangetan. Ngilang tiba-tiba bikin orang panik,"Tutur Raya menjelaskan " Lain kali kalo nggak masuk kuliah kasih kabar Key jangan kaya kemaren lagi. Kita kelimpungan nyariin Lo. Mana nggak ada satupun orang yang punya nomor Lo lagi, apa lagi alamat rumah lo."
" Kami? Siapa?" Tanya Key kembali. Dia menutup buku yang sedang dibacanya. Menarik kursinya agar menghadap pada Raya.
" Kami?!" Ulangi Raya terlihat bingung. Selama ini yang merasa kehilangan Key hanyalah dirinya saja" Maksudnya tuh gue. Gue tau Lo nggak pandai bergaul sama anak-anak yang lain, Lo juga nggak punya temen. Tapi setidaknya kabari pihak kampus. Jangan di ulangi lagi ya, gue bener-bener khawatir. Apalagi kejadian terakhir yang menimpa Lo itu, gua takut lo kenapa-napa."
" Percuma ngasih kabar, toh nggak bakal ada yang peduli juga. Seperti kata Lo tadi gue nggak punya teman di sini!"
"Gue teman lo!" Serga Raya " Semenjak kita saling tau nama masing-masing maka hari itu juga kita sudah resmi berteman. Gue masih terbayang terakhir kita ketemu, lo terlihat kacau dengan luka luka di tubuh Lo itu. Dan secara misterius Lo juga menghilang dari kami seperti di telan bumi!"
" Gue pikir lo..."
" Sudah meninggal begitu?" Key terkekeh pelan lalu menatap serius pada manik hitam milik Raya setelah menghentikan tawanya.
Raya menelan salivanya kasar. Ia baru sadar jika tatapan Key terlihat menghunus dan mematikan sehingga membuatnya gugup. Berbeda dengan Key yang kemarin, pria itu enggan untuk mengangkat kepalanya bahkan untuk menatap lawan bicaranya. Tapi berbeda dengan Key yang sekarang Pria itu terlihat angkuh dan dingin Seperti tatapan milik Shaka.
" Lo suka sama gue?"
" APA?!" Raya membulatkan matanya terkejut " Nggak. Siapa bilang gue suka sama lo. Gue cuma khawatir doang udah!"
" Terus kenapa lo malah nyariin gue? Terus kaya panik gitu nggak liat gue beberapa hari. Nggak usah bohong Lo suka kan sama gue?" Goda Key mengerlingkan matanya.
Raya mengerjap matanya. Tidak Shaka tidak Key kedua mahluk yang sama sama dingin dengan wajah mempesonanya itu membuat Raya Frustasi dengan pertanyaan konyol mereka. Sebelumnya Shaka yang menuduh Raya menyimpan Rasa pada Key. Dan sekarang pria itu sendiri yang bertanya. Astaga apakah pria pria di sampingnya kini mulai Agresif?
" Dengerin baik-baik Key. Gue khawatir karena gue peduli. Gue nggak mungkin suka sama lo. Lagi pula mana bisa gue jatuh cinta sama orang yang baru aja gue kenal!"
" Bisa aja, namanya cinta pandangan pertama."
" Key!" Key terkekeh geli melihat pipi Raya merona. Entah dugaannya benar atau salah, tapi hati Key sudah kepincut oleh gadis yang sedang duduk di hadapannya saat ini.
" Raya!" Keduanya menoleh. Mendapati Meli dan Hana yang baru saja menghampiri mereka
" Eh ada anak baru ya?" Tanya Meli melihat kearah Key.
" Iya Mel. Gila ganteng banget. Tapi kok akrab ya sama Raya?" Bisik Hana pelan.
" Jangan bisik bisik Ada orangnya disini!" Dengus Raya
" Ihh siapa yang ngomongin lo. Kepedean banget sih!" Jawab Hana mengibaskan rambutnya sehingga membuat Meli teriak kesakitan karena terkena gibasan rambut Panjang Hana yang tak seberapa itu.
" Cup cup cup. Sorry sorry gak sengaja Mel!"
" Sakit!" Rengek Meli menyentuh hidungnya yang memerah.
" Udah udah. Kok malah ribut sih. Oh iya kok Dosennya gak masuk masuk ya? Kan seharusnya sekarang udah mulai MK?" Tanya Raya.
" Nah itu Dia Ray kita kesini buat ngajak lo ke kantin."
" Loh Kok kekantin sih? Kan kita ada MK," Tanya Raya menautkan Alisnya.
" Mangkannya kalo punya Handphone tuh jangan di jadiin pajangan doang. Dari tadi kita Nelpon, Chat gak di bales bales sama lo. Bikin orang darah tinggi tau Gak!"
" Kalian ngomong Apaan sih? Gue gak ngerti."
" Aduh Raya Please jangan ikut ikutan Oon kaya si Meli deh. Coba cek Handphone Lo!"
Raya menuruti Perkataan Hana. Tangannya mengambil Smartphone nya itu di dalam Ranselnya. Matanya membulat Saat Lima belas panggilan tak terjawab dari Hana. Empat puluh tujuh panggilan dari Meli. Dan masih banyak Notif Chat yang langsung menyerbu Akun Sosmednya.
" Hehe Sorry Handphonenya gak sengaja gue Silent," Ucapnya nyengir kuda membuat Hana dan Meli memutar bola mata mereka malas.
" Yaudah Ayo ke kantin Laper nih,"
" Tapi...."
" Dosennya gak masuk hari ini kita Free." Potong Hana cepat lalu menarik tubuh Raya keluar dari kelas itu. Satu persatu mahasiswa yang lainnya pun pergi meninggalkan kelas, menyisakan Shaka dan Key yang masih pada tempat duduk mereka.
" Jauhin Raya!" Key kembali menutup bukunya saat Ia merasa Pria yang duduk sejajar dengan dirinya berbicara padanya.
" Apa hak lo nyuruh gue buat jauhin Raya?" Tanya balik Key. Kedua pria itu terlihat saling pandang seolah olah mereka berkomunikasi melalui tatapan itu.
" Dia milik gue!" Jawab Shaka dingin. Tatapannya sangat tajam membuktikan bahwa perkataannya bukanlah candaan atau lelucon.
Key tertawa sumbang lalu melipat tangan di dada. Sudut bibirnya tertarik Menatap remeh pada pria yang baru saja Mengklaim gadis yang Ia suka juga " Milik lo? Salah. Dia Milik gue!" Koreksi Key " Dia milik gue. Milik Keynanda Saputra. Ingat itu!"
" Jangankan di dunia nyata, di dalam mimpi pun gue nggak akan membiarkan dia menjadi milik lo. Gue ingetin sekali lagi jauhin Raya!"
" Kenapa? Lo takut? Takut kalo Raya jatuh cinta sama gue dan lebih memilih gue? Begitu?!" Key tergelak sehingga membuat Shaka mengepal erat kedua tangannya.
" Siapa yang nggak suka sama cewek kaya dia huh? Baik, humble, manis dan pasti cantik. Dan satu lagi dia tidak membeda bedakan kasta. Dan itu yang bikin gue jatuh cinta dan pengen mikirin dia seutuhnya!"
Rahang Shaka mengeras. Giginya bergemeltukan menahan amarah. Ingin rasanya ia melayangkan pukulan pada wajah pria yang berada di depannya tapi Shaka harus bisa menahan Emosinya " Bermimpilah setinggi langit untuk memiliki Raya tapi asal Lo tahu gue nggak akan pernah lepasin Raya, karena dia milik gue!" Tegas Shaka " Lo itu si cupu bermata empat yang mendapatkan balas kasihan dan Simpati dari Gadis gue. Hanya itu! Tidak lebih. Bahkan lo sendiri denger kan dia barusan ngomong apa, dia nggak mungkin suka sama lo!"
Key yang sedari tadi terlihat tenang kini menatap tajam pada lawan bicaranya. Dadanya terlihat naik turun karena terpancing Emosi " Dia milik gue. Untuk sekarang dia memang nggak suka sama gue, tapi suatu hari nanti gue bakal bikin dia jatuh cinta sama gue. Gue nggak peduli meski harus bersaing sama lo!"
Kini sudut bibir Shaka lah yang tertarik keatas. Berjalan Angkuh menghampiri Key yang terus menatapnya seperti Elang yang akan menerkam mangsanya " Oke. Mari kita lihat siapa yang pantas dapetin Raya. Lo atau gue!" Shaka menepuk bahu key untuk menyemangatinya seolah olah Shaka berkata jika dia bukanlah tandingannya. Baru kali ini kedua pria itu terlibat dalam sebuah percakapan. Sebelumnya jangankan untuk mengobrol atau berbicara seperti ini, melihat ataupun melirik satu sama lain saja mereka tidak pernah. Dan ini semua terjadi karena Raya. Gadis si pemilik senyum manis itu berhasil membuat kedua Pria Es itu jatuh cinta padanya. Membuat perubahan pada keduanya sehingga pria itu terlihat lebih angkuh.
Key menendang dan membanting semua barang yang berada di sekitarnya. Perkataan Shaka membuat Emosinya tersulut dan membuatnya kehilangan kendali. Tidak, Key tidak boleh seperti ini dia harus bisa memiliki Raya. Gadisnya. Wanita yang mampu mengetuk hatinya dan membuatnya jatuh cinta. Ya key harus bisa memiliki Raya, tidak boleh ada seorangpun yang mengklaim miliknya. Raya hanya miliknya seorang. Bukan milik orang lain apa lagi Shaka.