Puspa adalah seorang janda berusia 25 tahun yang secara tidak sengaja menemukan sebuah pusaka mistis.
pusaka itu memiliki ilmu pemikat yang sangat kuat, dengan bermodalkan pusaka itu Puspa membuat sumpah, "semua lelaki bajingan harus mati!"
Puspa membuat sumpah seperti itu karena dia dulu hanya di buat mainan oleh mantan suaminya Alexander seorang pengusaha dari jakarta, akankah Puspa berhasil balas dendam kepada Alexander bermodalkan sebuah Pusaka yang berbentuk Tusuk Konde itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menggrebek
Waktu berjalan dengan cukup cepat. Tidak terasa pagi hari kembali tiba.
Seperti biasa pagi hari itu julia berangkat kerja ke pabriknya, sementara Puspa diam diam mengemati wajah julia dari celah pintu kamarnya.
Puspa mengangguk puas melihat ekspresi julia, meskipun wajah julia terlihat sedih dan lesu namun setidkanya wajah julia 'hidup' masih berekspresi tidak kosong sepeti kemarin-kemarin.
Ketika julia meninggalkan kosan itu puspa kembali menutup pintu kamarnya.
Suasana kosan ini pada siang haru begitu sepi, semua itu karena kosan ini adalah kosan bagi para pekerja, di mana kalau hari kerja seperti ini semuanya berangkat kerja, adapun yang mendapatkan shift malam biasanya dia tidur siang saat ini.
Karena puspa sendiri masih jobless dia masih bisa bersantai di dalam kamar kosannya.
Selang beberapa saat kemudian puspa mendengar sebuah suara langkah kaki yang terdengar mencurigakan karena terburu-buru. Dengan segera puspa membuka sedikit pintu kamarnya untuk mengintip siapa pemilik suara langkah kaki itu.
"Pencuri? Eh, tunggu sebentar!"
Puspa mencoba melihat keanehan pria yang baru saja datang itu, pria itu memiliki rambut yang acak-acakan, kulitnya hitam dekil seolah tidak pernah mandi, dan badannya penuh dengan panu dengan bibir yang seperti pinggiran aspal.
Puspa melihat pria itu berjalan sedikit cemas menuju kamar nomer 3, di mana itu adalah kamarnya julia.
"Siapa pria jelek itu? Dan mau apa dia?" Hati puspa penuh dengan tanda tanya, pasalnya kalau dia merupakan maling dia pasti akan mengambil sesuatu dan pergi begitu saja.
Mata Puspa melebar ketika pria itu mengeluarkan botol kaca kecil berisi air keruh. Ketika puspa melihat botol itu entah mengapa perasaan tidak nyaman menyelimuti hati puspa.
Kemudian puspa melihat mulut pria jelek itu komat kamit sambil mencipratkan semua air keruh yang berada di dalam botol kaca kecil itu ke halaman kamar julia.
Setelah selesai barulah pria jelek itu pergi dengan tergesa-gesa.
Dari dalam kamarnya puspa terlihat memasang ekspresi geram, di lihat dari itu saja puspa yakin sekali pria jelek tadi adalah tarno seorang pria yang memelet julia. Namun puspa tidak berani bertindak gegabah, dia harus mendapatkan bukti terlebih dahulu sebelum dia bisa bertindak lebih jauh.
Puspa kembali menutup pintunya secara perlahan.
***
Waktu maghrib telah tiba, matahari hampir tenggelam sepenuhnya.
Sebuah motor memasuki kosan ini, yang tidak lain tidak bukan adalah julia. Drngan cepat Puspa kembali mengintip dari celah pintu kamarnya.
Setelah memarkirkan motornya di depan pintu kamarnya, julia berjalan menuju ke arah pintu dan hendak membukanya.
Ketika julia memegang gagang pintu julia merasakan seperti tersetrum kecil dan seolah ada sesuatu yang merasukinya.
Puspa yang sedang mengintip itu melihat ekspresi julia yang berubah menjadi aneh.
Tiba-tiba julia menyeringai seperti orang lain, kedua tangannya mengelus rambut panjangnya yang berada di sebelah kiri.
Setelah itu julia membuka pintu dan memasuki kamarnya.
puspa langsung berdiri, "sialan! Jadu benar pria jelek tadi adalah pelaku yang memelet julia! Aku tidak akan pernah membiarkan pria brengsek sepertimu hidup! Pria bajingan harus mati!"
Puspa langsung mengambil Tusuk Konde Sekar Melatinya. Dia langsung berjalan menuju ke kemarnya julia.
Tok... tok.... tok...
Puspa mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban.
Tok... tok... tok...
Puspa kembali mengetuk pintu.
Kraakk!
Pintu itu terbuka.
Terlihat julia yang sedang tersenyum aneh dengan kedua tangan yang mengelus rambutnya yang terjuntai ke sebelah kiri bahunya.
Ketika julia melihat Puspa yang memegang Tusuk Konde Sekar Melati seketika itu juga senyuman aneh julia langsung memudar, di gantikan dengan ekspresi ketakutan.
Julia secara refleks hendak menutup pintunya, namun sayang sekali puspa terlebih dahulu masuk.
"Setan laknat! Mati kamu!" Teriak Puspa sambil menghunuskan tusuk konde miliknya.
***
Esok hari tiba begitu cepat, seperti pengangguran biasa pagi hari ini tarno terlihat di pinggir jalan hendak menonton orang yang akan berangkat kerja, ah tidak hendak menunggu julia maksud saya.
Tidak lama kemudian tarno bisa melihat julia mengendari motornya dari kejauhan, tarno langsung memasang senyum lebar hendak menyambut julia. Namun sayang sekali bukannya berhenti dan menepi julia malah menarik gas motornya lebih dalam lagi, sambil berteriak, "minimal sikat gigi!" Teriaknya kemudian dengan cepat dia ngebut meninggalkan tarno sebelum tarno melemparkan batu ke arah julia.
"Lololo! Ini tidak mungkin! Kenapa julia tidak terkena peletku? Apa sekarang dia sudah kebal!" Ekspresi bingung segera menyelimuti wajah dekil tarno.
"Aneh, mantra yang aku baca tidak mungkin salah karena sebelum itu aku sudah menghafalkannya dengan benar. Seharusnya pelet tirto asmoro pemberian mbah molo itu tidak akan gagal!" Kemudia tarno kembali membaca mantra itu.
"Tresna lulut asih kasmaran dateng tirto asmoro.. sang katresnan tulungan aku, kekarepanku ndayuh si cabang bayi julia, ojo pati-pati mari welas asih karo aku yen durung ketiban tirto asmoro..."
"Hmmm..." tarno bergumam, "seharusnya mantranya sudah benar.namun mengapa masih tidak mempan juga kepada julia? Apa ada yang salah?" Tarno benar-benar bingung pada saat ini.
Tarno menghela nafas, "sepertinya aku harus menuju kediaman mbah molo lagi..." tarno kemudian membalikan badannya pergi dari pinggiran jalan ini.
Apa yang tidak tarno ketahui adalah dari kejauhan seorang wanita yang mengenakan hoodie menutupi kepalanya, sedang mengmati tarno dengan seksama. Wanita itu menggunakan kaca mata hitam membuat wajahnya sulit untuk di kenali.
Wanita itu tidak lain tidak bukan adalah tarno.
"Keparat! Jadi benar kamu adah tarno!" Gumam puspa dengan ekspresi geram.
"Beraninya kamu memelet julia, apakah kamu fikir julia adalah mainan yang bisa kamu mainkan? Awas saja kamu tarno aku akan membunuhmu!"
Dengan cepat puspa menstater motornya untuk mengikuti tarno.
***
Tidak terasa malam telah tiba.
Karena pelet pemberian mbah molo telah gagal, pada malam hari ini tarno kembali lagi menuju kediaman mbah molo.
Hanya cahaya bulan purnama yang menyinari langkah kaki tarno menuju tempat itu.
Singkat cerita tarno tiba juga di kediaman mbah molo, dengan cepat tarno mengetuk pintu gubuk mbah molo.
"Masuk!" Ucap mbah molo.
Ketika tarno sudah di depan mbah molo dia langsung di tanyai, "kenapa malam ini kamu datang?! Ini bukan jadwalmu untuk datang!" Tanya mbah molo sedikit tidak senang.
"Emm, anu mbah. sepertinya pelet itu gagal..."
Mbah molo terlihat menunjukan ekspresi terkejut, "apa katamu? Pelet itu gagal! Apakah kamu sudah membaca mantra dengan benar sebelum menyiram airnya?"
"Sudah mbah, tapi tetap saja julia tidak takluk ini bagaimana mbah?"
Mbah molo terlihat memegang dagunya dengan bingung.
Selama ini pelet mbah molo belum pernah gagal, kemudian mbah molo berucap, "hmm, sepertinya ada orang yang membantu julia..."
Tiba-tiba saja semua lelaki dan perempuan yang sedang 'wik-wik' di luar sana menjerit panik.
"Penggrebekan!!!"
"Cepat pergi!"
Mbah molo dan tarno yang berada di dalam gubuk kebingungan, "hah? Penggrebekan? Siapa yang menggrebek, tempat ini jauh dari pemukiman, mustahil ada yang menggrebeknya.."
Dengan cepat tarno dan mbah molo keluar untuk memastikan siapa yang melakukan penggrebekan.
Mereka berdua melihat wanita cantik mengenakan hoodie hitam yang terlihat memukuli pria telanjang menggunakan tongkat bambu.
"Dasar lelaki brengsek! Bajingan! Penyembah selangkangan! Kalian harus mati!" Teriak puspa sambil mengejar dan memukuli para pria telanjang yang berlari mencoba menyelamatkan diri.