NovelToon NovelToon
Pewaris Kerajaan Mafia

Pewaris Kerajaan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZHRCY

Ethan, seorang kurir yang diperlakukan seperti sampah oleh semua orang, dikhianati oleh pacarnya, dipecat oleh bosnya. Tepat pada saat dia hampir mati, seorang lelaki tua memberitahunya identitas aslinya. Sekarang, dia bukan lagi sampah yang tidak berguna, dia disebut Dominus, raja dunia!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Beberapa tahun telah berlalu sejak Ethan pertama kali berdiri di depan gerbang Beaumont University, basah kuyup dengan sepatu berlubang dan bungkusan paket di punggungnya.

Dan kini, ia berdiri di tempat yang sama. Tapi kali ini, tanpa sepeda, tanpa kardus, dan tanpa basah. Dia mengenakan seragam mahasiswa—celana abu-abu bersih, kemeja putih, dan jaket almamater Beaumont  yang ia beli dengan uang hasil kerja sendiri. Tangannya menggenggam map dokumen, dan di dadanya... jantungnya berdebar. Tapi bukan karena takut.

Karena akhirnya dia masuk.

Dia lulus seleksi beasiswa penuh setelah melalui ujian demi ujian, malam tanpa tidur, dan kerja keras tanpa jeda. Tak ada rekomendasi dari siapa pun. Tak ada bantuan keluarga. Hanya tekad dan kerja kasar yang mengantarkannya ke sini.

Namun kebanggaan itu hanya bertahan sebentar.

Semester pertama adalah kenyataan yang pahit.

Mahasiswa lain datang dengan mobil mewah, mengenakan sepatu kulit mahal dan membawa tas bermerek. Sementara Ethan datang dengan sepatu sneakers bekas dan tas selempang robek yang dijahit sendiri.

“Hey, kamu dari mana? Distrik selokan?” tanya seorang mahasiswa saat dia memperkenalkan diri di kelas Ekonomi Politik.

“Pakai laptop jadul itu? Apa kamu nge-print tugas di warnet?” ucap yang lain dengan tawa.

Ethan tidak menjawab. Dia hanya duduk, mencatat, dan menatap papan tulis.

Tapi hinaan tidak berhenti.

Di kantin, dia sering dilewati saat mengantre.

Di perpustakaan, dia dijuluki “anak kampung yang nyasar”.

Bahkan dalam diskusi kelas, pendapatnya kerap dipotong—meskipun seringkali benar.

Tapi Ethan bertahan. Karena dia sudah mengenal rasanya ditolak, dihina, dan dipukul lebih dari sekali. Ini hanya ulangan yang lebih halus, lebih sopan, tapi inti kebenciannya sama.

Malam-malamnya masih penuh dengan pekerjaan. Ia tetap menjadi kurir paruh waktu, menjaga toko alat tulis, dan kadang mencuci piring di restoran dekat kampus demi menyambung hidup.

Ia tidur hanya empat jam sehari.

Kadang tidak makan satu hari penuh.

Tapi ia tidak pernah bolos kuliah.

Dan dia tidak pernah mengeluh.

Karena baginya, penghinaan adalah musik latar. Dia tumbuh dengannya. Dia terbentuk oleh itu.

Di suatu malam yang dingin, saat sedang mencuci tangannya di wastafel kampus, seorang mahasiswa kaya lewat dan menyenggol bahunya sengaja.

“Beaumont bukan untuk orang pengemis sepertimu,” gumam pria itu sebelum pergi.

Ethan menatap cermin. Matanya kosong, rambutnya basah, dan wajahnya tirus. Tapi di balik semua itu—ada api yang tidak pernah padam.

“Aku akan tetap di sini,” bisiknya pada bayangannya sendiri.

Dalam kesendiriannya, Ethan hanya punya satu teman sejati: keheningan.

Dia mulai duduk di taman kampus pada malam hari, membaca buku-buku bisnis dan politik. Setiap lembar yang dia baca, dia bayangkan sedang menulis ulang masa depannya. Setiap teori, dia kaitkan dengan dunia nyata yang pernah menendangnya.

Dia bukan hanya ingin lulus.

Dia ingin naik lebih tinggi dari siapa pun yang pernah meremehkannya.

Mereka boleh memiliki warisan, uang, nama belakang besar. Tapi Ethan punya sesuatu yang mereka tidak punya: rasa lapar. Dan rasa lapar yang tidak bisa dikenyangkan oleh sekadar gelar.

Dan dari sinilah Ethan dewasa—yang muncul di cerita utama—lahir.

Bukan dari kelas, bukan dari kampung, bukan dari sistem.

Tapi dari kehancuran, kehinaan, dan perlawanan sunyi yang ia bawa sendiri dalam diam.

Musim gugur di Vexley City selalu membawa aroma daun kering dan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Di jalanan sibuk antara toko buku dan kafe, sepeda motor Ethan berhenti di depan sebuah apartemen kecil.

Di tangan kirinya, ia memegang paket kecil berisi kado ulang tahun. Di tangan kanan, ia menggenggam helm lusuh yang sudah mulai retak di sisi kiri. Bajunya masih seragam kurir, lengkap dengan jaket hitam bertuliskan logo perusahaan.

Di depannya, Lily berdiri. Mahasiswi Beaumont University tingkat dua dengan rambut panjang bergelombang, hoodie putih, dan aroma parfum lembut yang langsung membuat hati siapa pun menghangat. Tapi bukan itu yang membuat Ethan terpaku waktu pertama kali mereka bertemu.

Lily tidak tertawa seperti teman-temannya. Dia juga tidak mengejek seperti pelanggan kebanyakan.

Dia… penasaran.

“Apa kamu selalu mengantar paket sendiri?” tanya Lily, waktu itu.

Ethan hanya mengangguk. “Itu pekerjaanku.”

“Wajahmu tidak seperti seorang kurir,” kata Lily pelan. “Lebih seperti... mahasiswa filsafat yang galau.”

Ethan tidak tertawa. Tapi Lily justru semakin tertarik.

Dari pertemuan kecil itu, benih ketertarikan tumbuh perlahan.

Lily mulai sering memesan barang-barang kecil hanya agar Ethan datang lagi. Suatu kali, dia memberanikan diri bertanya, “Apa kamu kuliah juga?”

“Aku sudah lulus,” jawab Ethan, singkat.

Lily terdiam. Dia tidak menyangka. Dia pikir Ethan adalah lulusan SMA yang mencari uang cepat.

“Dari mana?” tanyanya.

Ethan menunjuk ke arah bangunan besar di seberang jalan. “Beaumont.”

Mata Lily membelalak. “Serius?”

Ethan mengangguk, lalu pergi tanpa menjelaskan lebih banyak.

Beberapa bulan setelah itu, mereka resmi pacaran.

Hubungan mereka berbeda. Ethan tidak pernah merayu, tidak pernah terlalu manis. Tapi Lily menyukai ketenangan, kesederhanaan, dan cara Ethan memandang dunia tanpa basa-basi.

Namun lambat laun, perbedaan mereka mulai tampak jelas.

Lily masih tinggal di lingkungan elite kampus, berteman dengan anak-anak pengusaha dan diplomat. Sementara Ethan... masih menjadi kurir.

Setiap kali dia datang mengunjunginya ke asrama atau kampus, dia bisa merasakan tatapan sinis dari mahasiswa lain. Tapi dia sudah terbiasa dengan itu.

“Ethan memutuskan untuk membiarkan hal itu berlalu. Dia sudah sering menerima hinaan seperti itu di masa lalu, terutama saat pertama kali dia datang ke Beaumont University untuk mengunjungi pacarnya.”

Saat hubungan mereka makin dekat, Ethan mulai melakukan hal-hal besar untuk Lily.

Dia bekerja lebih keras, mengambil shift tambahan. Uang hasil keringatnya yang susah payah itu... digunakan untuk membayar biaya kuliah Lily.

Dia bahkan pernah menahan lapar seharian hanya agar bisa membelikan Lily kalung kecil yang dia lihat di toko perhiasan diskon.

“Bekerja sebagai kurir adalah pekerjaan paling stres yang pernah ada, dan Ethan kadang-kadang harus menahan lapar, terutama saat dia ingin menyenangkan pacarnya.”

Bahkan Ethan menandatangani kontrak cicilan untuk sebuah rumah kecil di pinggir kota. Rumah itu dibelinya atas nama Lily, dari hasil kerja gila-gilaan sebagai kurir dan pencuci piring malam hari.

Rumah itu dibersihkan, direnovasi sedikit, dan diberi cat ulang dengan warna yang Lily sukai. Ethan ingin memberikan sesuatu yang stabil. Tempat di mana Lily bisa merasa aman.

**BERSAMBUNG**...

*Wah… bab ini bikin campur aduk, ya*?

*Kita barusan diajak menyelami perjuangan Ethan dari nol—mulai dari masuk kampus elit dengan sepatu robek, dihina sana-sini, kerja gila-gilaan, sampai... jatuh cinta pada Lily*.

*Tapi begitulah hidup, kan? Kadang rasa sayang tumbuh di tempat yang tak terduga*.

*Dan Ethan... bukan cowok romantis, tapi dia mencintai dengan cara yang diam-diam mengguncang*.

*Jadi, kamu tim Lily pantas dapat Ethan atau tim Ethan terlalu baik buat siapa pun*?

*Next bab bakal lebih emosional dan bikin penasaran—terutama saat masa lalu Ethan mulai menunjukkan taringnya lagi*.

*Jangan lupa*:

*Simpan cerita ini*

*Tinggalin komentar (Ethan pasti nggak baca, tapi aku iya hehe*)

*Follow cerita ini biar nggak ketinggalan lanjutannya*!

*Kita baru mulai, dan... Ethan belum mengeluarkan sisi tergelapnya*.

*See you in the next chapter*

1
Glastor Roy
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!